Tingkat Persaingan Usaha Paprika Hidroponik

Total biaya yang dikeluarkan PT ABBAS Agri merupakan biaya paling besar diantara PT. JORO dan PT. THA. Usaha paprika hidroponik di PT.ABBAS Agri membutuhkan modal yang lebih besar karena biaya pembangunan green housenya memerlukan konstruksi kayu yang lebih kuat dan kokoh. Hal ini dikarenakan faktor angin disekitar kebun sangat kencang dan sering merobohkan green house yang konstrusinya tidak kuat. Dalam hal pengeluaran biaya tetap, usaha paprika hidroponik di PT. ABBAS Agri mengeluarkan biaya terbesar karena komponen investasi green house kayu membutuhkan modal paling besar dibandingkan dua perusahaan lainnya. Tabel 10. Perbandingan Total Biaya dan Pendapatan Usaha Paprika Hidroponik di PT. ABBAS Agri, PT. JORO, dan PT. THA Untuk Satu Periode Tanam. Komponen PT. ABBAS Agri PT. JORO PT. THA 1. Total Penerimaan 220.320.000 168.750.000 161.850.000 2. Total Biaya Variabel 28.211.000 32.550.000 31.165.460 3. Total Biaya Tetap 43.058.233.3 26.026.810 24.974.884.4 4.Total Biaya 71.269.233.3 58.576.810 56.140.344.4 5. Pendapatan atas Biaya Total 149.050.766.7 110.173.190 105.709.655.6 6. Nilai RC atas Total Biaya 3,09 2,88 2,89 Berdasarkan perhitungan pendapatan atas total biaya, usaha paprika di PT. ABBAS Agri memperoleh pendapatan paling tinggi dibandingkan PT.JORO dan PT. THA. Untuk mengukur tingkat efisiensi usaha paprika di PT. ABBAS Agri maka dibandingkan melalui nilai RC rasio yang diperoleh. Nilai RC rasio yang dihasilkan di PT. ABBAS Agri paling tinggi dibandingkan PT. JORO dan PT. THA. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di PT. ABBAS Agri sudah efisien dan lebih baik dibandingkan PT. JORO dan PT. THA.

