Aplikasi Teknologi dan Produktivitas Usahatani Cabai Merah

146

5.4. Aplikasi Teknologi dan Produktivitas Usahatani Cabai Merah

Hukum minimum Liebig Law of the Minimum menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman tidak dikontrol oleh total keseluruhan sumberdaya yang tersedia, tetapi ditentukan oleh sumberdaya yang langka limiting factor. Prinsip “ Land Crop Management” dan Hukum “limiting faktors” menyatakan bahwa produktivitas tanaman akan mencapai batas frontier-nya apabila ketersediaan unsur makro maupun unsur mikro sesuai dengan kebutuhan tanah dan tanamannya; dan produktivitasnya akan ditentukan oleh ketersediaan unsur hara yang terbatas Syafaat, 2011. Implikasi dari prinsip ini adalah penggunaan input produksi pada tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanah dan tanaman. Aplikasi teknologi tidak hanya mencakup jumlah input yang digunakan tetapi juga kualitas, bahkan cara bagaimana memperlakukan input tersebut dalam budidaya pertanian. Dalam analisis ini difokuskan pada tingkat penggunaan input yakni benih, pupuk kimia, PPC dan ZPT, pupuk organik, kapur, pestisida dan fungisida, serta TKDK dan TKLK. Secara terperinci struktur penggunaan input- output ditunjukkan pada Tabel 17. 147 Tabel 17. Struktur Input-Output Fisik per Hektar Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2008-2009 Cabai Merah Besar Cabai Merah Keriting Deskripsi Satuan N Rata-Rata N Rata-rata I. Penggunaan input 1. Benih Gram 200 251.29 96 142.87 2. Pupuk 1 Pupuk Organik - Urea Kg 200 125.05 96 75.03 - ZA Kg 200 126.83 96 125.09 - TSP Kg 200 46.59 96 22.66 - SP-36 Kg 200 64.41 96 46.24 - KCL Kg 200 77.97 96 50.64 - KNO3 Kg 200 6.71 96 8.70 - NPK Kg 200 56.10 96 26.68 - PONSKA Kg 200 99.16 96 61.73 - PPC Lt 200 6.18 96 6.30 - ZPT Kg 200 8.54 96 3.03 2 Pupuk Organik Kg 200 20 706.00 96 12 471.37 3. Kapur dolomitkalsit Kg 200 200.99 96 246.59 4. Belerang sulfur Kg 200 - 96 - 5. Pestisida 1 Padat Kg 200 3.58 96 1.94 2 Cair Lt 200 19.82 96 10.86 6. Fungisida 1 Padat Kg 200 20.52 96 10.12 2 Cair Lt 200 2.62 96 1.54 7. Herbisida 1 Padat Kg 200 0.02 96 0.56 2 Cair Lt 200 0.88 96 0.48 8. Biaya bahan 1 Mulsa PVC Kg 200 38.42 96 4.14 2 Ajir Biji 200 3932.40 96 - 3 Tali rafia Kg 200 4.78 96 - 4 Lainnya Unit 200 47.12 96 - 9. Tenaga Kerja 1 Pengolahan lahan - Dalam Keluarga HOK 200 8.86 96 15.58 - Luar Keluarga HOK 200 34.51 96 32.62 2 Tanam - Dalam Keluarga HOK 200 1.77 96 4.39 - Luar Keluarga HOK 200 11.90 96 6.93 3 Pemeliharaan - Dalam Keluarga HOK 200 15.61 96 37.59 - Luar Keluarga HOK 200 77.64 96 25.31 4 Panen dan angkut - Dalam Keluarga HOK 200 8.24 96 16.20 - Luar Keluarga HOK 200 40.92 96 20.66 5 Pasca panen - Dalam Keluarga HOK 200 4.87 96 9.97 - Luar Keluarga HOK 200 5.78 96 3.75 II. Produktivitas Kg 200 9 491.07 96 8 021.28 148 Produktivitas usahatani cabai merah besar yang dihasilkan petani di Jawa Tengah baru mencapai 94.91 kuintal per hektar. Untuk usahatani cabai merah keriting hanya mencapai tingkat produktivitas 80.21 kuintalhektar. Secara empiris produktivitas cabai merah keriting lebih kecil dibandingkan dengan cabai merah besar. Jika produktivitas aktual petani tersebut dibandingkan dengan potensi produktivitas cabai merah besar hibrida yang mampu mencapai 150-300 kuintal perhektar dan cabai merah keriting yang mampu mencapai 125-220 kuintal per hektar Anonim, 2008; PT. Panah Merah dalam Sayaka et al., 2008, maka tingkat produktivitas yang dicapai oleh petani di Jawa Tengah tergolong sudah cukup tinggi, meskipun masih dibawah potensi maksimalnya. Namun sudah jauh lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata produktivitas cabai merah di Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 50.70 kuintalha. Rata-rata tingkat penggunaan benih cabai merah merah besar mencapai 251 gram dan cabai merah keriting hanya 143 gramha. Penggunaan benih cabai merah oleh petani yang sangat tinggi disebabkan sebagian besar petani masih menggunakan benih lokal produksi sendiri. Sementara itu, paket teknologi rekomendasi dari PT. Panah Merah adalah 100 gram benih hibrida dengan anjuran jarak tanam 60 x 60 cm atau 60 x 70 cm Sayaka et al., 2008. Penggunaan pupuk secara aktual oleh petani cabai merah besar adalah pupuk 248 kg N, 163 kg P 2 O 5 , dan 162 kg K 2 O, sedangkan untuk petani cabai merah keriting 162 kg N, 150 kg P 2 O 5 , dan 117 kg K 2 O. Dibandingkan dosis pemupukan anjuran, tingkat penggunaan masukan untuk cabai merah besar sudah sedikit di atas paket rekomendasi, sedangkan cabai merah keriting sedikit dibawah rekomendasi. Jumlah pemakaian pupuk berimbang yang direkomendasikan Balai Penelitian Sayuran Balitsa Lembang dalam Martodireso dan Suryanto 2001 149 untuk cabai merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah adalah : 200 kg N, 150 kg P 2 O 5 , dan 150 kg K 2 Oha atau setara dengan 444.44 kg Urea, 417.67 kg SP-36, dan 250 kg KCL. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan teknologi pertanian 2008 merekomendasikan untuk penanaman cabai pada lahan sawah di dataran rendah jenis aluvial pupuk kandang ayam 15-20 tonha atau kompos 5-10 tonha dan SP-36 300-400 kgha diberikan sebagai pupuk dasar satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri atas urea 150-200 kgha, ZA 400-500 kgha dan KCl 150-200 kgha atau pupuk NPK 16-16-16 1 tonha, diberikan 3 kali pada umur 0, 1 dan 2 bulan setelah tanam masing-masing 13 dosis. Untuk penanaman cabai pada lahan kering di dataran tinggimedium jenis AndosolLatosol adalah sebagai berikut: pemupukan dasar terdiri atas pupuk kandang kuda 20-30 tonha atau pupuk kandang ayam 15-20 tonha dan pupuk SP-36 300-400 kgha dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri atas pupuk urea 200-300 kgha, ZA 400-500 kgha dan KCl 250-300 kgha, diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam masing- masing 13 dosis, dengan cara disebarkan disekitar lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah. Artinya praktek petani masih sedikit di bawah paket teknologi anjuran dari BBPTP. Jika dibandingkan paket rekomendasi oleh perusahaan swasta, tingkat penggunaan dosis pemupukan oleh petani masih dibawah dosis anjuran anjuran. Sebagai ilustrasi, penggunaan untuk usahatani cabai merah seharusnya menggunakan pupuk Urea : 250 Kg; ZA : 650 Kg; TSPSP-36 : 500 Kg, KCL : 400 Kg, Pupuk Borat 18 Kg, Kapur 1000 Kg, serta pupuk kandang 20 tonha Agromedia, 2008. PT. Panah Merah menganjurkan penggunaan pupuk di 150 daerah sentra produksi cabai merah Jawa Tengah sebagai berikut : ZA 450 kg, SP- 36 450 kg, KCL 275 kg, NPK satu gelas dalam setiap 5 liter air, serta pupuk organik 16-18 ton per hektar Sayaka et al., 2008. Penggunaan pestisida juga menunjukkan fenomena yang sama. Namun demikian, masih perlu dikaji apakah hal itu disebabkan oleh kecenderungan petani untuk menerapkan pemupukan kurang intensif terutama pada usahatani cabai merah besar kasus di Kabupaten Brebes dan cabai merah keriting kasus di Kabupaten Boyolali sebagai akibat adanya pengembangan sistem usahatani semi organik dan dengan pendekatan pengendalian hama terpadu PHT atau sering terjadinya fenomena langka pupuk pada saat dibutuhkan, ataukah faktor-faktor lain. Pada penggunaan benih, petani biasanya menyemai benih lebih banyak daripada yang sesungguhnya ditanam. Selain untuk mengatasi kekurangan akibat viabilitas benih yang tidak pernah mencapai angka di atas 95 persen, hal itu juga dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan penyulaman ataupun jika petani lain membutuhkannya. Pada tahun 2008-2009, varietas cabai merah yang paling banyak ditanam petani pada lahan sawah dataran rendah di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes adalah varietas lokal TIT segitiga dan TIT Randuherang, sedangkan Kecamatan Manisrenggo, Jogonalan, Karangnongko dan Ngawen Kabupaten Klaten banyak ditanam varietas hibrida TM 888, Biola, Osaka, dan Hot Beuty untuk cabai merah besar dan TM 999, Tanamo, dan Balado untuk cabai merah keriting dan di Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali varietas yang banyak ditanam adalah varietas hibrida Hot Beuty, Hero, Long Chili untuk cabai merah besar dan cabai merah keriting TM 999, Ever Flavor. Sementara itu, 151 varietas cabai merah yang paling banyak ditanam petani pada lahan kering dataran tinggi di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali adalah varietas hibrida Biola untuk cabai merah besar dan TM 999, Hot Chili untuk cabai merah keriting dan di Kecamatan Karangreja, Probolinggo adalah varietas hibrida Biola dan Hot Beuty untuk cabai merah besar. Berdasarkan Tabel 17 serta teknologi anjuran yang ada masih ada senjang produktivitas yang cukup besar antara teknologi yang diterapkan petani dengan teknologi anjuran. Upaya meningkatkan produktivitas cabai merah dapat dilakukan dengan pengembangan teknologi spesifik lokasi dan spesifik jenis cabai merah, peningkatan efisiensi usahatani cabai merah dengan mengurangi penggunaan input yang berlebih dan meningkatkan penggunaan input yang kurang terutama input yang menjadi pembatas, dan ke depan melalui terobosan inovasi teknologi baru.

5.5. Perkembangan Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas