Berdasarkan Tabel 10 di atas, maka dibangun skenario optimasi pengelolaan sumberdaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng. Selanjutnya disusun
tiga skenario yang mungkin terjadi di masa depan seperti terlihat pada Tabe 11. Tabel 11 Hasil analisis skenario optimasi pengelolaan sumberdaya rumput laut di
Kabupaten Bantaeng
3.4.5 Analisis Keberlanjutan Usaha Rumput Laut
Análisis keberlanjutan usaha rumput laut dilakukan dengan pendekatan multidimensional scaling
MDS yang disebut RAP-RL yang merupakan pengembangan dari metode RAPFISH yang digunakan untuk menilai status
keberlanjutan perikanan tangkap Pitcher dan Preikshot 2001; Kavanagh and Pitcher 2004. Analisis keberlanjutan dinyatakan dalam indeks keberlanjutan
budidaya rumput laut ikb-RL. Analisis dilakukan melalui tiga tahapan:
1. Penentuan atribut usaha rumput laut yang mencakup lima dimensi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan
; Pada setiap dimensi dipilih beberapa atribut yang mewakili dimensi yang bersangkutan
untuk selanjutnya digunakan sebagai indikator tingkat keberlanjutan dari dimensi tersebut. Atribut pada setiap dimensi memang sangat banyak tetapi
untuk memudahkan analisis selanjutnya maka dipilih yang benar-benar secara kuat mewakili dimensi yang bersangkutan, tidak tumpang tindih dengan
atribut yang lain dan mudah mendapatkan datanya. Adapun atribut-atribut dari setiap dimensi yang akan digunakan untuk
menilai keberlanjutan usaha rumput laut adalah sebagai berikut diadaptasi dari Charles, 2001 :
1 Dimensi Ekologi: • Kualitas lingkungan
• Mutu bibit, dan pertumbuhan RL No.
Skenario Urutan faktor
1. Konservatif-pesimistik
1A-2A-3A-4A 2.
Moderat-optimistik 1B-2B-3B-4B
3. Progresif-optimistik
1C-2C-3C-4C
• Luasan areal yang sesuai 2 Dimensi Ekonomi:
• Keuntungan • Pendapatan petani rumput laut
• Sistem permintaan Pasar domestik dan ekspor, 3 Dimensi Sosial budaya:
• Kualitas SDM tingkat pendidikan • Penyerapan tenaga kerja,
• Sistem sosial dalam pengelolaan budidaya rumput laut partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya,,jumlah RT petani rumput laut,
• Alternatif usaha selain menanam rumput laut, 4 Dimensi Teknologi:
• Tingkat penguasaan teknologi budidaya RL • Ketersediaan informasi RL
• Ketersediaan industri pengolahan hasil RL • Standarisasi mutu produk RL
• Dukungan sarana dan prasarana 5 Dimensi Kelembagaan:
• Lembaga ekonomisosial yang ada, • Adanya kelompok petani rumput laut
• Ketersediaan Perdaaturan adat kepercayaanagama • Adanya tokoh masyarakat yang disegani
• Zonasi peruntukan lahanperairan
2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinasi berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi
; berdasarkan pengamatan di lapangan ataupun data sekunder yang tersedia, yang sesuai dengan scientific judgment dari pembuat skor,
maka setiap atribut diberikan skor yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi usaha rumput laut tersebut. Rentang skor berkisar antara 0-3 atau tergantung pada
keadaan masing-masing atribut yang dimulai dari nilai buruk 0 sampai baik 3. Nilai ”buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi
pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya nilai ”baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan bagi keberlanjutan pembangunan. Diantara dua
ekstrim nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara, tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut. Jumlah peringkat pada setiap atribut akan sangat
ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menetukan jumlah peringkat.
Tabel 12 Kriteria pembuatan skor atribut usaha rumput laut yang berkelanjutan Atibut
Skor Baik Buruk Keterangan
Dimensi Ekologi bobot: 5
Kualitas lingkungan: - Kecepatan arus
- Salinitas ppt
- Kedalaman air pada saat surut m
- Substrat Dasar
- Kecerahan m
- keterlindungan 0; 1; 2
0; 1; 2 0; 1
0; 1; 2 0; 1; 2
0; 1 2
2 2
2
1 2
Mengacu pada Puslitbangkan, 1991.
0tidak sesuai 20 mdtk, atau 40 mdtk
1 sesuai 20-40 mdtk
0 tidak sesuai 26; 35; 1 cukup sesuai 25-28;
34-35; 2 sesuai 28-34
0 tidak sesuai 1; 30; 1cukup sesuai 1-2; 10-
30; 2 sesuai 2-10
0 lumpur; 1 pasir sedikit berlumpur
2 pasir, pecahan karang, karang, lamun.