7.3. Tingkat Persaingan Usaha Paprika Hidroponik

Salah satu ukuran untuk melihat apakah suatu perusahaan dapat bersaing atau tidak dipasar adalah dengan melihat sisi biayanya. Dalam hal ini, akan dilihat apakah PT. ABBAS Agri mampu bersaing atau tidak di pasaran dengan melakukan perbandingan dengan dua produsen penghasil paprika lainnya. Perbandingan yang akan dilakukan ini adalah dengan melihat tingkat biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu Kg paprika dengan tingkat harga jual per Kg kepada para konsumen di masing-masing perusahaan. Tabel 11. Perbandingan Biaya Rata-Rata di Tiga Perusahaan Penghasil Paprika Hidroponik Per Kg . Komponen PT.ABBAS Agri Rp PT. JORO Rp PT. THA Rp Nilai Rata – Rata Rp Harga Jual 18.000 15.000 13.000 15.333,3 BVR 2.304,8 2.893,3 2.503,2 2.567,1 BTR 3.517,8 2.313,5 2.006 2.612,4 TBR 5.822,6 5.206,8 4.509,2 5.179,5 Berdasarkan hasil pada Tabel 11, maka dapat dilihat bahwa PT. ABBAS Agri memiliki biaya rata-rata variabel terkecil dibandingkan dua perusahaan lainnya. Hal ini dapat dijadikan kekuatan oleh perusahaan karena nilai biaya variabel sangat berpengaruh untuk tingkat produksi yang akan dihasilkan. Sedangkan biaya variabel rata-rata tertinggi dikeluarkan oleh PT. JORO dengan selisih biaya sebesar Rp 588,5. Sebaliknya, pada tingkat biaya tetap rata-rata PT. ABBAS Agri mengeluarkan biaya tertinggi yaitu sebesar Rp 3.517,8 untuk setiap Kg paprika yang dihasilkan. Nilai tetap rata-rata di PT. THA lebih kecil dari dua perusahaan lainnya yaitu sebesar Rp 2.006, sedangkan PT. JORO sebesar Rp 2.313,5. Tingkat biaya total rata-rata tertinggi yaitu sebesar Rp 5.822,6 ada di PT. ABBAS Agri, selanjutnya di PT. JORO sebesar Rp 5.206, dan terrendah ada di PT. THA. Dalam hal tingkat biaya rata-rata PT. THA menempati posisi terbaik dari PT. ABBAS Agri dan PT. JORO. Selain melihat tingkat biaya rata-rata dapat juga dilihat dari tingkat harga jual yang ditawarkan oleh masing-masing perusahaan. Rata-rata tingkat harga jual paprika per Kg terlihat bahwa harga jual tertinggi di PT. ABBAS Agri adalah Rp 25.000 dan harga terrendah sebesar Rp 12.000. Harga tersebut merupakan harga jual yang ditetapkan secara sistem kontrak. Sistem kontrak tersebut adalah sistem dimana harga jual yang ditetapkan oleh PT. ABBAS Agri sama selama jangka waktu satu bulan. Harga ini ditetapkan atas kesepakatan bersama antara pihak PT. ABBAS Agri dengan para pelanggan-pelanggannya. Sedangkan di PT. JORO dan PT. THA harga terrendah adalah Rp 8.500 dan harga yang tertinggi berkisar Rp 23.000. Penetapan harga tersebut berdasarkan dari adanya mekanisme pasar atau harga pasar yang berlaku, dimana harga tersebut dapat berubah setiap harinya. Penetapan harga jual pada Tabel 11, merupakan harga yang ditetapkan perusahaan pada saat penelitian berlangsung yaitu harga rata-rata dari harga jual yang ditetapkan selama satu periode tanam di masing-masing perusahaan. Dalam hal ini, PT. ABBAS Agri memiliki tingkat harga yang tertinggi yaitu sebesar Rp 18.000 per Kg. Sedangkan PT. JORO menjual paprika per Kg dengan harga Rp 15.000 dan PT.THA menjual dengan harga terrendah yaitu Rp 13.000 per Kg. Hal ini terjadi karena PT. ABBAS Agri memiliki tingkat tawar menawar yang kuat dan tetap mempertahankan kepuasan konsumen dengan tetap menjaga ketersediaan paprika serta memenuhi kebutuhan para pelanggan tetapnya. Berdasarkan teori permintaan dan penawaran maka PT. ABBAS Agri memiliki tingkat harga yang tinggi dilihat dari harga rata-rata dari tiga perusahaan tersebut yaitu sebesar Rp 15.333,3. Sedangkan dua perusahaan lainnya harga jual yang ditetapkan perusahaan lebih rendah dibandingkan rata-rata harga jual. Apabila terjadi peningkatan penawaran dengan asumsi permintaan tetap maka secara teori ekonomi harga yang terjadi di pasar juga akan menurut. Hal ini akan berdampak untuk ketiga perusahaan, dimana perusahaan harus jeli dan sigab terhadap perubahan pasar. Harga jual yang ditetapkan perusahaan harus lebih tinggi atau minimal sama dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan di masing- masing perusahaan. Karena, jika harga jual sudah berada di bawah biaya rata- rata maka perusahaan sudah tidak kompetitif lagi dan sudah tidak dapat bersaing di pasaran paprika dan dengan sendirinya akan tersingkirkan dari pasar. Sama halnya dengan tingkat rata-rata di tiga perusahaan untuk biaya- biaya yang dikeluarkan masing-masing perusahaan. PT. THA memiliki nilai biaya rata-rata BTR yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 4.509,2. Sedangkan PT. ABBAS Agri memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar Rp 5.822,6 dan PT. JORO sebesar Rp 5.206,8. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan harus dapat lebih mengefisiensikan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk setiap Kg-nya. Tetapi dilihat dari nilai rata-rata TBR sebesar Rp 5.179,5 maka PT.ABBAS Agri dan PT. JORO memiliki nilai rata-rata di atas dari nilai rata-rata BTR dengan selisih sebesar Rp 643,1 untuk PT. ABBAS Agri, Rp 27,3 untuk PT. JORO. Dan PT. THA memiliki nilai di bawah biaya rata-rata TBR dengan selisih Rp 670,3. Melihat hasil perhitungan di atas maka dapat dikatakan bahwa untuk penentuan apakah suatu perusahaan dapat bersaing atau tidak di pasar maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Dalam hal ini, aspek yang diperhitungkan adalah tingkat biaya rata-rata dan tingkat harga jual. Secara keseluruhan PT. ABBAS Agri lebih dapat bersaing atau lebih kompetitif dibandingkan PT. JORO dan PT. THA, dengan harga yang lebih tinggi dan biaya variabel rata-rata terrendah. Sedangkan di PT. JORO dan PT.THA harus lebih mengefisiensikan biaya varibelnya dan memperkuat tingkat harga jual agar dapat tetap bertahan di pasaran paprika hidroponik. Selain itu, PT. ABBAS Agri juga harus memperkecil tingkat pengeluaran biaya tetapnya untuk lebih meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan maka masing-masing perusahaan akan lebih kompetitif dan lebih dapat bersaing di pasar paprika hidroponik. BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

8.1. Kesimpulan