Kegiatan Budidaya Rumput Laut

periode tersebut. Pada tahun 2002 produksi rumput laut hanya 39.4 ton dan meningkat dengan tajam pada tahun 2003 menjadi 421.0 ton Lampiran 3. Pada daerah studi, hanya satu jenis rumput laut yang dibudidayakan, yaitu K.alvarezii dengan metode budidaya yang hanya satu juga, yakni long line. Luas lahan yang potensial untuk budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng sekitar 5 375 Ha dan sampai dengan tahun 2008 sudah dikelola seluas 3 792 Ha dengan jumlah nelayan rumput laut sebanyak 2 458 RTP. Khusus untuk wilayah kajian yaitu Kecamatan Bissapu dan Kecamatan Bantaeng, luas lahan yang potensial adalah 2 525 ha dan yang sudah dikelola seluas 1 214.7 ha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng 2009 Tabel 20. Tabel 20 Lahan potensial dan yang sudah dikelola di Kabupaten Bantaeng 2008 No. Wilayah Panjang garis pantai km Potensi ha Sudah dikelola ha Jumlah RTP 1. Kec. Bissapu 5.9 1 475 531.7 409 2. Kec. Bantaeng 4.2 1 050 683.0 899 3. Kec. Pa’jukukang 11.4 2 850 2 577.3 1 150 Sumber data: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng 2009.

4.3.2 Kegiatan Budidaya Rumput Laut

Kegiatan budidaya rumput laut yang dilakukan nelayan rumput laut di wilayah pesisir Bantaeng diperoleh melalui survey terhadap rumah tangga nelayan rumput laut. Masyarakat pesisir dalam penelitian ini, semuanya merupakan nelayan rumput laut yang umumnya menjadikan kegiatan budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian utama. Dan untuk menopang kehidupannya, beberapa masyarakat pesisir melakukan pekerjaan tambahan, seperti menangkap ikan, membuat batu merah, buruh bangunan dan menjual makanan kecil . Hanya beberapa nelayan yang mata pencaharian utamanya bukan kegiatan budidaya rumput laut, seperti tertera pada Gambar 27, di bawah ini. Gambar 27 Persentase mata pencaharian utama masyarakat pesisir yang menjadi responden. Dilihat dari segi usia dalam hubungannya dengan usia produktif, usia responden berberkisar antara 14–64 tahun Lampiran 7. Terdapat seorang nelayan rumput laut yang masih berusia 14 tahun sehingga tergolong masih anak- anak. Responden yang masih tergolong anak-anak ini bekerja di bawah bimbingan dan pantauan bapaknya dalam mengelola kegiatan budidaya rumput laut. Namun bertanggung jawab dan mengelola kegiatan budidayanya sendiri. Kemudian satu responden berusia di atas 60 tahun. Akan tetapi secara umum masih usia produktif yakni 44 responden 95.5, 1 orang 2.2 responden yang berusia 14 tahun dan 1 orang 2.2 berusia di atas 60 tahun Gambar 28. Gambar 28 Persentase kisaran usia responden. Luas kepemilikan lahan kegiatan budidaya rumput laut berkisar antara 60–1 000 bentang dan panjang satu bentangan adalah 15 meter dan jarak antar bentangan 0.5-0.6 meter, diantara beberapa bentangan atau antara bentangan satu pemilik dengan pemilik lain terdapat jalur perahu dengan lebar sekitar 10 m. Sehingga setiap ha lahan berisi antara 300-350 bentangan. Rata-rata luas lahan budidaya adalah 301 bentangan atau sekitar satu haorang Lampiran 8 Lahan budidaya rumput laut tersebut umumnya hanya diusahakan pada musim Timur dan musim Transisi, dimana kondisi lingkungan terutama kecepatan arus dan tinggi gelombang memungkinkan untuk melakukan budidaya. Adapun nelayan rumput laut yang tetap menanam pada musim Barat, biasanya hanya untuk persiapan bakal bibit pada musim berikutnya agar tidak mengalami kesulitan bibit pada saat musim tanam. Sampai saat ini, belum ada kegiatan pembibitan yang bisa mensuplai bibit unggul untuk kegiatan budidaya rumput laut. Para nelayan rumput laut hanya menggunakan bibit dari hasil panen yang disisihkan, secara terus menerus, sehingga mutu bibit yang baik, yang merupakan salah satu faktor produksi, tidak terpenuhi. Sebagaimana rekomendasi dari hasil penelitian Mubarak 1978, bahwa penggunaan bibit rumput laut maksimal 4 kali sudah harus diganti dengan bibit yang baru, sebab pemakaian lebih dari 4 kali akan menyebabkan produktivitas rumput laut cenderung menurun. Nelayan rumput laut mengetahui bahwa bibit unggul akan memberikan produksi yang lebih tinggi akan tetapi mereka kesulitan mendapatkan bibit unggul tersebut pada saat musim tanam. Kadang-kadang tersedia bibit unggul namun harganya relatif mahal karena didatangkan dari Maumere, Nusa Tenggara Timur dan jumlahnyapun tidak mencukupi kebutuhan. Produktivitas rumput laut dalam sekali panen di kabupaten Bantaeng rata- rata 500 kg berat keringunit budidaya atau 2 000 kg berat keringha. Produktivitas ini masih bisa ditingkatkan apabila menggunakan bibit unggul, teknik budidaya dengan menggunakan berat bibit yang cukup yakni 100 g-125grumpun, sesuai dengan hasil penelitian Iksan 2005, yang mendapatkan produksi tertinggi dihasilkan dari penggunaan bibit seberat 125 grumpun, dan pemeliharaan yang benar, panen pada umur 45 hari dan perlakuan pasca panen yang sesuai. Panen dilakukan rata-rata 4 kali dalam setahun.

