54 banyak ahli sejarah yang menduga bahwa aspek konstitusional yang mengantar
Soeharto ke meja pejabat presiden sudah “by design” dirancang sebelumnya, bahkan konsep-konsep pembangunan awal Soeharto yang praktis dan pragmatis
itu sudah dirancang jauh sebelun Soekarno mundur.
50
Dan hal ini semua belum terjawab secara jelas sampai sekarang.
2.2.7 Jalan Menuju Kursi Presiden
Setelah menerima Supersemar dari Presiden Soekarno, Soeharto mulai menampakkan pengaruhnya di pemerintahan. Krisis politik yang disebabkan oleh
pemberontakan PKI menuntut dilakukannya Sidang Umm ke IV MPRS 1966 yang menghasilkan 24 ketetapan. Ketetapan-ketetapan itu diantaranya yang
terpenting adalah Tap No.XMPRS1966 tentang pengfungsian kembali lembaga- lembaga negara dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah sesuai dengan yang
diatur dalam UUD 1945. ketetapan ini kemudian dipertegas dengan UU No.51974 tentang sistem pemerintahan desa. Tap No.XXVMPRS1966 tentang
pembubaranlarangan terhadap faham Leninisme-Marxisme di Indonesia. Melalui ketetapan ini, Soeharto mendapatkan legitimasi yuridis konstitusional untuk
melakukan pembersihan terhadap unsur-unsur yang berkaitan dengan PKI, termasuk orang-orang PKI yang dibunuh tanpa melalui proses pengadilan.
Pada tanggal 7 maret 1967, MPRS mengadakan Sidang Istimewa untuk menghapus dualisme kepemimpinan. Melalui Tap No.XXXIIIMPRS1967,
kekuasaan Pemerintahan negara dari tangan Presiden Soekarno dicabut, karena
50
Gregorus Sahdan,S.IP, Jalan Transisi Demokrasi Pasca Soeharto, Bantul: Pondok Edukasi, 2004, hal.117
Universitas Sumatera Utara
55 dianggap tidak dapat memenuhi pertanggung jawaban konstitusional. Dengan
adanya Tap ini, maka Soeharto yang sebelumnya hanya mengemban Supersemar untuk memulihkan keamanan dan ketertiban dikukuhkan sebagai Pejabat Presiden
RI.
51
Dalam Sidang Umum ke-V MPRS 1968 berbarengan dengan memuncaknya konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS melahirkan beberapa ketetapan
yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto melalui Tap No.XLIV1968 tentang pengangkatan Soeharto menjadi Prediden RI. Dengan demikian naiklah
Soeharto ke pentas kekuasaan menjadi tanda lahirnya Orde Baru. 2.2.8 Orde Baru di Bawah Pemerintahan Soeharto
Munculnya Soeharto di atas pentas kekuasaan, sebagai Presiden kedua setelah Soekarno, menjadi tanda lahirnya Orde Baru. Hakekat Orde Baru seperti
yang dipropagandakan oleh Soeharto merupakan suatu sikap mental dan itikad baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat dan kepentingan nasional
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, sebagai hasil refleksi total terhadap seluruh penyelewengan yang dilakukan selama Orde Lama. Orde baru itu sendiri
mengandung empat pengertian yang lahir dari pembacaan situasi nasional pada masa awal kemunculannya. Orde Baru menganggap dirinya sebagai :
1. Suatu orde yang merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan
negara yang diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanann Pancasila dan UUD 1945.
51
Ibid, hal.116
Universitas Sumatera Utara
56 2.
Orde Baru juga menyatakan dirinya sebagai Orde yang memberikan koreksi total atas penyelewengan-penyelewengan di segala bidang yang terjadi pada
masa-masa sebelumnya. 3.
Orde Baru sendiri menganggap bahwa kekuasaan yang dicapainya merupakan suatu proses sosial yang panjang, sebab penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi di masa lampau. 4.
