4. Biaya Tetap 4. Biaya Tetap

macam sarana produksi pertanian khususnya untuk budidaya hidroponik. Kebun produksi PT. JORO terletak di desa Cigugurgirang, Bandung dan salah satu kantor pemasaran terletak di daerah Ciawi Bogor. Hasil analisis biaya dan pendapatan usaha paprika hidroponik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Paprika Hidroponik di PT. JORO. Keterangan PT. Joro Rp 1. Total Penerimaan 168750000 288.08 Total Produksi Kg 11250 Harga Satuan 15000

2. Biaya Variabel

Benih 1375000 2.35 Plastik Slap 450000 0.77 Rockwool Polybag 2048000 3.50 Arang Sekam 1980000 3.38 Pestisida 3507000 5.99 Nutrisi 9350000 15.96 Gaji Pegawai Operasional 8640000 14.75 Biaya Listrik Telepon 1600000 2.73 Sewa Lahan 3600000 6.14

3. Total Biaya Variabel 32550000

55.57 4. Biaya Tetap

Penyusutan Green house 4517460 7.71 Penyusutan Sarana Irigasi 1009350 1.72 Biaya Pemasaran 20500000 34,99

5. Total Biaya Tetap 26026810

44.43 6. Total Biaya

58576810 100

7. Pendapatan atas Biaya Total 110173190

8. Nilai RC atas Total Biaya 2.88

Sumber : Data Primer dan Sekunder Keterangan : Persentase terhadap total biaya A. Penerimaan Usaha Paprika Hidroponik Komonen penerimaan usaha paprika hidroponik di PT. JORO diperoleh dari harga rata-rata yang diterima dari semua kualitas dan warna yang dihasilkan pada saat penelitian dikalikan dengan jumlah produksi yang dihasilkan selama delapan bulan. Jumlah produktivitas per tanaman yang dihasilkan di PT. JORO adalah 2,5 Kg. Jumlah tanaman untuk luasan 1800 m² sebanyak 4.500 tanaman, dengan jumlah populasi per satu m² 2,5 tanaman . Berdasarkan uraian di atas maka total produksi yang dihasilkan per 1.800 m² untuk satu periode tanam sebanyak 11.250 Kg. Dengan demikian jumlah penerimaan yang peroleh PT. JORO sebesar Rp 168.750.000 dengan tingkat harga jual rata-rata Rp 15.000 per Kg. Perhitungan di atas dengan asumsi seluruh produksi terjual 100 persen.

