Masa Sekolah H.M. Soeharto

35 yang lebih suka makan makanan sederhana dan memakai pakaian yang sederhana. 32 Ketika berumur empat tahun, Soeharto diambil kembali oleh Sukirah dan diajak tinggal bersama Atmopawiro yaitu ayah tiri Soeharto. Atmopawiro sayang pada putra tirinya dan bahkan membelikan Soeharto seekor kambing. Tindakan ini dengan tegas memperlihatkan kasih sayangnya pada Soeharto karena kambing adalah ternak yang bernilai tinggi di Indonesia. Setelah mulai beranjak besar, Soeharto menghabiskan waktu senggangnya dengan mengembala.

2.1.2 Masa Sekolah H.M. Soeharto

Soeharto yang beranjak besar disekolahkan Sukirah di Desa Puluhan, Godean. Namun karena Sukirah dan Atmopawiro pindah ke daerah kemusuk Kidul, maka Soeharto pun pindah sekolah ke desa Pedes. ketika Soeharto memasuki usia delapan tahun. Kertosudiro, ayah kandungnya memutuskan agar Soeharto dipelihara oleh adik perempuannya, Ibu Prawirowihardjo di Wuryantoro. Sebuah tempat yang lebih makmur apabila dibandingkan dengan Kemusuk. Karena Prawirowihardjo adalah seorang mantri tani, sebuah jabatan yang cukup tinggi di kalangan orang desa, diharap dapat memberi Soeharto pendidikan yang lebih baik. Kehidupan Prawirowihardjo sebagai seorang mantri tani membuat kehidupan Soeharto merasa lebih baik daripada sebelumnnya. Pada masa ini, Soeharto banyak belajar tentang segala sesuatu, dari masalah pertanian hingga keagamaan. Karena Prawirowihardjo adalah seorang mantri tani atau petugas 32 Retnowati AbdulGani- KNAPP, Op.cit, hal.6. Universitas Sumatera Utara 36 tanah, sebuah jabatan yang cukup tinggi di kalangan orang desa. Dari mengikutinya, Soeharto menjadi tahu banyak hal mengenai kegiatan bercocok tanam. Sebuah kegiatan yang pada akhirnya menjadi kegemaran Soeharto hingga usia tua. Dan pada masa-masa ini telah membangkitkan rasa simpati Soeharto yang mendalam terhadap para petani. 33 Kehidupan di Wuryantoro telah membangun karakter Soeharto. Sebagai seorang penganut islam yang taat, Ibu Prawirowihardjo mengajarkan Soeharto bukan hanya tentang pentingnya sekolah tetapi juga pentingnya pendidikan kerohanian dan agama. Soeharto meluangkan waktu malamnya belajar membaca Al-Qur’an di langgar. Pada masa-masa ini hati Soeharto terhgerak untuk mengikuti ajaran nenek moyang, suatu perkembangan penting yang kemudian melekat dan mempengaruhi Soeharto selama hidupnya. Ini juga merupakan periode dimana Soeharto belajar tiga prinsip “jangan” dalam hidup ini. “Jangan kagetan”, “jangan terkagum-kagum” dan “jangan mencemooh”. Atau “sabar, nrimo, melek”-jadilah orang yang sabar,apa pun yang terjadi terimalah, jangan mengeluh serta gunakan selalu kewaspadaan. 34 Soeharto menjalani pendidikan kerohaniannya dengan sungguh-sungguh. Diantaranya Soeharto berpuasa di hari senin dan kamis, serta tidur dibawah atap luar rumah. Orang jawa umumnya percaya bahwa dengan berpuasa dan bersemedi seseprang dapat memperoleh kekuatan batin untuk dapat mengatasi segala cobaan hidup. Soeharto juga bergabung dengan Hizbul Wathan, sebuah kelompok keagamaan. Pelatihan-pelatihan tersebut dilakukan dalam rangka menghormati 33 Ibid, hal.21 34 Ibid, hal.8 Universitas Sumatera Utara 37 nenek moyang yang telah tiada. Sedangkan sentimen nasionalisme soeharto terasah dan berkembang lewat pelajaran di bangku sekolah dan agama Islam dipelajarinya di malam-malam yang dilewatinya di langgar. Ketiga faktor ini tidak dapat diragukan lagi, telah membentuk watak dan sikap hidup Soeharto di kemudian hari. Selama tinggal dengan keluarga Prawirohardjo, Soeharto memperoleh kesempatan yang baik untuk memperoleh pengetahuan langsung tentang