Nilai yang terakhir yang menjadi konsen Orde Baru yang memiliki peluang besar terhadap penyelewengan adalah perubahan sikap mental yang
mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi atau golongan yang memerlukan pola dan sikap yang berorentasi kepada program,
sehingga urgensi Orde Baru adalah menyusun kembali kekuatan bangsa dan menentukan cara-cara yang tepat untuk menumbuhkan stabilitas nasional
jangka panjang, untuk mempercepat proses pembangunan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
52
Disamping itu, Orde Baru menurut sosio historisnya merupakan rezim yang memperjuangkan “Tritura” dalam kerangka pembubaran PKI, pembersihan
kabinet dari unsur-unsur G-30-SPKI, penurunan harga perbaikan ekonomi dan sejak awal kelahirannya juga, Soeharto menamakan Orcde Baru sebagai orde
pembangunan yang diterjemahkan sebagai kesempatan untuk menciptakan situsi politik yang menguntungkan pembangunan ekonomi, menciptakan kesatuan
struktur politik, yang mengarahkan setiap proses politik pada pembaharuan sosio kultural, pembaharuan struktur politik, dan pembangunan ekonomi.
52
Ibid, hal.119
Universitas Sumatera Utara
57 Awal kelahiran rezim Soeharto dilatarbelakangioleh krisi ekonomi dan
politik yang sangat kompleks. Perekonomian nasional waktu itu berada dalam
kondisi yang sangat buruk. Pada tahun 1965, sebagaimana digambarkan Harold Crouch, inflasi mencapai 500 dan harga beras naik 900. Defisit anggaran
belanja pada tahun itu mencapai 300 dari pemasukan, dan deficit dari triwulan pertama tahun1966 hampir sebesar jumlah defisit keseluruhan tahun 1965. selain
itu, kewajiban membayar hutang luar negeri yang segera harus dibayar yang dijadwalkan selama tujuh tahun, mulai pada tahun 1966.
53
Demokrasi Terpimpin ternyata telah menciptakan hutang luar negeri yang berjumlah 2.358 juta: 42 kepada Uni Soviet, 10 kepada Jepang, dan 7,5
kepada Amerika Serikat. Sementara persoalan hutang luar negeri sulit diatasi, pemerintah Indonesia juga harus membiayai impor bahan pangan, tekstil, mesin
dan suku cadang yang berjumlah lebih 600 juta, sehingga devisa negara yang diperkirakan sebesar 714 juta yang diperoleh tahun itu juga hampir habis
digunakan untuk membayar hutang.
54
Dari Oktober 1965 sampai awal tahun 1966, Indonesia nyata telah mengalami pergolakan yang diiringi oleh kekerasan yang berdarah. Ini semua
merupakan ujung dari poralisasi sejak akhir era 1950-an sebgai akibat dari manipulasi massa demi kepentingan para elite di Jakarta. Persaingan sengit selama
puluhan tahun antara organisasi-organisasi Islam, komunis, dan nasionalis serta angkatan bersenjata telah mencapai puncaknya dalam suatu tragedy berdarah
53
Harold Crouch, Militer dan Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan,1986, hal.67.
54
Moctar Mas’oed, ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, Jakarta: LP3S, 1989, hal.43.
Universitas Sumatera Utara
58 gerakan 30 september 1965 tersebut. Dalam situasi ekonomi dan politik yang
sama sekali tidak menguntungkan itu, siapa pun yang memimpin, ,memang harus mencegah agar krisis tidak menjadi lebih buruk dengan menerapkan startegi
stabilitasi politik dan ekonomi. Dalam konteks ini, langkah awal yang dilakukan Soeharto adalah meyakinkan rakyat bahwa rezim baru yang dibawah kekuasaan
Soeharto adalah pewaris yang sah dan konstitusional dari Presiden Soekarno. Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merajuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Pada tahun 1968,
MPR secara remi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan Soeharto kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973,
1978, 1983, 1993, dan 1998. Pelantikannya secara berturut-turut ini tidak lepas dari kebijakan represifnya yang menekankan rakyat agar memilih Golongan
Karya yaitu organisasi pemerintahan setara partai yang berkuasa ketika itu, fakta membuktikan bahwa paling kurang 80 rakyat Indonesia dalam tiap pemilu
selalu mencoblos Golkar.
