7 sehingga dapat menentukan harga benih padi hibrida yang sesuai dengan rentang
harga yang dapat diterima oleh petani. Berdasarkan gambaran di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah : 1.
Bagaimana ideotipe benih padi hibrida yang diinginkan petani? 2.
Bagaimana penerapan metode QFD penyusunan matriks HOQ dalam pengembangan varietas padi hibrida?
3. Bagaimana sensitivitas harga benih padi hibrida di tingkat petani?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi ideotipe padi hibrida yang diinginkan petani.
2. Menerapkan metode QFD menyusun matriks HOQ dalam pengembangan
varietas padi hibrida. 3.
Menganalisis sensitivitas harga benih padi hibrida di tingkat petani.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1.
Pemulia dan produsen benih padi hibrida agar dapat menghasilkan padi varietas hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen dengan harga
yang sesuai dan dapat diterima konsumen. 2.
Pembaca pada umumnya, dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Penulis, untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah
berdasarkan fakta dan data yang tersedia dan disesuaikan dengan pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah.
4. Pemasar dan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui keinginan konsumen
petani terhadap padi hibrida.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Responden konsumen dalam penelitian ini adalah petani yang pernah menanam padi varietas unggul hibrida varietas Intani-2 dan SL-8-SHS dan
8 padi varietas unggul ciherang di Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur pada
tahun 2010 dan panen pada bulan November - Desember 2010. Responden pemulia padi varietas unggul hibrida dalam penelitian ini adalah pemulia padi
varietas unggul hibrida dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2.
Metode QFD terdiri dari empat matriks, dalam penelitian ini hanya matriks perencanaan produk.
3. Variabel dalam penelitian ini adalah atribut padi hibrida yang diperhatikan
konsumen dalam hal ini petani dalam menentukan kualitas padi hibrida dan dapat diperbaiki melalui kegiatan pemuliaan.
9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Empiris Padi Hibrida
Hibrida secara definitif turunan pertama F1 dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi
dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuanya.
Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2007. Perbedaan dari varietas murni dengan varietas hibrida antara lain dapat
dilihat dari keunggulan yang disebabkan oleh fenomena heterosis yang dimiliki varietas hibrida, varietas hibrida memiliki komposisi genetik heterozigot
homogen, dan produksi benih varietas hibrida yang dihasilkan dari persilangan dua galur yang berbeda. Varietas murni dapat juga diartikan sebagai varietas
inbrida yang perbanyakan benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri. Perbedaan antara varietas murni dengan varietas hibrida secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 3.
Perakitan padi hibrida di Indonesia dilakukan dengan menggunakan tiga galur, yaitu galur mandul jantan GMJ atau CMS atau A, galur pelestari atau
mantainer B, dan galur pemulih kesuburan atau restorer R. Galur B dan galur R memiliki tepung sari normal fertil sehingga mampu menghasilkan benihnya
sendiri. GMJ bersifat mandul jantan sehingga hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki oleh tepung sari dari tanaman lain. GMJ bila diserbuki oleh galur B
pasangannya menghasilkan benih GMJ lagi, sedangkan bila diserbuki oleh galur R akan menghasilkan benih F1 hibrida.
Sasaran utama dari program penelitian padi hibrida adalah merakit varietas padi hibrida yang adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh di Indonesia
dengan nilai heterosis daya hasil 20-25 persen lebih tinggi dibandingkan dengan
10 varietas padi inbrida terbaik. Sesuai dengan ketersediaan plasma nutfah
pembentuk padi hibrida, maka strategi dalam perakitan varietas padi hibrida secara bertahap adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi dan menyeleksi hibrida introduksi untuk menghasilkan varietas
padi hibrida introduksi; 2.
Mengidentifikasi galur pemulih kesuburan dari program pemuliaan padi nasional yang sesuai bagi GMJ introduksi. Hasil yang diharapkan adalah
varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan antara GMJ introduksi dan galur pemulih kesuburan hasil pemuliaan di Indonesia;
3. Membuat GMJ dan galur pemulih kesuburan dengan memanfaatkan berbagai
plasma nutfah yang tersedia dalam pemuliaan nasional. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan
antara GMJ dengan galur pemulih kesuburan yang dihasilkan dari program pemuliaan nasional, sehingga diharapkan lebih adaptif terhadap kondisi
lingkungan tumbuh di Indonesia; 4.