B. Biaya – Biaya Usaha Paprika Hidroponik

Perincian biaya dibedakan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Komponen biaya variabel dalam usaha paprika hidroponik di PT. JORO meliputi biaya sarana produksi yang dikeluarkan untuk pembelian nutrisi A B mix paprika, arang sekam, pembelian benih, pestisida, plastik slap, polybag, gaji pegawai operasional dan biaya listrik serta telepon. PT. JORO merupakan penjual sarana produksi, namun dalam melakukan usahanya semua sarana usaha paprika yang dibutuhkan untuk budidaya paprika hidroponik dibeli dari toko miliknya sendiri dengan tingkat harga yang sama dengan konsumen lainnya. Biaya untuk pembelian nutrisi A B mix sebesar Rp 9.350.000 atau 15,96 persen dari total biaya. Biaya untuk nutrisi ini merupakan alokasi terbesar dari seluruh komponen biaya variabel yang dikeluarkan oleh PT. JORO. Nutrisi yang digunakan adalah nutrisi dalam bentuk kemasan per set yaitu satu set nutrisi A dan satu set nutrisi B. Tanaman dibudidayakan pada media substrat arang sekam karena harganya yang lebih murah dibandingkan media lain. Kebutuhan arang sekam memerlukan biaya sebesar Rp 1.980.000 atau 3,38 persen dari total biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih sebesar 2,35 persen dari total biaya atau Rp 1.375.000. Varietas yang digunakan adalah Spartacus dan Athena untuk warna merah sedangkan untuk warna kuning menggunakan varietas Goldflame. Penggunaan polybag dan plastik slap memerlukan biaya sebesar Rp 2.048.000 dan Rp 450.000 atau 3,50 persen dan 0,77 persen dari total biaya. Tenaga kerja untuk usaha paprika hidroponik di PT. JORO merupakan pegawai tetap yang digaji setiap bulannya. Tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 4 orang. Setiap orang menerima gaji yang berbeda-beda tergantung dari lamanya masa kerja dan spesialisasi kerjanya masing-masing. Total biaya yang dikeluarkan oleh PT. JORO untuk tenaga kerja sebesar Rp 8.640.000 atau 14,75 persen dari total biaya. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Secara umum pestisida yang digunakan adalah Curacron, Agrimec, dan Confidor yang merupakan insektisida untuk mengendalikan hama yang paling sering menyerang tanaman. Dan untuk pencegahan penyakit biasanya PT. JORO menggunakan Rubigan, Anvil, dan Manzate yang merupakan fungisida. Jumlah biaya untuk pestisida sebesar Rp 3.507.000 atau 5,99 persen dari total biaya. PT. JORO merupakan perusahaan yang menggunakan lahan dari penduduk sekitar lokasi kebun dengan sistem sewa. Lahan di sewa dengan harga Rp 1500 per m² per tahun. Dengan demikian biaya yang dibutuhkan untuk sewa lahan sebesar Rp 3.600.000 atau 6,14 persen dari total biaya. Biaya selanjutnya adalah biaya listrik dan telepon yaitu sebesar Rp 1.600.000 atau 2,73 persen dari total biaya. Biaya listrik berasal dari penggunaan sarana irigasi tetes yang memerlukan tenaga listrik. Pembebanan biaya listrik dan telepon merupakan akumulasi dari pengeluaran setiap bulannya. Dari keseluruhan biaya- biaya di atas, maka total biaya variabel yang dikeluarkan PT. JORO sebesar Rp 32.550.000 atau 55,57 persen dari total biaya. Selain biaya variabel PT. JORO juga mengeluarkan biaya lainnya yaitu biaya tetap. Biaya tetap biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya tetap tersebut antara lain biaya penyusutan investasi green house, biaya penyusutan sarana irigasi tetes, dan biaya kantor pemasaran. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan metode penyusutan garis lurus atau rata-rata, yaitu nilai pembelian dikurangi taksiran nilai sisa dibagi umur ekonomis. Nilai akhir untuk green house dianggap nol karena dianggap tidak laku lagi untuk dijual kembali setelah digunakan. Sedangkan untuk sarana irigasi tetes masih mempunyai nilai akhir yaitu sebesar Rp 1.000.000. Nilai penyusutan untuk green house sebesar Rp 4.517.460 atau 7,71 persen dari biaya total. Konstruksi green house yang digunakan oleh PT. JORO adalah green house yang terbuat dari bambu dengan umur ekonomis 5 tahun. Biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan sarana irigasi tetes adalah 1,72 persen dari biaya total atau Rp 1.009.350. Irigasi tetes ini mempunyai umur ekonomis sekitar 10 tahun. Komponen biaya terakhir adalah biaya kantor pemasaran yang merupakan persentasi biaya terbesar dari seluruh total biaya tetap yaitu sebesar 34,99 persen dari biaya total atau Rp 20.500.000. Dengan demikian total biaya tetap yang dikeluarkan PT. JORO selama satu periode tanam sebesar 44,43 persen dari biaya total atau Rp 26.026.810.

C. Pendapatan Usaha Paprika Hidroponik dan Nilai RC Ratio.

Kegiatan usaha paprika hidroponik di PT. JORO dinilai dari hasil pendapatannya. Pendapatan usaha paprika merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran usaha paprika. Pendapatan atas biaya total yang dihasilkan dari usaha paprika hidroponik di PT. JORO adalah sebesar Rp 110.173.190. Nilai pendapatan tersebut menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di PT. JORO menguntungkan untuk dilaksanakan. Selain dilihat dari nilai pendapatan dapat juga dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode tanam yaitu nilai RC rationya. Nilai RC ratio atas biaya total adalah 2,88 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 100 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 288. Berdasarkan nilai RC ratio tersebut maka usahatani paprika di PT. JORO efisien untuk dilakukan yaitu dilihat dari nilai RC ratio yang lebih besar dari satu.

7.1.3. Analisis Usaha Paprika Hidroponik di PT. THA

Salah satu ukuran penampilan usaha paprika adalah ukuran pendapatan. Analisis pendapatan usaha paprika menunjukkan struktur penerimaan dan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan budidaya paprika hidroponik di PT. THA. Kegiatan budidaya dilakukan selama delapan bulan dengan luasan areal tanam 1.800 m². PT. THA mempunyai lahan seluas 0,5 Ha dimana setiap green house mempunyai luasan 600 m ². Penelitian ini hanya menggunakan tiga green house saja, untuk memudahkan perhitungan dan untuk menyamakan luasan lahan green house yang digunakan seperti halnya kedua perusahaan lainnya. PT. THA merupakan salah satu perusahaan penghasil paprika hidroponik yang terletak di Kab. Cianjur. Hasil analisis penerimaan dan biaya yang dikeluarkan oleh PT. THA dapat dilihat pada Tabel 8.

A. Penerimaan Usaha Paprika Hidroponik

Penerimaan usaha paprika di PT. THA berasal dari pengkalian harga jual rata-rata dari ketiga warna yang dihasilkan terhadap total produksi selama satu periode tanam yaitu delapan bulan. Harga rata-rata di PT. THA sebesar Rp 13.000 per Kg dengan populasi tanaman sebanyak 4.980 tanaman dengan luasan 1.800 m ². Total produksi yang dihasilkan oleh PT. THA sebesar 12.450 Kg, dengan rata-rata produksi per tanaman sebesar 2,5 Kg. Berdasarkan uraian di atas maka total penerimaan di PT. THA adalah sebesar Rp 161.850.000, dengan asumsi seluruh produksi terjual. Tabel 8. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Paprika Hidroponik di PT. THA. Keterangan PT. THA Rp 1. Total Penerimaan 161850000 288.30 Total Produksi Kg 12450 Harga Satuan 13000

2. Biaya Variabel

Benih 3122460 5.56 Plastik Slap 375000 0.67 Rockwool Polybag 1750000 3.12 Arang Sekam 2700000 4.81 Pestisida 1920000 3.42 Nutrisi 10458000 18.63 Gaji Pegawai Operasional 7680000 13.68 Biaya Listrik Telepon 1000000 1.78 Sewa Lahan 2160000 3.85

3. Total Biaya Variabel 31165460

55.51 4. Biaya Tetap

Penyusutan Green house 7277638.2 12.88 Penyusutan Sarana Irigasi 757246.3 1.35 Biaya Pemasaran 16940000 30.17

