88
3.8. Variabel Sosial Ekonomi Determinan Inefisiensi Teknis
Isu inefisiensi pada dasarnya timbul dari anggapan bahwa petani dalam usahataninya berperilaku rasional, tujuan petani adalah memaksimumkan
keuntungan. Inefisiensi dapat diinterpretasikan sebagai suatu titik atau tahapan di mana tujuan dari pelaku eknomi belum secara penuh dimaksimalkan Adiyoga
dan Soetiarso, 1999. Dengan demikian, dalam kondisi inefisiensi masih terdapat ruang untuk meningkatkan produktivitas melalui penurunan tingkat inefisiensi
teknis. Petani dalam menjalankan okupasinya mempunyai dua fungsi sekaligus,
yaitu sebagai kultivator tukang tani dan sebagai manajer usahatani Slamet, 2008. Fungsi yang pertama, petani sebagai tukang tani bertanggung jawab akan
kehidupan tanaman yang diusahakan. Fungsi yang kedua, petani sebagai manager usahatani bertanggung jawab dalam memanfaatkan segala aset dan sumberdaya
yang dimiliki dalam rangka memaksimumkan keuntungannya. Sebagai manager usahatani berperan dalam mengambil keputusan berkaitan dengan usahataninya,
merencanakan usahatani yang akan dilakukan, melaksanakan kegiatan usahatani, dan memasarkan hasil usahataninya. Mutu keputusan yang diambil petani baik
sebelum mulai usahatani maupun sesudah kegiatan usahatani dilakukan sangat penting dalam menentukan efisien tidaknya usahatani yang akan dijalankan.
Chen et al. 2003 di dalam hipotesanya mengestimasi beberapa determinan penyebab terjadinya inefisiensi teknis produksi gandum di China,
antara lain: pertama adalah sumberdaya manusia, petani yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih efisien di dalam berproduksi. Cheng
89 1998 menemukan bahwa tingkat pendidikan yang dienyam kepala keluarga
KK rumah tangga berdampak positif terhadap output yang dihasilkan. Kedua adalah petugas desa, peran petugas desa sangat besar dalam kemampuannya
mengakses sarana produksi dan kewenangan yang dimiliki di dalam mendistribusikan input yang disubsidi. Ketiga adalah pasar, harga yang tebentuk
di pasar merupakan insentif bagi petani untuk mengusahakan komoditas tertentu, terlebih lagi jika ada jaminan dari pemerintah baik dalam bentuk kebijakan harga
dasar maupun bentuk kebijakan harga lainnya. Keempat pola penguasaan lahan, kelembagaan penguasaan lahan milik, sewa, dan sakap turut mempengaruhi
keputusan petani didalam mengalokasikan input produksinya. Wilson et al. 1998 mengungkapkan hasil estimasi beberapa determinan
penyebab terjadinya inefisiensi teknis dalam usahatani kentang di Inggris, antara lain : 1 Pengalaman petani mengusahakan komoditas kentang, 2 Keikutsertaan
petani dalam kelembagaan koperasi, 3 Rotasi tanaman kentang dengan tanaman serealia, 4 Proporsi lahan usahatani kentang yang beririgasi, 5 Adanya tempat
atau gudang untuk penyimpanan sebelum dilakukan penjualan, 6 Jenis benih atau bibit yang digunakan atau tercatattersertifikasi tidaknya bibit yang
digunakan, dan 7 Skala pengusahaan komoditas kentang. Determinan utama inefisiensi teknis adalah proporsi luas usahatani kentang yang menggunakan
irigasi, keikutsertaan dalam kelembagaan koperasi, serta pola rotasi tanaman yang melibatkan tanaman serealia.
Selanjutnya Sukiyono et al., 2005 menunjukkan beberapa determinan penyebab terjadinya inefisiensi teknis di dalam usahatani cabai merah di
90 Kecamatan Selupu, Rejang Lebong mencakup : umur petani, pendidikan petani,
pengalaman berusahatani petani, dan luas lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan sangat menentukan efisien tidaknya usahatani cabai
merah. Pendidikan sebagai proksi dari masukan manajemen, di mana tingkat pendidikan petani akan berpengaruh pada kualitas dalam pengambilan keputusan-
keputusan penting dan kompleks dalam usahatani cabai merah yang bersifat berisiko tinggi high risk dan keuntungan tinggi high profit. Peubah umur dan
pengalaman petani tidak berpengaruh nyata dan bertanda negatif, sedangkan peubah luas area cabai merah meskipun mempunyai tanda seperti yang
diharapkan, namun secara statistik peubah ini bukan merupakan faktor penting yang menentukan tingkat efisiensi teknik.
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kajian empiris maka beberapa faktor yang mempengaruhi inefisiensi usahatani cabai merah, antara lain adalah: umur
petani, pendidikan, pengalaman bertani, pangsa jumlah anggota rumah tangga
usia kerja terhadap total anggota rumah tangga, keanggotaan dalam kelembagaan kelompok tani, pendapatan dan pangsa pendapatan usahatani cabai merah
terhadap total pendapatan rumah tangga, rotasi tanaman dan sistem usahatani, akses terhadap pasar input, akses terhadap pasar output, dan akses terhadap
berbagai sumber kredit, dan pertanian kontrak contract farming. Kerangka alur fikir secara teoritik dan kerangka operasional studi efisiensi produksi dan perilaku
petani terhadap risiko produksi cabai merah di Jawa Tengah dapat disimak pada Gambar 7.
91
Perilaku Risiko Produksi
Petani Tingkat
Inefisiensi Teknis
Alokasi Penggunaan
Input Efisiensi
dan Produktivitas
Cabai Merah Sumber-sumber
Risiko Produksi
Penilaian Risiko Produksi
Petani Risiko Produksi
Strategi Kebijakan : 1. Meningkatkan
Produkstivitas 2. Meningkatkan
Efisiensi 3. Manajemen
Risiko Produksi
Gambar 7. Kerangka Alur Pikir Efisiensi Produksi dan Perilaku Petani Terhadap Risiko Produksi Cabai Merah di Jawa Tengah
Sumber- sumber
Inefisiensi
92
3.9. Hipotesis