Petani Mitra Skala Besar

Pasca Panen Pada pelayanan pasca panen, atribut rendemen yang diberikan kepada petani mitra dinilai masih dibawah harapan petani mitra. PG dapat memperbaiki kinerjanya dengan memberikan informasi cara menghitung rendemen serta memberikan transparansi dalam mengeluarkan angka rendemen tersebut. Dengan demikian, akan tumbuh saling percaya antar PG dengan petani mitra. Petani pun harus menyadari kondisi tebunya yang memang harus dilakukan bongkar ratoon agar memiliki rendemen yang tinggi.

7.4.3 Petani Mitra Skala Besar

Strategi yang diterapkan petani mitra skala besar tidak berbeda dengan petani mitra skala menengah. Hanya satu atribut yang harus diperbaiki oleh PG, yaitu atribut rendemen. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan yang selama ini dijalankan. Sarana Produksi Untuk pelayanan sarana produksi, petani mitra skala besar menilai kinerja PG sudah cukup baik dan harus dipertahankan sehingga petani menjadi loyal dalam menggilingkan tebunya pada PG. Teknis budidaya Hal yang sama terjadi pula teknis budidaya, hampir seluruh atribut di dalam teknis budidaya telah dinilai baik kinerjanya oleh petani mitra skala besar. Strategi PG hanya mempertahankan kinerja yang sudah baik tersebut. Pasca Panen Satu atribut yang dinilai petani mitra skala besar memiliki kinerja buruk adalah rendemen yang diberikan. Strategi yang harus diterapkan adalah adanya transparansi dari pihak PG dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan rendemen petani sehingga petani akan merasa percaya bahwa selama ini rendemen yang diberikan telah sesuai dengan kondisi tebunya. Dari sisi petani pun, harus menerapkan pola budidaya yang benar sehingga tebunya memiliki kualitas yang baik.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dan pedoman pada tujuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan, kemitraan yang berjalan antara petani tebu rakyat dengan PG XYZ sudah berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dari perjanjian kemitraan yang sudah banyak terealisasi. Namun demikian, lemahnya perjanjian tersebut dari sisi hukum mengakibatkan beberapa klausul perjanjian tidak sesuai dengan realisasi. Perjanjian kemitraan yang selalu sama tiap tahunnya, mengakibatkan tidak adanya perbaikan dalam pencapaian kesinergisan kemitraan. 2. Hasil analisis kepentingan-kepuasan dan indeks kepuasan pelanggan menunjukkan bahwa petani dengan skala kecil telah cukup puas dengan kinerja PG terutama atribut bantuan biaya tebang angkut, pemetaan luas areal kebun, dan frekuensi bimbingan teknis. Akan tetapi, petani mitra mengeluhkan bantuan biaya garap yang kurang dan juga terlambat. Petani skala kecil memiliki indeks kepuasan sebesar 63,124 persen. Angka ini dapat dikategorikan cukup puas atas kinerja PG selama kemitraan. 3. Petani mitra dengan skala usaha menengah menyatakan bahwa PG seringkali membeda-bedakan dalam hal penanganan terhadap keluhan sehingga seringkali petani skala menengah tidak mendapat respon terhadap keluhan dan rendemen yang diberikan kepada petani belum transparan. Atribut bantuan biaya tebang angkut dan frekuensi bimbingan teknis merupakan atribut yang dinilai kinerjanya cukup baik dibanding atribut lain. Indeks kepuasan petani mitra skala menengah sebesar 61,459 persen, artinya petani skala menengah cukup puas dengan kinerja kemitraan PG.