4 Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi padi karena memiliki
potensi produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan padi inbrida. Teknologi pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya di
China, India dan Vietnam mampu meningkatkan produktivitas pertanaman sebesar 15 - 20 persen Satoto, et al dalam Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
2008. Daerah yang potensial ditanami padi hibrida memiliki beberapa kriteria,
antara lain sawah irigasi yang dapat ditanam 2 kali dalam setahun; bebas ancaman kekeringan saat kemarau atau banjir saat musim hujan; lahan yang subur; tingkat
adopsi petani yang tinggi; serta bukan daerah endemis hama wereng coklat, penyakit hawar daun bakteri dan virus tungro. Beberapa kriteria dan parameter
biofisik daerah pengembangan padi hibrida secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian, 2007. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang
menjadi sentra produksi beras dalam penyediaan stok pangan nasional khususnya di Jawa Barat. Kabupaten Cianjur juga merupakan salah satu daerah yang
potensial untuk ditanami padi hibrida dalam rangka pengembangan padi hibrida di Jawa Barat. Luas areal potensial untuk pengembangan padi hibrida di Kabupaten
Cianjur yaitu 117.402,5 hektar pada musim hujan dan 117.349,2 hektar pada musim kemarau.
Beberapa Kabupaten lainnya di Jawa Barat yang berpotensi untuk menjadi daerah pengembangan padi hibrida berdasarkan musim dan luas
arealnya secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007. Pengembangan padi
hibrida di Indonesia pada kenyataannya masih mengalami beberapa permasalahan yang perlu diatasi untuk mewujudkan peningkatan produksi padi dengan
teknologi padi hibrida.
1.2 Perumusan Masalah
Padi hibrida di Indonesia memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan. Keunggulan dari padi hibrida antara lain hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan padi inbrida, vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma, keunggulan dari aspek fisiologis seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area
5 fotosintesis yang lebih luas, keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi
seperti sistem perakaran yang lebih kuat, anakan yang lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi.
Kekurangan yang dimiliki padi hibrida antara lain adalah harga benih yang tinggi dibanding padi inbrida, benih hanya dapat dipakai untuk sekali penanaman,
produksi benih yang rumit, dan memerlukan areal pertanaman dengan syarat tumbuh tertentu Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian 2007. Menurut penelitian Satoto dan Suprihatno 2008, secara umum
permasalahan dalam pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini, antara lain masih terbatasnya jumlah varietas padi hibrida yang telah dilepas, sistem dan
teknologi perbenihan yang belum berkembang padahal ketersediaan dan harga benih sangat menentukan, varietas padi hibrida yang telah dilepas pada umumnya
masih rentan terhadap berbagai hama penyakit utama padi di Indonesia, harapan petani yang sangat tinggi, beberapa varietas padi hibrida memiliki mutu beras
yang kurang baik dibandingkan dengan beras premium, keragaan yang tidak stabil yang disebabkan manajemen budidaya yang kurang cocok, ketersediaan benih
murni tetua atau F
1
hibrida kurang memadai, hasil belum stabil dan harga benih agak mahal, kebiasaan petani untuk menggunakan benih mereka sendiri atau F
2
, dan perencanaan luas pertanaman dan produksi benih kurang matang sesuai
dengan luas yang ditargetkan. Menurut Sumarno 2007 terdapat hambatan adopsi teknologi, antara lain
harga benih padi hibrida delapan kali lebih mahal dibandingkan harga benih padi inbrida dan dinilai sangat mahal oleh petani, tingkat heterosis padi hibrida tidak
pasti dan tidak terlalu besar serta produktivitasnya tidak jauh berbeda dengan padi inbrida lainnya, peka terhadap hama penyakit, benih tidak selalu tersedia saat
musim tanam, dan petani kemungkinan belum memahami teknologi penanaman padi hibrida. Dari sisi penyediaan benih padi hibrida, perusahaan benih juga
masih menemui banyak masalah, antara lain produksi benih per hektar masih rendah baru memperoleh sekitar 1 ton per hektar benih sehingga harga jual benih
harus mahal, sistem produksi benih padi hibrida rumit, dan lokasi penangkaran benih yang terisolasi sulit diperoleh.
6 Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut peran serta lembaga-
lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan benih padi hibrida yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas benih padi hibrida
yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam hal ini adalah petani. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia
yang berusaha mencoba mengembangkan benih padi hibrida yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan
varietas-varietas padi hibrida yang mempunyai sifat-sifat dan ideotipe seperti yang diinginkan oleh konsumen.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan varietas padi hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen adalah dengan menerapkan
metode Quality Function Deployment QFD dalam pemuliaan tanaman. QFD merupakan alat yang digunakan untuk pelaksanaan Total Quality Management
TQM dalam pengembangan produk. Alat ini merupakan alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen dengan melihat persyaratan
teknis yang dimiliki oleh produsen dalam hal ini adalah pemulia padi varietas unggul hibrida.
Penerapan metode QFD dalam pengembangan produk diawali dengan pembentukan matriks House of Quality HOQ. Matriks ini menerjemahkan
persyaratan konsumen apa yang diinginkan konsumen ke dalam sejumlah target teknis suatu organisasi sehingga produk yang dihasilkan akan dapat memenuhi
keinginan konsumen Gaspersz dalam Marimin, 2004. Oleh karena itu, penerapan metode QFD diperlukan dalam pemuliaan padi hibrida.
Pengembangan padi hibrida juga memerlukan penelitian dalam hal harga karena harga merupakan salah satu hal yang sangat penting dan diperhatikan oleh
konsumen dalam hal ini petani. Semakin tinggi harga benih maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani, sehingga kemungkinan petani tidak
akan membeli benih yang harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga benih yang ada di pasaran. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian untuk
mengetahui rentang harga benih padi hibrida yang dapat diterima oleh petani. Analisis sensitivitas harga dapat membantu produsen untuk mengetahui dan
mengukur pada tingkat harga berapa benih padi hibrida dapat diterima oleh petani,
7 sehingga dapat menentukan harga benih padi hibrida yang sesuai dengan rentang
harga yang dapat diterima oleh petani. Berdasarkan gambaran di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah : 1.
Bagaimana ideotipe benih padi hibrida yang diinginkan petani? 2.
Bagaimana penerapan metode QFD penyusunan matriks HOQ dalam pengembangan varietas padi hibrida?
3. Bagaimana sensitivitas harga benih padi hibrida di tingkat petani?
1.3 Tujuan Penelitian