pertanian. Hal yang satu ini merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan Soeharto dalam memimpin Indonesia. Soeharto sering mendampingi pamannya melakukan kunjungan ke lahan-lahan yang telah siap untuk ditanami padi. Dalam kesempatan – kesempatan seperti ini, sering terjadi tanya jawab, di mana pamannya dapat menerangkan secara detil tentang cara bertani yang lebih canggih kepada para petani. Soeharto sangat mengagumi pada dedikasi pamannya terhadap pekerjaanya. Kegigihan dan daya cipta pamannya secara mendalam telah memberi inspirasi pada Soeharto dan menjadi prinsip- prinsip yang telah membimbingnya dalam kehidupan Soeharto dikemudian hari. Pada masa inilah Soeharto menyerap budi pekerti dan falsafah hidup dari lingkungannya. Ini adalah masa di mana Soeharto merasa paling dicintai. Dia mencintai dan dicintai oleh mereka-mereka yang telah merawatnya seperti anak kandung walaupun dari ibu atau bapak yang tidak sama. Pergaulannya dengan orang tuangnya, saudara, teman dan keluarga yang lain selama masa kanak – kanaknya memainkan peran yang penting saat Soeharto harus mengambil keputusan sebagai presiden nantinya. Pengalaman masa kecilnya terutama Universitas Sumatera Utara 38 penderitaan yang dialami Sukirah dan berbagai kesulitan keuangan yang dihadapi Kertosudiro mengajarnya agar jangan menjadi orang miskin. Kasih sayang Kromodiryo, Prawirohardjo dan perhatian dari Atmopawiro mempengaruhi keputusan Soeharto untuk selalu merawat para kerabatnya di kemudian hari. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar selama lima tahun, Soeharto meneruskan pelajarannya di Schakel School, sebuah sekolah menengah pertama di Wonogiri, disana Soeharto tinggal bersama Hardjowijono, teman ayah Soeharto yang merupakan pensiunan pegawai kereta api. Hardjowijono adalah murid Kyai Darjatmo, seorang guru agama terkenal yang bisa menyembuhkan penyakit dan meramal masa depan. Soeharto belajar filsafat dari beliau dan sering ikut dengannya ke mesjid dimana ia mengajar. Termasuk diantara para pengikut Kyai Darjatmo adalah dari kalangan intelek, birokrat, pedagang dan petani. Pada masa-masa ini Soeharto belajar untuk meracik obat-obat tradisional dari berbagai tanaman yang tumbuh di sekitar daerah itu. Kemudian soeharto pindah bersekolah di sekolah menengah Muhammadiyah di kota Jogja, dari kehidupan di Jogja ini, Soeharto mendengar awal-awal protes bangsa Indonesia terhadap penjajahan pemerintahan kolonial Belanda. Tidak lama setelah itu, angin perang mulai menyapu seluruh wilayah Pasifik. Karena terlalu disibukkan oleh urusan perang, belanda tidak menggubris gerakan –gerakan pertemuan di bawah tanah yang diselenggarakan oleh para politisi muda Indonesia. Mereka banyak mengadakan rapat untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dari penjajahan belanda. Soeharto tidak Universitas Sumatera Utara 39 terlalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan ini karena ia sedang berkonsentrasi untuk menyelesaikan pendidikannya yang baru selesai pada tahun 1939. Setelah lulus di tahun 1939, ia dituntut untuk mencari nafkah sendiri. Setengah menyalahkan keadaan, Soeharto mencatat,”sangat sulit memperoleh pekerjaan tanpa bantuan orang yang berkedudukan ataau berpengaruh, tanpa uluran tangan orang kaya ataupun pengusaha besar saat itu”. 35 Soeharto kembali ke Wuryantoro, kemudian ia diterima bekerja di sebuah bank desa Volks-bank sebagai pembantu klerek yang bertugas berkeliling kampung untuk bertemu dengan para petani, pedagang kecil ataupun pemilik warung kecil yang ingin mengajukan pinjaman.

2.2 Jatuh Bangun Karier H.M Soeharto