5. Total Biaya Tetap 24974884.4

44,49 6. Total Biaya 56140344.4 100

7. Pendapatan atas Biaya Total 105709655.6

8. Nilai RC atas Total Biaya 2.89

Sumber : Data sekunder Keterangan : Persentase terhadap total biaya B. Biaya – Biaya Usaha Paprika Hidroponik Perincian biaya dibedakan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Komponen biaya variabel dalam usaha paprika hidroponik di PT. THA meliputi biaya sarana produksi yang dikeluarkan untuk pembelian nutrisi A B mix paprika, arang sekam, pembelian benih, pestisida, plastik slap, polybag, gaji pegawai operasional dan biaya listrik serta telepon. Tanaman dibudidayakan pada media substrat arang sekam karena harganya yang lebih murah dibandingkan media lain. Kebutuhan arang sekam memerlukan biaya sebesar Rp 2.700.000 atau 4,81 persen dari total biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih sebesar 5,56 persen dari total biaya atau Rp 3.122.460. PT. THA membeli benih per satuan biji seharga Rp 570 . Penggunaan polybag dan plastik slap memerlukan biaya sebesar Rp 1.750.000 dan Rp 375.000 atau 3,12 persen dan 0,67 persen dari total biaya. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Secara umum pestisida yang digunakan adalah Curacron, Agrimec, dan Confidor yang merupakan insektisida untuk mengendalikan hama yang paling sering menyerang tanaman. Dan untuk pencegahan penyakit biasanya PT. THA menggunakan Rubigan, Anvil, dan Manzate yang merupakan fungisida. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida selama delapan bulan adalah 3,42 persen dari total biaya atau sebesar Rp 1.920.000. Tenaga kerja untuk usaha paprika hidroponik di PT. THA digaji dengan sistem harian. Tenaga kerja yang diperlukan sebanyak empat orang yaitu dua orang wanita dan dua orang pria. Setiap orang menerima gaji yang berbeda- beda tergantung dari lamanya masa kerja, jenis kelamin dan spesialisasi kerjanya masing-masing. Total biaya yang dikeluarkan oleh PT. THA untuk tenaga kerja sebesar Rp 7.680.000 atau 13,68 persen dari total biaya. Lahan yang digunakan oleh PT. THA untuk kegiatan budidaya merupakan lahan sewaan. Lahan tersebut disewa dengan harga Rp 1.200 per m² per tahun. Dengan demikian biaya yang dibutuhkan untuk sewa lahan sebesar Rp 2.160.000 atau 3,85 persen dari total biaya. Biaya selanjutnya adalah biaya listrik dan telepon yaitu sebesar Rp 1.000.000 atau 1,78 persen dari total biaya. Biaya listrik berasal dari penggunaan sarana irigasi tetes yang memerlukan tenaga listrik. Pembebanan biaya listrik dan telepon merupakan akumulasi dari pengeluaran setiap bulannya. Dari keseluruhan biaya-biaya di atas, maka total biaya variabel yang dikeluarkan PT. THA sebesar Rp 31.165.460 atau 55,51 persen dari total biaya. PT. THA juga mengeluarkan biaya tetap selain biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya tetap tersebut antara lain biaya penyusutan investasi green house, biaya penyusutan sarana irigasi tetes, dan biaya kantor pemasaran. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan metode penyusutan garis lurus atau rata-rata, yaitu nilai pembelian dikurangi taksiran nilai sisa dibagi umur ekonomis. Nilai akhir untuk green house dianggap nol karena dianggap tidak laku lagi untuk dijual kembali setelah digunakan. Sedangkan untuk sarana irigasi tetes masih mempunyai nilai akhir yaitu sebesar Rp 1.000.000. Nilai penyusutan untuk green house sebesar 7.277.638,2 atau 12,88 persen dari biaya total. Konstruksi green house yang digunakan oleh PT. THA adalah green house yang terbuat dari kayu dengan umur ekonomis 7 tahun. Biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan sarana irigasi tetes adalah 1,35 persen dari biaya total atau Rp 757.246,3. Irigasi tetes ini mempunyai umur ekonomis sekitar 10 tahun. Komponen biaya terakhir adalah biaya kantor pemasaran yang merupakan persentasi biaya terbesar dari seluruh total biaya tetap yaitu sebesar 30,17 persen dari biaya total atau Rp 16.940.000. Dengan demikian total biaya tetap yang dikeluarkan PT. THA selama satu periode tanam sebesar 44,49 persen dari biaya total atau Rp 24.974.884,4

C. Pendapatan Usaha Paprika Hidroponik dan Nilai RC Ratio.

Kegiatan usaha paprika hidroponik di PT. THA nilai dari hasil pendapatannya. Pendapatan usaha paprika merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran usaha paprika. Pendapatan atas biaya total yang dihasilkan dari usaha paprika hidroponik di PT. THA adalah sebesar Rp 105.709.655,6. Nilai pendapatan tersebut menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di PT. THA menguntungkan untuk dilaksanakan. Selain dilihat dari nilai pendapatan dapat juga dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode tanam yaitu nilai RC rationya. Nilai RC ratio atas biaya total adalah 2,89 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 100 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 289. Berdasarkan nilai RC ratio tersebut maka usahatani paprika di PT. THA efisien untuk dilakukan yaitu dilihat dari nilai RC ratio yang lebih besar dari satu.

7.2. Perbandingan Usaha Paprika Hidroponik di PT. ABBAS Agri, PT. JORO, dan PT. THA