55
Selanjutnya, Soeharto sebagai tokoh sentral Orde Baru memulai startegi politik dan ideologisnya. Caranya dengan menggabungkan antara pandangan
hierarkis militer yang berpola ketaatan garis komando atasan kepada bawahan yang ketat di satu pihak lain. Birokrasi Orde Baru, walaupun memperlihatkan
cirri-ciri modern, namun tetap kental dengan nilai-nilai lama yang merupakan tardisi dan budaya politik Jawa, seperti hierarki birokrasi didasarkan atas
55
Dr. Baskara T.Wardaya SJ, Op.cit, hal.71
Universitas Sumatera Utara
59 hubungan personal atau hubungan “majikan-buruh” Patron-client. Dengan nada
yang sama, Richard Robison menyimpulkan bahwa pemerintahan Orde Baru
dapat dijelaskan melalui kerangka prespektif daya tahan atau kelangsungan kebudayaan Jawa yang membentuk praktik politik para pejabat atau elite birokrasi
tersebut, identitas dan struktur keompok-kelompok politik dan hakikat konflik politik ditentukan oleh hubungan politik yang bersifat patrimodial, yaitu struktur-
struktur patron-client yang bersifat pribadi dan tersusun secara vertikal.
56
Kesimpulan Robison di atas bisa membantu menjelaskan mengapa
soeharto sangat kental dengan patron-client dalam cirri pemerintahnnya, dan tampaknya ini yang membuat ideologisasi Jawa berikut kepercayaan-kepercayaan
mistiknya menghinggapi pola piker rezim Orba dan untuk kurun waktu yang lama menjadi penopang tiang-tiang kekuasaanya, sekalipun soeharto bersikap sangat
pilih-pilih terhadap budaya Jawa hendak digunakannya, sistem Orde Baru ternyata efektif selama tiga dasarwarsa.
Orde baru dalam prinsipnya menghindari dirinya dari keterjerumusan dalam kancah pertarungan ideologi, tetapi sejak awal kemunculannya Orde Baru
yang dikomandoi Soeharto itu sendiri, telah merumuskan Panca Tertib sebagai ideologinya. Dalam Panca tertib ini, Soeharto menempatkan diri sebagai
organisatoris dan kabinet Ampera sebagai megafonnya. Panca tertib ini secara tidak langsung telah melahirkan empat faktor yang membumkam masyarakat
Orde Baru, empat faktor tersebut adalah :
56
Dikutip kembali dari Manuel Kaisiepo, “ Dari kepolitikan Birokartik ke Korporatisme Negara di Indoneisa”, Jurnal ilmu Politik, no. 2-1987, h.24.
Universitas Sumatera Utara
60 Faktor pertama, dengan adanya tertib politik dengan langkah-langkahnya
menertibkan kekuatan- kekuatan sosial dengan langkah-langkahnya menertibkan keuatan-kekuatan sosial dengan azas dan prinsip Orde Baru, maka telah terjadi
penghangusan politik pada masyarakat di tingkat pedesaan. Tertib politik ini, mewajibkan Parpol untuk tidak membuka basis politik ke tingkat desa floating
mass dan mengakibatkan pembatasan partisipasi masyarakat dalam politik. Faktor kedua, dengan melakukan tindakan edukasi massa kearah sikap dan
kebiasaan-kebiasaan hidup yang tertib dan cinta pada ketertiban, sejak awal mengindoktrinasi masyarakat untuk diam dengan berbagai bentuk kekerasan dan
berbagai tindakan represif yang dilakukan oleh mesin-mesin kekuasaan Soeharto dan menjadikan masyarakat untuk tutup mulut terhadap berbagai bentuk
manipulasi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh Soeharto dengan patron-patronnya.
Langkah penertiban ekonomi, sebagai langkah yang ketiga telah melahirkan ideologi developmentalism yang mengarahkan seluruh potensi dan
masyarakat pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan keahlian yang dimiliki dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketahanan,
kewaspadaan, dan kesiapsiagan nasional dalam tertib hukum, telah menjadi aparatur hukum polisi, tentara dan hakim untuk mencurigai setiap tindakan yang
bertentangan dengan kebijakan Soeharto. Faktor yang terakhir yaitu telah menjadikan Dwi Fungsi ABRI sebagai suatu ideologi yang mengharuskan ABRI
untuk terjun dalam dunia politik menukik tempat keberpijakannya.
