Strategi Manajemen Risiko Usahatani Interaktif Interactive Risk

322

7.4.2. Strategi Manajemen Risiko Usahatani Interaktif Interactive Risk

Management Strategy Petani dalam menjalankan kegiatan usahatani cabai merah dihadapkan pada risiko usahatani, seperti gagal panen atau produksi jatuh. Akibatnya petani menderita kerugian. Pada awal musim tanam, petani selalu memiliki harapan subyekktif yang dikembangkan dari pengalaman musim-musim sebelumnya, meliputi perkiraan kejadian, jumlah, distribusi dan durasi hujan atau kemungkinan insiden serangan OPT. Sejalan dengan perkembangan umur tanaman, harapan tersebut akan diperbaiki dan secara bertahap. Petani melakukan penanggulangan risiko yang bersifat interaktif untuk menekan dampak yang ditimbulkannya. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani cabai merah besar dan cabai merah keriting dalam menentukan waktu tanam. Tabel 58 menunjukkan sebagian besar petani yang memutuskan waktu tanam cabai merah besar pada lahan sawah dataran rendah pada akhir musim hujanMH 51 , pertengahan musim kemarauMK 23, akhir MK 17.5, serta pertengahan MH 8.5 . Sementara itu, petani melakukan tanam cabai merah keriting pada akhir MH 46.87 , akhir MK 31.25 , pertengahan MK 10.42 , serta pertengahan MH 11.46 . Sebagian besar petani baik cabai merah besar maupun cabai merah keriting menanam cabai merah pada akhir MH hingga MK I. Hal ini petani menekankan pentingnya ketersediaan air pada awal tanam hingga masa pertumbuhannya dan menghindari hujan pada periode pembungaan. Bahkan terdapat sebagian kecil petani cabai merah yang menanam pada pertengahan MH dengan alasan untuk mendapatkan harga jual yang tinggi. 323 Tabel 58. Strategi Manajemen Risiko Interactive Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 Cabai Merah Besar Cabai Merah Keriting No. Uraian Frek N=200 Frek N=96 1 Waktu penanaman cabai merah a. Akhir MH dengan perkiraan ketersediaan air masih mencukupi b. Akhir MK agar kebutuhan air dapat terjamin c. Pertengahan MK pada saat air masih tersedia d. Pertengahan MH dengan pertimbangan bersifat non teknis 102 35 46 17 51.00 17.50 23.00 8.50 45 30 10 11 46.87 31.25 10.42 11.46 2 Bila sebagian tanaman di lapangan ternyata mati, maka : a. Dilakukan penyulaman b. Tidak dilakukan penyulaman 169 31 84.50 15.50 93 3 96.87 3.13 3 Jarak tanam yang digunakan a. Jarak tanam rapat b. Jarak tanam sedang c. Jarak tanam renggangjaranglebar 53 102 45 26.50 51.00 22.50 27 43 23 28.12 44.79 23.96 4 Jenis pupuk yang digunakan pada pertanaman cabai merah a. Pupuk tunggal saja b. Pupuk tunggal dan majemuk c. Pupuk tunggal dan pupuk organik d. Pupuk majemuk dan pupuk organik e. Pupuk tunggal, majemuk, dan pupuk organik 7 68 2 2 121 3.50 34.00 1.00 1.00 60.50 3 7 5 6 75 3.13 7.29 5.21 6.25 78.12 5 Penggunaan pupuk pada MK vs MH a. Tidak berbeda jenis maupun volumenya b. Tidak berbeda jenis, tetapi berbeda volumenya c. Berbeda jenis maupun volumenya 58 101 41 29.00 50.50 20.50 45 41 10 46.87 42.71 10.42 6 Metode pengendalian hama penyakit yang dilakukan a. Sebagai tindakan pencegahan preventif b. Sebagai tindakan pembasmian kuratif c. Sebagai tindakan prevenif dan sekaligus kuratif 106 5 89 53.00 2.50 44.50 65 3 28 67.71 3.13 29.17 7. Kecenderungan petani dalam pengendalian OPT. yang dilakukan a. Cenderung menggunakan pestisida kimiawi b. Cenderung menggunakan pestisida nabatiPHT c. Cenderung menggunakan