0 tidak sesuai 0.60; 1 cukup sesuai 0.60- 0.80;
2 sesuai 0.80-0.10
0 tidak terlindung; 1 terlindung
Puslitbankan, 1991
Mutu bibit ketersediaan bibit
0; 1; 2 0; 1; 2; 3
2 3
0 jelek ; 1 sedang ; 2 baik 0 tidak tersedia; 1 jarang
tersedia; 2 sering tersedia ; 3 selalu tersedia
Pertumbuhan RL 0; 1; 2
2 0 jelek ; 1 sedang ; 2 baik
Luasan areal yang sesuai untuk RL
0; 1; 2; 3 3 025; 1 26-50;
2 51-75; 3 76
Dimensi Ekonomi bobot: 3,5
Kelayakan usaha 0; 1; 2
2 Mengacu pada.....
0 tidak layak Net BC=1
1 impas; 2 untung Kontribusi terhadap
pendapatan asli daerah 0; 1 2
2 0 rendah; 1 sedang; 2
tinggi Pemasaran
0; 1; 2 2
0 lokal; 1 nasional; 2 internasional RAPFISH
Atibut Skor
Baik Buruk Keterangan
Rantai pemasaran rumput laut
0; 1; 2 2
0 tidak efisien; 1cukup efisien; 2 sangat efisien
Dimensi Sosial bobot: 3,5
Kualitas SDM: - Tingkat pendidikan
0; 1; 2; 3 3
0 tidak tamat SD; 1 tamat SD-SMP; 2 tamat SMA; 3
S0-S1
jumlah rumah tangga petani rumput laut
0; 1; 2 2
0 13; 1 13-23; 2 23; dari total rumah tangga
komunitasnya RAPFISH
Sistem sosial dalam pengelolaan budidaya
rumput laut:
kemandirian petani, Partisipasi keluarga
dalam usaha rumput laut
0; 1; 2
0; 1; 2 0;1; 2
2
2 2
0 individual, 1 melibatkan keluarga; 2 kelompok
0 sangat tergantung; 1 sedang; 2 mandiri
0 tidak berpartisipasi; 1 sebagian berpartisipasi;
2 semua berpartisipasi
Sosialisasi pekerjaan 0; 1; 2
2 0 individual; 1 kerjasama
keluarga; 2 kerjasama kelompok
Alternatif usaha selain menanam rumput laut,
0; 1; 2; 3 3
0 tidak ada; 1 sedikit; 2 sedang; 3 banyak;
RAPFISH
Pemberdayaan masyarakat
0; 1; 2 2
0 tidak ada; 1 sedikit;2 tinggi
Dimensi Kelembagaan bobot: 1
Ada tidaknya kelompok tani
0; 1 1
0 tidak ada; 1 ada Zonasi peruntukan
lahanperairan 0; 1; 2
2 0 tidak ada;
1 ada tapi tidak lengkap 2 baiklengkap RAPFISH
Ketersediaan Perda 0; 1; 2
2 0 tidak ada;
1 ada tapi tidak lengkap 2 baiklengkap RAPFISH
Ketersediaan aturan adat dan
agamakepercayaan 0; 1; 2
2 0 tidak ada; 1 ada tapi
tidak lengkap; 2 baiklengkap RAPFISH
Adanya tokoh panutan yang disegani
0; 1 1
0 tidak ada; 1 ada Ada tidaknya lembaga
keuanganlembaga sosial
0; 1 1
0 tidak ada; 1 ada
Diadaptasi dari Sulistijo 1996; Aslan 1998; Chales, AT 2001 dan Susilo, 2003.
3. Penyusunan indeks dan status keberlanjutan usaha rumput laut. Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multidimensional untuk
menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan usaha rumput laut yang dikaji relatif terhadap titik acuan yaitu titik baik good
dan titik buruk bad. Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilhat pada Tabel 13.
Tabel 13 Nilai indeks keberlanjutan usaha rumput laut
Status Keberlanjutan Nilai Indeks
Kategori
50 buruk
50 – 75 baik
75 Sangat baik
Budiharsono 2002
Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses
rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem
yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan ≥50 maka sistem dikatakan
berkelanjutan dan jika nilai indeks ≤50 berarti tidak berkelanjutan. Ilustrasi hasil
ordinasi nilai indeks berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 13, di bawah ini.
0 buruk 50 100baik
Gambar 13 Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan pengelolaan sumberdaya rumput laut
Nilai indeks keberlanjutan dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang- layang kite diagram seperti pada gambar 14.
Gambar 14 Ilustrasi indeks keberlanjutan setiap dimensi usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
Análisis sensivitas dapat memperlihatkan atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengelolaan usaha rumput
laut dengan melihat perubahan bentuk root mean square RMS ordinasi pada sumbu x. Semakin besar perubahan
Dalam análisis tersebut akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena
pemahaman terhadap atribut atau kondisi lapangan yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian peneliti, proses análisis MDS yang
berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau ada data yang hilang, dan tingginya nilai stres nilai stres dapat diterima jika nilainya 25 Kavangh 2001;
Fauzi dan Anna 2002. Untuk menganalisis nilai galat pada pendugaan nilai ordinasi optimasi pemanfaatan sumberdaya rumput laut digunakan análisis Monte
Carlo. nilai RMS, maka semakin sensitif atribut
tersebut dalam pengelolaan usaha rumput laut.
IV. KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI KABUPATEN BANTAENG