Universitas Sumatera Utara
61 Awal Orde Baru dimulai, pada saat Sidang Umum ke-V MPRS 1968 yang
bersamaan dengan memuncaknya konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS melahirkan beberapa ketetapan yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto
melalui Tap No.XLIV1968 tentang pengangkatan Soeharto menjadi Presiden R.I yang sebelumnya masih mengemban Tap MPRS No. IX1966 dan menugaskan
kepada presiden untuk membentuk kabinet pembangunan Tap No.XLI1968 dengan missi Panca Krida Kabinet Pembangunan.
Tugas utama kabinet pembangunan tersebut adalah menciptakan satabilitas politik dan ekonomi, menyusun dan melaksanakan Repelita, melaksanakan pemilu
Tap No.XLII1968 tentang pelaksanaan Pemilu 5 Juli 1975, mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa G30SPKI
dan setiap usaha yang menyeleweng dan menghina Pancasila dan UUD 1945, dan melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur
negara. Dengan ketetapan-ketetapan tersebut, Soeharto mulai melaksanakan
tugasnya. Tugasnya adalah memilih anggota Kabinet Pembangunan yang dipilih dari lingkaran Soehartois yang sejak masa perjuangan dan sejak revolusi PKI
sudah menunjukkan loyalitasnya terhadap Soeharto. Kabinet yang pertama pada masa pemerintahan Soeharto, yang disebut
dengan Kabinet Pembangunan pertama dari tahun 1968-1973 dibentuk pada tanggal 10 Maret 1968. Presiden Soeharto memilih 23 menteri. Lingkaran pertama
terdiri dari para politisi yang sejak awal munculnya Orde Baru menjadi arsitektur yang bekerja keras untuk Soeharto, dalam lingkaran kedua ini, terdiri dari Adam
Universitas Sumatera Utara
62 Malik dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang di dalam cabinet Orde Baru
Adam Malik menjadi menteri luar negeri dan Sri Sultan menjadi wakil Presiden. Untuk membalas jasa keduanya, Soeharto memilih Sri Sultan Hamengkubowono
IX sebagai Wapres dan disusul dengan Adam Malik pada periode berikutnya. Lingkaran kedua dalam kabinet Soeharto adalah para teknokratis yang
berhaluan liberal, tamatan Perguruan Tinggi terpandang di Amerika, mereka terdiri dari Widjojo Nitisastro, M.Sadli, Soebroto Sarbini Soemawinata, Ali
Wardhana, Soemitro Djojohadikusumo dan Emil Salim.
57
Lingkaran ketiga terdiri dari para perwira Angkatan Darat AD yang merupakan teman dekat Soeharto
semasa revolusi fisik 1940-an, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan G 30 SPKI. Mereka terdiri dari Alamsyah, Sodjono Hoemardani, Ali Moertopo,
Yoga Sugama, Suryo, Abdul Kadir, selamet Danudirjo, Nawawi Alif, Sudharmono, Sunarso, Mas Iman, Yusuf Singadikane,dll.
Stabilisasi yang dicapai Soeharto pada 1960-an, masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertumbuh. Yang diperlukan adalah
perombakan di hampir seluruh aspek kehidupan perekonomian negara. Jumlah penduduk bertumbuh pada tingkat 2,4 persen per tahun. Petani terus
menggantungkan diri pada metode pertanian tardisional yang sudah mererka gunakan selama ratusan tahun. Hasil pertanian tidak cukup untuk ekspor. Industri-
industri dalam negeri tidak dapat menyerap tenaga kerja yang meluap dan hampir tidak ada industri yang berarti Penerimaan devisa tidak ada artinya.
57
Frans Maek Parera, Ketokohan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Reformator Budaya dan Printis Orde Baru, dalam Di Atas Panggung Sejarah, dari Sultan Ke Ali Murtopo, Jakarta: LP3ES, 1990
hal.41-80.