Membuat varietas padi hibrida dengan materi pemuliaan PTB. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi tipe baru hibrida, dengan potensi hasil 15-20
persen lebih tinggi dari VUTB atau 20-40 persen lebih tinggi dari VUB terbaik;
5. Penerapan bioteknologi untuk mempercepat dan meningkatkan efisiensi
proses pemuliaan padi hibrida. Keberlanjutan penggunaan teknologi padi hibrida perlu dijamin dengan
melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas hibrida yang mempunyai sifat potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama, dan mutu beras yang
dapat diterima konsumen. Selain itu teknologi padi hibrida perlu didukung oleh teknik budidaya yang tepat dan teknik produksi benih yang efektif dan efisien
sehingga dapat menjamin kelangsungan penyediaan benih di tingkat petani Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007.
Hingga saat ini Kementrian Pertanian telah melepas 31 varietas unggul padi hibrida, 6 varietas dirakit oleh Balai Besar Penelitian Padi, 25 varietas padi
lainnya dimiliki oleh perusahaan berupa 2 varietas padi hibrida rakitan Indonesia, 14 varietas padi hibrida introduksi dari Cina, 5 varietas padi hibrida introduksi
11 dari Jepang, dan 4 varietas padi hibrida dari India Lampiran 4. Keunggulan
varietas padi hibrida hasil rakitan Balai Besar Penelitian Padi adalah relatif lebih tahan terhadap hama wereng coklat, penyakit tungro, dan penyakit hawar daun
bakteri. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian menyatakan bahwa keunggulan padi hibrida antara lain : 1 memiliki hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul
inbrida; 2 vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma; 3 keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area
fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi; 4 keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi
seperti sistem perakaran yang lebih banyak dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi. Sedangkan kelemahan padi hibrida antara lain : 1 harga benih yang
mahal; 2 petani harus membeli benih yang baru setiap kali tanam karena benih hasil sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya; 3 tidak setiap
galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Tetua jantan hanya terbatas pada galur atau varietas yang mempunyai gen R atau yang termasuk
restorer saja; 4 produksi benih rumit; 5 memerlukan areal pertanaman dengan
syarat tumbuh tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Chanifah 2009 mengenai analisis sikap
dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Benih hibrida yang dianalisis adalah benih hibrida
Bernas Super. Salah satu tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida. Analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis sikap menggunakan Model Fishbein dan analisis kepuasan menggunakan Customer Satisfication Index CSI.
Hasil analisis sikap menggunakan Model Fishbein menunjukkan bahwa responden pengguna benih hibrida Bernas Super kurang menyukai atas kinerja
atribut-atributnya karena memperoleh skor paling rendah. Atribut yang kurang disukai oleh responden adalah harga benih yang sangat mahal, benih jarang
tersedia, rentan terhadap hama penyakit, harga jual GKP Gabah Kering Panen murah, masa panen tidak seragam dan produkstivitasnya biasa. Hasil analisis CSI
12 menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat kepuasan yang paling tinggi
pada benih padi Varietas Unggul Baru dibandingkan dengan benih padi hibrida. Manalu 2010 melakukan penelitian mengenai analisis sikap dan
kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Baros Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Benih hibrida yang dianalisis adalah Bernas Prima. Salah
satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. Metode penelitian yang digunakan
adalah melalui pendekatan survei menggunakan sampel acak sederhana Snowball Sampling
. Dalam menjawab perumusan masalah penelitian digunakan analisi deskriptif, analisis Cochran, analisis Muliatribut Fishbein, Perceptual Mapping,
analisis Biplot dan Consumers Satisfication Index CSI. Hasil
analisis Cochran
menunjukkan bahwa terdapat sebelas atribut yang dianggap penting dalam membeli benih padi adalah 1 Produktivitas Hasil
Panen, 2 Ketahahan Hama penyakit, 3 Harga Jual Gabah Kering Giling, 4 Sertifikasi Benih, 5 Umur Tanaman Panen, 6 Harga Benih, 7 Rasa Nasi, 8
Tahan Rebah Tanaman, 9 Ketersediaan Benih di Pasar, 10 Patahan Beras, 11 Kerontokan Gabah.
Hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa sikap petani terhadap benih padi menunjukkan bahwa benih padi varietas Ciherang labih
disukai oleh petani dan dianggap lebih mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Tingkat kepuasan petani terhadap padi hibrida Bernas Prima
berada pada indeks puas dengan skor 0.66 atau 66 persen. Dari pendekatan angka tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu
diperbaiki.
2.2 Tinjauan Empiris