pestisida kimiawi dan nabati 119 17 64 59.50 8.50 32.00 45 2 49 46.88 2.08 51.04 324 Tabel 58. Lanjutan Cabai Merah Besar Cabai Merah Keriting No. Uraian Frek N=200 Frek N=96 8 Pengoplosan pestisida dalam pengendalian OPT. a. Sebagai tindakan pencegahan b. sebagai tindakan pembasmian c. Sebagai tindakan prefentif dan sekaligus kuratif 37 19 144 18.50 9.50 72.00 19 11 66 19.79 11.46 68.75 9 Alasan melakukan pengoplosan pestisida a. Sekaligus mencegahmematikan beberapa jenis OPT. b. Menghemat biaya dengan mencampur pestisida mahal dan murah c. Hasil coba-coba menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dibanding pestisida tunggal d. Menghemat waktu dan tenaga 62 37 22 79 31.00 18.50 11.00 39.50 28 12 9 47 29.17 12.50 48.96 9.37 10 Tindakan yang dilakukan saat mengalami kelangkaan TK upahan a. Memanfaatkan TK keluarga semaksimal mungkin b. Memenfaatkan TK yang ada secara bergantian c. Mencari TK upahan dari luar desaluar daerah d. Menggunakan TK ternak e. Menggunakan TK mekanikmesin 71 24 86 5 14 35.50 12.00 43.00 2.50 7.00 41 18 30 3 4 42.71 18.75 31.25 3.12 4.17 11 Tindakan yang dilakukan jika mengalami kekurangan atau kesulitan permodalan a. Meminjam dari sumber kredit formal b. Meminjam dari kredit informal c. Meminjam dari kelompok tanigapoktankoperasi tani d. Meminjam dari perusahaan mitra e. Meminjam dari saudaratetanggakerabat 30 45 60 20 45 15.00 22.50 30.00 10.00 22.50 26 9 27 2 32 27.08 9.37 28.13 2.08 33.33 Salah satu risiko usahatani yang dihadapi petani berkenaan dengan pemilihan waktu tanam adalah mati atau kerdilnya tanaman pada saat umur dibawah satu bulan dan kekurangan air kejadian kekeringan di luar harapan awal. Strategi manajemen risiko usahatani interaktif yang dilakukan petani untuk mengatasi kedua masalah di atas adalah dengan melakukan penyulaman 84.50 untuk petani cabai merah besar dan 96.87 untuk petani cabai merah keriting. 325 Beberapa petani menanam dengan populasi bibit banyak dan selanjutnya melakukan penjarangan. Selain itu, petani melakukan penyiraman rutin dengan sistem gembor atau kocor terutama untuk cabai merah besar dan cabai merah keriting di lahan sawah yang bersumber dari saluran irigasi, sedangkan untuk petani cabai merah besar dan cabai merah keriting di lahan kering dataran tinggi dengan irigasi pralon dan irigasi tetes. Sebagian besar petani cabai merah besar 51 menggunakan jarak tanam sedang 30x40 cm; 40x40 cm; dan 40x50 cm; sebesar 26.50 menggunakan jarak rapat 20x20 cm; 20x30 cm; 20x40 cm; 25x25 cm; 25x30 cm; dan 25x40 cm; dan sisanya 22.50 menggunakan jarak renggang 50 x 50 cm; 50x60 cm; 50 x 70 cm; 60x60 cm; 60x70 cm. Sementara itu, petani cabai merah keriting menggunakan jarak tanam sedang 44.79 , rapat 28.12 , dan renggang 23.96 . Hasil kajian ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Adiyoga dan Soetiarso 1999 mengemukakan bahwa petani cabai merah besar di Kabupaten Brebes sebagian besar menggunakan jarak tanam rapat. Hal ini terutama disebabkan oleh pergeseran penggunaan benih dari benih unggul lokal ke benih hibrida yang mensyaratkan ditanam dengan jarak tanam sedang hingga renggang untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang baik. Jarak tanam yang dipilih merupakan strategi interaktif untuk menyiasati harapan kelembaban dan jenis tanah, jenis benih dan kualitasnya, dalam rangka merespon terhadap terjadinya kematian bibit, serta menciptakan fleksibilitas jika terpaksa harus mengubah kerapatan densitas pertanaman dengan melakukan penjarangan. 326 Sebagian besar petani cabai merah besar 60.50 dan cabai merah keriting 78.12 menggunakan pupuk tunggal sekaligus pupuk majemuk dan pupuk organik. Penggunaan pupuk secara simultan antara pupuk tunggal dan pupuk majemuk tanpa pupuk organik untuk usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting masing-masing 34.00 dan 7.29 . Walaupun petani mengetahui bahwa unsur yang terdapat dalam pupuk majemuk terdapat unsur hara yang sama dengan yang terkandung dalam pupuk tunggal, petani tetap menggunakan pupuk tunggal dengan alasan kandungan dalam pupuk majemuk relatif kecil dan untuk menambah keyakinan akan keberhasilan usahatani. Dari sisi strategi manajemen risiko, langkah tersebut dapat dikategorikan sebagai salah satu metode strategi manajemen risiko interaktif, karena petani dapat mengatur penambahan atau pengurangan pupuk sesuai dengan persepsinya menyangkut kebutuhan hara tanaman cabai merah besar dan cabai merah keriting. Tingkat partisipasi petani yang menggunakan pupuk organik sangat tinggi baik untuk cabai merah besar maupun cabai merah keriting, masing-masing sebesar 62.50 dan cabai merah besar pada lahan kering dataran tinggi 89.58. Kelebihan penggunaan pupuk organik adalah mengandung unsur hara dan pembenah tanah yang dapat memperbaiki struktur tanah dan sifat bio-kimia tanah. Penggunaan pupuk organik akan meningkatkan efektivitas penyerapan unsur-unsur hara dalam tanah oleh tanaman. Dengan demikian pemberian pupuk organik juga akan meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk kimiawi. Dalam memberikan pupuk antar MK vs MH sebagian besar petani cabai merah besar baik untuk cabai merah besar maupun cabai merah keriting pada 327 berpendapat bahwa tidak berbeda jenis maupun volumenya masing-masing 29 dan 46.87 . Sebagian petani tidak berbeda jenis, tetapi volumenya berbeda masing-masing 50.50 dan 42.71 . Sebagian petani lainnya berbeda jenis maupun volumenya masing-masing 20.50 dan 10.42 . Sebagian petani mengurangi penggunaan pupuk pada musim penghujan terutama jenis pupuk N yang ditujukan untuk menghemat dan sekaligus membatasi pertumbuhan daun yang terlalu lebat agar tidak mengundang OPT. Pada umumnya petani cabai merah besar 53.00 dan petani cabai merah keriting 67.71 menggunakan pestisida sebagai tindakan pencegahan preventif. Hanya sebagian kecil yang menyatakan penyemprotan pestisidafungisida sebagai tindakan pembasmian kuratif saja masing-masing untuk petani cabai merah besar 2.50 dan petani cabai merah keriting 3.13 . Sementara itu, petani yang menyatakan bahwa pengendalian hama dan penyakit ditujukan sebagai tindakan preventif dan sekaligus kuratif masing-masing sebesar 38 dan 81 , dan sebagai tindakan kuratif masing-masing hanya 44.50 dan 29.17 . Dengan kata lain, pengambilan keputusan pengendalian dengan pestisidafungisida cenderung lebih diarahkan untuk mengantisipasi risiko terjadinya serangan OPT dan sekaligus untuk mengatasi serangan OPT tersebut. Efektivitas pengendalian OPT sebenarnya tergantung pada kejadian yang bersifat acak, yaitu ada tidaknya serangan OPT. Jika tidak ada OPT, maka input ini tidak berpengaruh terhadap produksi, bahkan mungkin menimbulkan pemborosan serta menimbulkan resistensi dan surgerensi terhadap OPT tertentu. Dengan demikian, efisiensi dan efektivitas