Universitas Sumatera Utara
63 Upaya awal Soeharto sebagai presiden dengan restrukturisasi aparatur
negara. Soeharto melakukan pengaturan kembali, beberapa departemen dijadikan satu sementara yang lainnya dirampingkan, Departemen Industri Dasar Ringan
dan Enerji dibubarkan dan diambil alih oleh Kementrian Negara Perekonomian, Keuangan dan Industri; Departemen Pertanian dan Departemen Urusan Maritim
juga dibubarkan.Di bawah kepemimpinan Soeharto, sebagian besar dari porsi anggaran berasal dari bantuan luar negeri, khususnya dari negara-negara kapitalis.
Porsi ini jauh lebih besar dari sebelumnya ketika bantuan luar negeri kebanyakan datang dari Moskow atau Peking. Selain mengangkat dua kelompok penasehat
ahlin khusus, stau untuk urusan politik dan satu lagi untuk masalah ekonomi. Kelompok yang pertama terdiri dari cendikiawan, tokoh nasional dan militer.
Keompok yang kedua terdiri cendekiawan dari fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kelompok penasihat politik dibubarkan pada tahun 1968 sementara
kelompok penasihat ekonomi meneruskan peranannya selama bertahun-tahun di masa mendatang.
Tim ekonomi inin melaksanakan tugas seperti para manajer di Lembaga- Lembaga Swasta. Masalah pertama yang harus mereka hadapi adalah bagaimana
melunasi hutang luar negeri. Langkah pertama yang diambil adalah dengan mengadakan perundingan-perundingan untuk menjadwal ulang pembayaran
hutang-hutang tersebut. Pada waktu itu yang sama disusun pula pedoman- pedoman untuk menarik dana internasional. Prioritas ditekankan dengan harus
menghentikan hiperinflasi untuk mengatasi masalah neracar pembayaran dan untuk memulihkan produksi, terutama dalam industri yang berorientasi ekspor.
Universitas Sumatera Utara
64 Langkah ini berhasil memenuhi target menstabilkan perekonomian yang rapuh.
Inflasi dikurangi dari 640 pada tahun 1966 menjadi 113 di tahun 1967 dan turun lagi ke 85 di tahun 1968. pada tahun 1969, Indonesia memasuki periode
kestabilan persediaan beras di mana indeks biaya hidup di Jakarta hanya naik sebanyak 22 selama tiga tahun sesudahnya.
58
Kemudian para ahli mengusulkan untuk mengikuti perekonomian bebas agar negara dapat mengatasi masalah-masalah fiskal dan moneternya.dengan
kebijkan ini, Perusahaan-perusahaan Jepang, Amerika, Cina dan pribumi yang besar maupun kecil, berusaha untuk membentuk wajah kapitalisme di Indonesia.
Sampai pada tahun 1970-an, Indonesia taat kepada pintu terbuka seperti disarankan oleh pandangan ekonomi liberal Barat dari IMF, Bank Dunia, IBRD,
IGGI dan badan-badan internasional lainnya yang jumlahnya terus meningkat banyak.
Di awal pemerintahan Soeharto juga terjadi inflasi dan harga-harga bahan pokok yang melambung tinggi, untuk mengatasi maslah ini, Soeharto membuat
suatu kebijakan yaitu dengan mencanangkan program Rencana Pembangunan Lima Tahun Repelita dengan basis tiga kebutuhan pokok manusia: sandang,
pangan dan papan-pakaian. Tahap perencanaan jangka panjang pertama dimulai pada tahun 1969 dan akan selesai pada tahun 1994, pada tanggal 1 April 1969,
Soeharto mengumumkan tujuantujuan yang ingin dicapai pemerintah pada akhir repelita pertama. Tujuan utama repelita dari 1 April 1969 sampai bula Maret 1974
adalah, pertama dan yang paling utama, sandang dan pangan. Repelita kedua dari
58
Retnowati Abdulgani-KNAPP, Op.cit, hal. 90.
Universitas Sumatera Utara
65 april 1974 sampai maret 1979 ditujukan untuk mencapai swasembada sandang
dan pangan yang terjangkau oleh seluruh rakyat, dan rumah tinggal yang terjangkau bagi rakyat kebanyakan. Infarstruktur dasar akan diperbanyak dan
ditingkatkan. Lowongan pekerjaan akan disediakan secara meluas dan kekayaan akan disebar secara merata.
