saat ini belum ada kegiatan  pembibitan yang mampu menyiapkan bibit yang bermutu baik. Masyarakat hanya menggunakan bibit yang disisihkan dari hasil
panen dan digunakan berulang-ulang. Pada hal Mubarak  1978  memperkirakan bahwa paling lama 6 bulan bibit sudah harus diganti dengan bibit yang baru sebab
menggunakan bibit lebih dari 6 bulan produksi cenderung menurun. Salah satu faktor produksi yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan  budidaya adalah
penggunaan bibit yang bermutu baik. Kalau nelayan rumput laut atau pihak swasta belum mampu membuat pembibitan untuk menyiapkan bibit yang
bermutu, seharusnya pihak pemerintahlah dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kalautan Kabupaten Bantaeng yang menanganinya.
Upaya perbaikan tidak hanya dilakukan terhadap atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap  nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi akan
tetapi juga diupayakan mempertahankan atau meningkatkan atribut-atribut yang berdampak positif terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan dimensi
ekologi  kegiatan  budidaya rumput laut  untuk lebih meningkatkan status keberlanjutan.
7.2  Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Hasil analisis Rap-RL terhadap enam atribut dari dimensi ekonomi memberikan nilai indeks keberlanjutan sebesar 67.95 dengan status cukup
berkelanjutan Gambar 84. Posisi titik nilai indeks keberlanjutan ekonomi berada pada kwadran positif, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan
selama ini cenderung ke arah yang baik. atribut-atribut yang berdampak negatif terhadap nilai indeks harus lebih diperbaiki dan atribut-atribut yang berdampak
positif tetap dipertahankan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan nilai
indeks keberlanjutan tersebut maka.  Atribut yang diperkirakan sensitif memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi ekonomi adalah
1 kelayakan kegiatan  budidaya rumput laut; 2 keuntungan kegiatan  budidaya rumput laut; 3 kontribusi terhadap PAD; 4 pasar rumput laut; 5 rantai
pemasaran; dan 6 jumlah pasar.
Gambar  84  Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi  kegiatan  budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng.
Besarnya nilai indeks keberlanjutan ekonomi dipengaruhi oleh atribut- atribut keberlanjutan seperti telah disebutkan di atas.  Atribut-atribut tersebut
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap besarnya nilai indeks keberlanjutan. Analisis Leverage  dilakukan untuk memperoleh atribut-atribut
yang lebih sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan ekonomi. Adapun hasil dari analisis Leverage  yang dilakukan diperoleh tiga
atribut yang paling sensitif mempengaruhi dimensi ekonomi, yaitu 1 kontribusi terhadap PAD; 2 pasar rumput laut; dan 3 rantai pemasaran. Hasil analisis
Leverage ditampilkan pada Gambar 85.
Gambar  85  Peran masing-masing atribut dimensi ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk nilai Root Mean Square RMS.
Kontribusi budidaya rumput laut terhadap pendapatan asli daearah PAD merupakan atribut yang paling sensitif. Melihat kondisi di lapangan, hal ini bisa
difahami.  Sampai saat ini, kontribusi kegiatan  budidaya rumput laut terhadap PAD Kabupaten Bantaeng masih rendah. Kontribusi langsung kegiatan budidaya
rumput laut hanya berupa retribusi lahan sebesar Rp50 000hatahun dan retribusi angkutan produksi rumput laut sebesar Rp20 000truk dan satu truk berisi   10-12
ton rumput laut kering. Pemerintah seharusnya membuat kebijakan yang bisa membantu pengembangan kegiatan budiaya rumput laut  untuk meningkatkan
kontribusi terhadap PAD. Sebaiknya rumput laut diolah dulu menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi sebelum dijual sehingga ada nilai tambah bagi
Pemda Kabupaten Bantaeng. Jika dilihat pada aspek pasar, komoditas ini tidak perlu dipasarkan jauh-jauh karena  pembeli siap mendatangi nelayan rumput laut
yang sudah panen setiap waktu.  Masalahnya  adalah cara pembeli atau pedagang pengumpul mengendalikan harga komoditi. Nelayan rumput laut yang meminjam
uang pada pedagang pengumpul harus menjual rumput lautnya pada pedagang tersebut. Harga penjualan ditentukan oleh pedagang pengumpul dan umumnya
dengan harga yang lebih rendah dibandingkan jika nelayan menjual ke pedagang lain. Nelayan rumput laut tidak memiliki posisi tawar sebab selain mereka telah
berhutang mereka juga tidak mempunyai akses terhadap informasi harga komoditas.
Rantai pemasaran rumput laut masih tergolong panjang sehingga keuntungan yang ada harus dibagi ke lebih banyak pihak. Untuk sampai ke pabrik
pengolahan, rumput laut mengalami beberapa kali pindah tangan baru kemudian sampai di tangan eksportir atau pabrik pengolahan di Kabupaten Takalar atau
Makassar.  Sebagai akibatnya nelayanlah menjadi pihak  yang paling sedikit menikmati pembagian keuntungan tersebut.
7.3 Status Keberlanjutan Dimensi Sosial-Budaya