Petani pengguna tajak di Kalimantan Selatan melakukan penyesuaian dimensi tajak yang dibutuhkan berdasarkan trial and error serta pengalaman. Analisis panjang
tangkai penting dilakukan untuk mendapatkan panjang tangkai yang sesuai dengan antropometri tubuh petani serta sehingga aman dan nyaman ketika digunakan.
Gambar 23 Diagram alir penelitian
Denyut Jantung ST HRST
HRWork Penelitian
Pendahuluan Pengambilan
Data Karakteristik Subjek Pengambilan
Data Lapang
Kalibrasi Step Test KST
Analisis Efektivitas Kerja Tajak
BME
HRRest HRST1,2,3
WECST
IRHRST
Persamaan Kalibrasi
Analisis Beban Kerja
Denyut Jantung Kerja HRWork
HRRest
IRHRWork
WEC TEC
+ BME
TEC’ BK
Kualitatif
BK Kuantitatif
Analisis Kesesuaian Alat‐
Deskripsi antropometri
Data Dimensi Tajak
Data Analisis Gerak
Gerak Optimal
Dimensi Optimal
Weight
Σ Gulma sebelum ditajak Σ Gulma setelah ditajak
Efektivitas Kerja Tajak
Parameter Desain
Kapasitas Kerja Tajak
Jamha
Konsumsi Energi Kerjaha
kkalha
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengukuran Beban Kerja
Pengukuran beban kerja meliputi dua hal yaitu beban kerja kuatitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif diperlukan untuk mengetahui
berapa besar energi energy cost yang diperlukan oleh subjek sebagai operator tajak dalam bekerja. Tahap pengukuran dimulai dengan menghitung metabolisme
basal BME, IRHR, WEC, TEC Kerja dan TEC’. Sedangkan beban kerja kualitatif di perlukan untuk mengetahui tingkat beban kerja kejerihan relatif
terhadap kondisi fisiologis subjek.
4.1.1 Pengukuran Metabolisme Basal BME
Pengukuran BME merupakan langkah pertama dalam menghitung beban kerja, karena akan diketahui konsumsi energi yang diperlukan subjek untuk
menjalankan fungsi minimal fisiologisnya. Adapun parameter fisik yang diukur dari subjek dalam hal ini adalah tinggi badan dan berat badan. Dengan pendekatan
volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME ekivalen VO
2
berdasarkan luas permukaan tubuh Tabel 1. Berikut adalah contoh perhitungan nilai BME subjek dari data antropometri :
Contoh perhitungan untuk subjek P1 : H = 160 cm
W = 53.1 kg A = H
0.725
x W
0.425
x 0.007246 = {160
0.725
x 53.1
0.425
x 0.007246} = 1.553 m
2
VO
2
= 192 [tabel 2] BME = 192 x 5 x 1 1000 [konversi nilai BME dari VO
2
] = 0.96 kkalmenit
Berikut disajikan hasil pengukuran dimensi tubuh dan BME masing- masing subjek:
Tabel 7 Karakteristik antropometri dan nilai BME masing-masing subjek Subjek
Jenis Kelamin
Usia tahun
Berat kg
Tinggi m
2
A m
2
BME kkalmenit
P1 Laki-laki 33 53.1 160 1.55 0.96
P2 Laki-laki 35 51.8 159 1.53 0.95
P3 Laki-laki 35 65 163 1.72 1.07
P4 Laki-laki 26 52.5 156.7 1.52
0.94 Hasil menunjukkan, terdapat korelasi postif antara dimensi tubuh terhadap
BME. Tabel 7 menunjukkan, Subyek P4 memiliki dimensi tubuh 1.52 sehingga BME nya 0.9imensi tubuh yang lebih luas, yaitu 1.72 m
2
sehingga BME nya 1.07 kkalmenit . Hal ini menunjukkan, semakin luas dimensi seseorang maka semakin
besar energi yang dbutuhkan untuk menjalankan fungsi-fungsi organ tubuh.
4.1.2 Pengukuran IRHR
ST
, WEC
ST,
IRHR Kerja dan WEC Kerja
Kalibrasi Step Test KST dilakukan untuk mengetahui korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja. Setiap subjek memiliki
karakteristik yang berbeda usia, pengalaman dan kemampuan fisiologis kemampuan cardio-vaskuler dan serat otot yang berbeda-beda. Sehingga setiap
grafik pengukuran denyut jantung juga berbeda. Gambar 24 memberikan gambaran salah satu hasil pengukuran KST. Hasil pengukuran lainnya dapat
dilihat pada Lampiran 3.
HR KST Subyek P1
20 40
60 80
100 120
140
5 10
15 20
25 30
35
Waktu Menit D
e ny
ut J a
n tun
g
D e
n y
ut M
e ni
t
Gambar 24 Hasil pengukuran denyut jantung KST Subjek P1
R1 ST1
R2 ST2
R3 ST3
Hasil pengukuran denyut jantung KST menunjukkan ada pola umum grafik, yaitu terjadi peningkatan denyut jantung sering dengan meningkatnya tingkat
beban yang di berikan berupa frekuensi step test. Pada frekuensi 20 siklusmenit menunjukkan grafik denyut jantung terrendah dan frekuensi 30 siklusmenit
grafik denyut jantung tertinggi. Hasil pengukuran KST dapat dilihat pada Tabel 8. Dari hasil pengukuran tersebut, nilai HR saat step test dibandingkan dengan
nilai HR saat istirahat untuk memperoleh nilai IRHR step test. Tabel 8 IRHR subyek pada KST
SUBJEK ST IRHR
R1 ST1 ST2 ST3 IRHR
ST1
IRHR
ST2
IRHR
ST3
P1 78.25 108.83 115.91 125.14
1.39 1.48
1.60 P2 77.78
107.1 114.73
123.25 1.38 1.48 1.58 P3
87.36 110.75 120.44 131.68 1.27
1.38 1.51
P4 82.35 117.38 126.5 145.41 1.43
1.54 1.77
Nilai WEC
ST,
yang merupakan nilai konsumsi energi subjek untuk proses metabolisme tubuh dan melakukan kerja perlu dihitung untuk membuat grafik dan
persamaan daya dengan nilai IRHR. Nilai WEC
ST
dapat dihitung dengan pendekatan prinsip tenaga. Diasumsikan, pada saat melakukan step test subjek
sedang berjalan menaiki tangga dengan membawa beban sejumlah berat tubuhnya sendiri. Contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai WEC
ST
pada Subjek P1 adalah sebagai berikut :
w = 53.1 kg f
ST1
= 20
siklus menit
g = 9.81
m detik
2
f
ST2
= 25
siklus menit
h = 0.30 m f
ST3
= 30
siklus menit
Faktor Kalibrasi J kalori = 4.2
3
10 2
. 4
2
h f
g w
WEC
n ST
= 53.1 x 9.81 x 40 x 0.30 4.2 x 10
3
WEC
ST1
= 1.49 kkalmenit WEC
ST2
= 1.86 kkalmenit WEC
ST3
= 2.232 kkalmenit