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

5.1 Kesesuaian Kawasan Budidaya Rumput Laut

Keberhasilan suatu kegiatan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh faktor lahan perairan, oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang optimal dari kegiatan tersebut hendaknya dipilih lokasi yang sesuai dengan aspek ekobiologinya persyaratan tumbuhnya, seperti pemilihan bibit yang bagus, perairan yang cukup tenang dan terlindung dari pengaruh angin, gelombang dan arus yang kuat serta tingkat kecerahan perairan yang tinggi. Kondisi ini biasanya ditemukan pada teluk-teluk yang agak tertutup atau di sekitar gugus pulau-pulau kecil Puslitbangkan 1991. Kondisi yang ideal ini tidak ditemukan di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng. Wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng merupakan laut terbuka yang berhadapan langsung dengan Laut Flores tanpa adanya pelindung. Pada musim Barat sangat dipengaruhi oleh angin, gelombang dan arus yang kuat. Untuk menyiasati kondisi ini maka nelayan rumput laut umumnya hanya menanam pada musim Timur dan musim transisi. Karena itu wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng jika dilihat dari aspek keterlindungan maka dikategorikan ke dalam sesuai bersyarat dimana persyaratannya adalah waktu penanaman harus pada musim Timur atau musim transisi. Bengen 2005 menyatakan bahwa proses penentuan kesesuaian lahan harus dilakukan dengan membandingkan kriteria faktor-faktor penentu kesesuaian lahan dengan kondisi eksisting, melalui teknik tumpang susun overlay dan analisis tubular dengan Sistem Informasi Geografis SIG. Selanjutnya hasil analisis kesesuaian lahan menjadi bahan bagi analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut. Analisis kesesuian lahan yang dilakukan tidak mencakup seluruh Kecamatan yang mempunyai garis pantai dan areal budidaya rumput laut. Diantara tiga Kecamatan yang mempunyai areal budidaya rumput laut, hanya dilakukan pada dua Kecamatan yakni Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Bissapu. Panjang garis pantai kedua Kecamatan tersebut masing-masing Kecamatan Bissapu 5.9 km dan Kecamatan Bantaeng 4.2 km.