biofisik perairan serta biaya konstruksinya lebih murah bila dibandingkan dengan metode lainnya. Metode long line menggunakan tali panjang yang dibentangkan,
pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25 m diberi pelampung utama yang berupa drum plastikstyrofoam.
Aji dan Murdjani 1986 menyebutkan bahwa dengan sistem pemeliharaan yang baik untuk budidaya tambak dapat dicapai produksi sebanyak 1 000 sampai
dengan 1 500 kg berat keringhapanen atau sekitar 6-9 tonhatahun. Untuk budidaya dengan sistem rakit dapat mencapai produksi sekitar 2 kgm
2
tahun. Sedangkan untuk metode long line, rumput laut yang dipanen pada umur 45 hari
menghasilkan rumput laut basah antara 25 600 kg-51 200 kgha atau setara dengan 2 800-5 600 kgha rumput laut kering Direktorat Produksi Dirjen
Perikanan Budidaya 2006.
2.3.4 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Rumput Laut
Secara umum ada beberapa permasalahan pengembangan rumput laut di Indonesia, antara lain: 1 sumberdaya manusia yang tersedia walaupun dalam
jumlah cukup namun dalam hal mutu masih relatif rendah akibatnya rumput laut yang dihasilkan, produktivitas dan kualitasnya rendah; 2 belum menguasai
teknologi untuk mengolah rumput laut menjadi karaginan agar bisa memperoleh nilai tambah; dan 3 petani rumput laut umumnya kesulitan dalam hal permodalan
karena belum tersentuh oleh lembaga keuangan yang ada sehingga kesulitan dalam mengembangkan usahanya.
Disisi lain, Indonesia sangat berpeluang untuk mengembangkan rumput laut karena didukung oleh potensi kawasan yang sesuai untuk budidaya hampir di
seluruh wilayah pesisir Indonesia. Gambar 4 memperlihatkan total luas lahan perairan yang potensial dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya rumput laut
jenis K.alvarezii seluas 1 471 532 ha Ma’ruf 2010. Bahkan Master Plan Budidaya Laut tahun 2004 Nurdjana 2006 menyatakan bahwa potensi indikatif
mencapai 4 720 000 ha dan potensi efektif 2 350 000 ha. Kemudian, sinar matahari yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tersedia sepanjang tahun dan
sumberdaya manusia yaitu nelayan juga cukup tersedia, maka Indonesia
berpotensi besar untuk menimba untung dari bisnis ini. Proyeksi pengembangan rumput Laut 2006-2009 adalah sebagai berikut Tabel 2.
Sulawesi Selatan memiliki potensi budidaya laut sekitar 600 500 Ha. Dari potensi tersebut sekitar 250 000 Ha dapat dimanfaatkan menjadi usaha budidaya
rumput laut dengan prediksi produksi mencapai 1 250 000 ton berat keringtahun Anonim 2004. Jenis K.alvarezii merupakan salah satu komoditas ”unggulan
perikanan” Sulawesi Selatan yang cenderung mengalami peningkatan produksi dan volume ekspor. Pada tahun 2003 volume ekspor mencapai 15 339 ton dengan
nilai US 5.7 juta dan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar pada sektor produksi, pengolahan dan pemasaran.
Gambar 4 Kawasan yang potensial untuk budidaya rumput laut K.alvarezii di
Indonesia Sumber gambar: Ma’ruf 2010. Kabupaten Bantaeng sebagai salah satu produsen rumput laut di Provinsi
Sulawesi Selatan mempunyai potensi lahan sekitar 6 000 ha dan sudah dikelola seluas 1 965 ha. Adapun produksi rumput laut yang dihasilkan antara 1 000-1 500
kghasiklus berat kering pada musim baik Maret-Juli dan dari segi kualitas, rendemen yang dihasilkan berkisar 25-30 Subdiskan Bantaeng 2006.
Tabel 2 Proyeksi pengembangan rumput laut tahun 2006-2009
No Parameter
Tahun 2006
2007 2008
2009
1 Produksi ton 1 120 010 1 343 696 1 611 911 1 900 000
- Gracillaria sp. 235 800
282 880 339 360
400 000 - K.alvarezii.
884 210 1 060 816 1 272 631 1 500 000 2 Luas lahan ha
18 220 21 453
25 336 29 283
- Pengembangan Gracillaria sp. 5 895
7 072 8 484
10 000 - Pengembangan K.alvarezii.
8 842 10 608
12 726 15 000
- Tambahan Pengembangan K.alvarezii
. 3 483
3 773 4 126
4 283 3
Pengembangan Kebun Bibit Rumput Laut
1 474 1 767
2 121 2 500
- Gracillaria sp. 590
707 848
1 000 - K.alvarezii.
884 1 060
1 273 1 500
4 Investasi dan Modal Kerja 46 231
54 747 65 662
70 484 - Gracillaria sp. Rp. Juta
1 912 1 765
2 118 2 274
- K.alvarezii. Rp. Juta 44 319
52 982 63 544
68 210 5
Kebutuhan Mesin Pre-Processing unit
88 106
127 150
6 Tenaga kerja Orang 150 315
180 336 216 342
255 000 Sumber: Nurdjana 2006.
2.3.5 Ketersediaan dan Permintaan Rumput Laut