pengendalian OPT secara integral 328 berhubungan erat dengan risiko produksi. Berkaitan dengan strategi manajemen risiko usahatani interactive, petani sebenarnya memiliki fleksibilitas untuk mengatur perlu tidaknya penggunaan pestisidafungisida selama pertanaman berada di lapangan dan hal ini sangat terkait dengan perilaku petani terhadap risiko produksi. Secara empiris semakin tinggi keberanian dalam menghadapi risiko maka akan semakin tinggi alokasi penggunaan pestisida untuk penaggulangan serangan OPT. Kecenderungan petani cabai merah besar dan cabai merah keriting adalah cenderung mengendalikan OPT dengan pestisida kimiawi 59.50 dan 46.88 . Petani yang menggunakan kombinasi pestisida kimiawi dan nabati masing- masing 32.00 dan 51.04 . Terakhir petani yang hanya menggunakan pestisida nabati sangat kecil masing-masing sebesar 6 dan 13 . Artinya dalam menghadapi risiko usahatani, petani lebih mengandalkan pestisida kimiawi dan kombinasi pestisida kimiawi dan nabati, karena lebih efektif dibandingkan dengan pestisida nabati. Pengendalaian OPT dengan PHT mulai diintroduksikan di daerah sentra produksi Kabupaten Brebes dan Kabupaten Boyolali. Namun keberhasilannya masih rendah, karena penerapannya yang masih bersifat parsial dan belum melalui aksi kolektif kelompok tani. Perilaku petani dalam pengendalian OPT menunjukkan bahwa sebagian besar petani cabai merah besar dan cabai merah keriting juga melakukan pengoplosan pestisida sebagai tindakan preventif dan sekaligus kuratif masing- masing dengan pangsa 72.00 dan 68.75 . Beberapa alasan petani melakukan pengoplosan adalah untuk menghemat waktu dan tenaga kerja, 329 mencegah dan membasmi beberapa OPT sekaligus, menghemat biaya dengan mencampur pestisida lebih murah, serta hasil coba-coba menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi. Tenaga kerja tampaknya masih belum merupakan kendala pokok dalam usahatani cabai merah besar maupun cabai merah keriting. Jika petani cabai merah besar dan cabai merah keriting mengalami kesulitan tenaga kerja terutama pada saat kegiatan pengolahan tanah dan penanaman terutama dipecahkan menggunakan tenaga kerja upahan, memanfaatkan TK keluarga, dan melalui sambat-sinambat arisan tenaga kerja. Secara empiris tidak ditemukan penggunaan traktor dan tenaga ternak dalam pengolahan lahan usahatani cabai merah besar. Petani cabai merah besar dan cabai merah keriting sering menghadapi masalah permodalan terutama untuk membeli sarana produksi. Beberapa langkah yang diambil secara berturut-turut adalah : meminjam saprodi ke kelompok tani, meminjam saudara atau kerabat, kredit formal perbankan, kredit informal kiostoko saprodi, dan sebagian kecil meminjam dari perusahaan mitra. Nampak bahwa pilihan strategi risiko oleh petani akan sangat tergantung kondisi permodalan. Langkah-langkah tersebut merupakan metode utama strategi manajemen risiko interctive jika petani mengalami kesulitan modal pada saat mengusahakan cabai merah. Temuan yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah bahwa ternyata aksessibilitas petani terhadap lembaga perbankan formal pada usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting sudah cukup baik, meskipun diakui bahwa ketergantungan terhadap sumber kredit 330 informal masih banyak ditemukan di daerah sentra produksi cabai merah di Kabupaten Brebes.

7.4.3. Strategi Manajemen Risiko Usahatani Ex-post Ex-post Risk