Panen Pasca Panen Keragaan Usahatani Tebu Petani Mitra PG XYZ

kedua, bibit diletakkan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm dan bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Setelah bibit ditanam, pekerjaan berikunya adalah pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah ZA dengan dosis 8 kuintal per hektar, SP-36 2 kuintal per hektar, dan KCl 2 kuintal per hektar. Untuk satu minggu setelah tanam pupuk I diberikan 4 kuintal per hektar pupuk ZA dan 2 kuintal per hektar pupuk SP-36. sebulan kemudian pupuk II diberikan 4 kuintal per hektar ZA dan 2 kuintal per hektar pupuk KCl. Penyiangan terhadap gulma juga dilakukan tergantung dari pertumbuhan gulma. Setelah empat bulan, daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun kering dan menghindari kebakaran. Pekerjaan ini biasa disebut klentek atau perempalan. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh dengan baik dibuang. Perempalan berikutnya dilakukan setelah tebu berumur 6-7 bulan. Tanaman tebu membutuhkan air pada saat masa pertumbuhan vegetatif dan waktu tanam. Hal ini dapat dilakukan dengan membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam dan air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.

5.4.3 Panen

Setelah tebu memenuhi timgkat kemasakan, maka akan dilakukan pengolahan panen. Umur panen tebu bergantung dari varietas tebu. Varietas genjah masak optimal pada kisaran kurang dari 12 bulan, varietas sedang masak optimal pada 12-14 bulan, sedangkan varietas dalam masak optimal pada kisaran diatas 14 bulan. PG XYZ melakukan puncak giling pada bulan Agustus pada saat rendemen maksimal dicapai. Cara memanen tebu masih menggunakan alat tradisional dan jasa tenaga buruh tani dengan bantuan cangkul dan arit. Langkah awal tanah di sekitar rumpun tebu dicangkul sedalam 20 cm. Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan tiga ruas dari pangkal batang dan pucuknya dibuang. Batang tebu diikat menjadi satu 30-50 batangikatan dengan menggunakan daun tebu sebagai talinya. Tebu tanaman pertama yang sudah ditebang akan dilakukan pengeprasan untuk tanaman kedua pada tahun berikutnya. Untuk menyelesaikan pekerjaan pengeprasan diperlukan 10-14 orang per hektar. Biaya tebang akan meningkat, bilamana musim hujan tiba. Hal ini dikarenakan truk pengangkut tebu tidak dapat memasuki lahan petani tebu sehingga buruh tebang harus berjalan jauh dari lahan milik petani ke truk pengangkut tebu.

5.4.4 Pasca Panen

Tebu yang sudah ditebang dan diikat akan segera dimasukkan ke dalam PG untuk digiling. Biaya angkut tergantung dari jarak kebun petani tebu terhadap PG. Syarat batang tebu yang baik agar memiliki rendemen yang baik adalah tidak mengandung pucuk tebu, bersih dari kotoran seperti tanah atau daun kering, dan berumur maksimun 36 jam setelah tebang. Dengan demikian, tebu yang digiling harus memenuhi syarat manis, bersih, dan segar untuk mendapatkan rendemen yang optimal. Tebu yang tidak memenuhi standar tingkat kemasakan, akan ditolak oleh PG. Hal ini perlu pula tingkat pengambilan sampel yang cermat dan teliti sehingga tebu yang diambil dapat mewakili keseluruhan tebu yang diangkut. Tingkat kemasakan juga mempengaruhi rendemen. Tingkat kemasakan merupakan salah satu komponen awal dari menghitung rendemen sementara.

VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1 Pelaksanaan Kemitraan di PG XYZ

Kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula bermula sejak pihak pabrik gula kekurangan pasokan bahan baku tebu dan menggiling tebu di bawah kapasitas giling, sedangkan petani tidak memiliki jaminan pasar dan butuh pengolahan lebih lanjut agar tebu lebih bernilai. Dengan demikian, terdapat hubungan saling membutuhkan antara pabrik gula dan petani tebu rakyat. PG semakin intensif menjalankan kemitraan dengan petani tebu rakyat sejak pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1975 sebagai salah satu kebijaksanaan baru dalam bidang industri gula. Inpres tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan sinergi dan peran tebu rakyat, perusahaan perkebunan, dan koperasi dalam pengembangan industri gula. Kemitraan tersebut terus berlanjut meskipun Inpres tersebut telah dicabut dan digantikan Inpres Nomor 5 Tahun 1997 dan Inpres Nomor 5 Tahun 1998 yang dilandasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 dimana petani diberi kebebasan memilih komoditi yang akan diusahakannya. Bentuk kemitraan yang diterapkan PG XYZ dengan petani tebu rakyat yaitu pola kemitraan Inti Plasma, dimana PG XYZ bertindak sebagai inti dan petani tebu rakyat sebagai plasma. PG XYZ sebagai pihak inti berperan dalam memberikan bantuan kepada pihak plasma. Bantuan yang diberikan berupa peminjaman traktor, pengadaan bibit, bantuan biaya garap, bantuan biaya tebang angkut serta pengadaan pupuk. Petani berkewajiban untuk menggilingkan hasil panennya kepada PG XYZ. Akan tetapi kemitraan tidak berjalan dengan sesuai yang diharapkan. Banyak petani menggilingkan tebunya pada pabrik gula lain bukan pemberi bantuan kredit