Pengukuran Beban Kerja Ergonomi
Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik otot dan kerja mental. Kondisi fisik subjek yang berpengaruh terhadap beban
kerja antara lain jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi, dan riwayat penyakit. Fisik lelaki umumnya lebih kuat dari wanita, sedangkan usia memiliki tingkatan
yang berbeda. Pada usia 25 – 35 tahun merupakan kondisi tubuh paling prima dari manusia, dan pada usia di atas 40 tahun, kondisi fisik tubuh semakin jauh
menurun. Pada kerja mental pengeluaran energi relatif kecil dibandingkan pada kerja fisik dimana tubuh akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen,
heart rate , temperature tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh.
Perlunya menganalisa konsumsi energi yang dipakai pada beberapa pekerjaan tertentu adalah masih menduduki prioritas utama dan bertujuan antara
lain memilih frekuensi dan periode istirahat pada manajemen waktu kerja, mencari metode alternatif pemilihan peralatan untuk mengerjakan suatu jenis
pekerjaan, sebagai dasar perancangan alat dan mesin yang ergonomis, serta hal yang tidak kalah pentingnya adalah hubungannya dengan pengukuran fitness dan
penerapannya untuk perancangan aktivitas kerja maupun jenis pekerjaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas sehari-hari, manusia membutuhkan energi.
Jumlah energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme tubuh secara keseluruhan saat melakukan aktifitas disebut dengan Total Energy Cost TEC.
Nilai TEC merupakan penjumlahan dari Basal metabolis Energy BME dan Work Energy Cost
WEC. Menurut Syuaib 2003, BME merupakan konsumsi energi yang
diperlukan untuk menjalankan fungsi minimal fisiologisnya. Sedangkan menurut Nurmianto 2008 metabolisme basal adalah konsumsi enegi secara konstan pada
saat istirahat dengan perut dalam keadaan kosong. BME tergantung dari ukuran tubuh berat dan tinggi badan dan jenis kelamin pria atau wanita. Sedangkan
WEC Work Energy Cost merupakan jumlah energi tambahan yang harus dikeluarkan oleh tubuh ketika melakukan suatu aktivitas kerja.
Menurut Grandjean 1993 bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal :
1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal. Keterangan kebutuhan seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 100 kilo joule
23,87 kilo kalori per 24 jam per kg BB. Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 98 kilo joule 23,39 kilo kalori
per 24 jam per kg BB. 2. Kebutuhan kalori untuk kerja. Kebutuhaan kalori untuk kerja sangat ditentukan
oleh jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan. 3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas-aktivitas lain diluar jam kerja. Rata-rata
kebutuhan kalori untuk aktivitas diluar kerja adalah ± 2400 kilo joule 573 kilo kalori untuk laki-laki dewasa dan sebesar 2000 – 2400 kilo joule 425 – 477
kilo kalori per hari untuk wanita dewasa. Dalam terminologi energi kerja, terdapat istilah Total Energy Cost per
Weight TEC’. TEC’ merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi untuk
mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja dengan menghilangkan faktor berat, karena pada saat seseorang
bekerja, energi yang harus dikeluarkan bukan hanya untuk aktivitas kerja itu sendiri, tetapi juga harus mengeluarkan energi tambahan untuk membawa berat
badannya. Oleh karena nilai TEC pada masing-masing subjek harus dibagi dengan faktor berat badan yang disebut dengan Total Energy Cost per Weight
TEC’. Dengan bertambah kompleksnya aktivitas otot, maka beberapa hal yang
patut dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap manifestasi kerja tersebut yaitu denyut jantung heart rate, tekananan darah blood pressure, keluaran paru
cardiac output , komposisi kimia darah latic acid content, temperature tubuh body temperature, kecepatan berkeringat sweating rate, kecepatan membuka
dan menutupnya ventilasi paru pulmonary ventilation serta konsumsi oksigen oxygen consumption Wignjosoebroto 2008.
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Merasakan denyut yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan.
b. Mendengarkan denyut dengan stetoskop.
c. Menggunakan ECG electrocardiogram, yaitu mengukur signal elektrik yang
diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.
d. Menggunakan Heart Rate Monitor HRM, mengukur detak jantung di dada
pada waktu tertentu, dilengkapi display pada receiver yang di pergelangan tangan.
Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, denyut jantung merupakan variabel yang paling mudah untuk diukur. Pengukuran
beban kerja secara tidak langsung menggunakan pencatat denyut jantung secara kontinyu membuka gambaran umum dari seluruh aktivitas yang dilakukan pada
hari tersebut. Menggunakan alat ini memungkinkan untuk memisahkan berbagai macam aktivitas sesuai dengan denyut jantungnya Astrand dan Rodalh 1977
dalam Syuaib 2003. Denyut
jantung Heart Rate HR permenit subjek direkam oleh alat
Heart Rate Monitor HRM. HRM adalah metode pengukuran yang paling umum
dan paling nyaman digunakan untuk mengukur suatu beban kerja fisiologis physiological strain. Banyak peneliti ergonomika percaya bahwa meningkatnya
tingkat laju denyut jantung dapat menunjukkan beban kerja, baik secara fisik maupun mental, karena terdapat korelasi yang linier terhadap konsumsi energi
fisik physical energy cost. Oleh karena itu data kontinyu dari laju denyut jantung pada suatu aktivitas berguna sebagai indikator dari beban kerja psiko-
fisiologis. Nilai denyut jantung umumnya sangat dipengaruhi faktor-faktor personal,
psikologis, dan lingkungan, sehingga untuk menghindari subyektifitas perhitungan nilai denyut jantung harus dinormalisasi agar diperoleh nilai denyut
jantung yang lebih obyektif Syuaib 2003.