Repelita ketiga dari April 1979 sampai Maret 1984 menuntut standar kehidupan yang lebih tinggi, pendidikan yang lebih baik dan kesejahteraan bagi
semua orang, berdasarkan kesetaraan dan keadilan. Karena beras merupakan makanan pokok yang utama, prioritas ditetapkan untuk meningkatkan hasil
pertanian dan mencapai swasembada di bidang pertanian. Negara harus mampu mengekspor hasil produksi yang berkaitan dengan pertanian, yang aktivitas
produksinya dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Repelita keempat dari bulan april 1984 sampai Maret 1989 memusatkan perhatian pada peningkatan
keberhasilan yang sudah dicapai negeri ini pada saat itu. Pemerintah mengakui bahwa memenuhi kebutuhan pokok masih merupakan masalah utama bagi banyak
kalangan masyarakat. Salah satu dari masalah-masalah yang menonjol adalah perbaikan pemerataan kekayaan, dan juga peningkatan kesempatan kerja tanpa
diskriminasi yaitu, kesempatan bagi masyarakat yang berbeda dalam hal ras dan latar belakang . Pembangunan dibutuhkan di seluruh pelosok wilayah. Apabila
pembangunan ekonomi dapat dipercepat, stabilitas negara dapat dipertahankan. Repelita kelima dari bulan April 1989-maret 1994 juga ditujukan sekali lagi pada
fase peningkatan standar hidup dan pendidikan rakyat Indonesia, demi mendorong
Universitas Sumatera Utara
66 agar negara dapat lepas landas menjadi negara industri. Proses ini diperkirakan
akan memakan waktu 25 tahun. Pelantikan Soeharto secara berturut- turut ini tidak lepas dari kebijakan
represifnya yang menekan rakyat agar memilih Golongan Karya, yaitu organisasi pendukung pemerintah setara partai yang berkuasa ketika masa Orde Baru,
daripada memilih partai oposisi seperti Partai Demokrasi Indonesia atau Partai Persatuan Pembangunan PPP. Fakta membuktikkan bahwa paling kurang 80
rakyat Indonesia dalam tiap pemilu selalu mencoblos Golkar.
59
Ketika Soeharto mengambil alih kepresidenan, Golkar menjadi kendaraan politik yang paling
penting dalam pemerintahan Soeharto. Pada tanggal 4 februari 1970, dengan menggunakan sebuah lambang partai yang tetap sama sampai sekarang . Golkar
memenangkan lebih dari 62 suara pada pemilu tahun 1971, pemilu yang pertama kali diadakan di bawah pemerintahan Soeharto.
Pada periode-periode sesudahnya, Soeharto tampil ke panggung kekuasaan melalui Golkar memiliki enam kali andil dalam Pemilu yang menang dengan
suara mutlak dan koor setuju di parlemen untuk enam kali juga mengangkat Soeharto menjadi Presiden.
60
Soeharto dipilih kembali untuk kedua kalinya pada tanggal 23 Maret 1973. soeharto memilih Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakilnya.pada priode ini
Kabinet Pembangunan kedua dibentuk pada tanggal 27 Maret 1973, ada 21 orang menteri. Dua diantaranya yang paling utama adalah Ali Wardhana sebagai
Menteri Keuangan dan Widjojo Nitisastro sebagai Menteri Negara Perekonomian
59
Dr.Baskara T.Wardaya SJ. Op.cit, hal.70
60
Gregorius Sahdan, S.IP, Op.cit, hal. 126.
Universitas Sumatera Utara
67 dan KeuanganKetua Bappenas. Selama periode ini, dibangunnya jalan-jalan,
pelabuhan dan transportasi, Soeharto juga berhasil meredam gejolak politik. Golkar berhasil memenangkan lebih dari 62 suara untuk kedua kalinya pada
pemilihan umum yang diadakan pada bulan Mei 1977. Soeharto menjalankan kontrol lebih ketat ketika Soeharto memerintahkan pembreidelan sebuah surat
kabar terkenal dan pengawasan yang ketat terhadap gerakan mahasiswa. Pada tanggal 22 Maret 1978 Soeharto berhasil menjadi Presiden kembali untuk ketiga
kalinya. Pada periode ini, Soeharto mengangkat Adam Malik sebagai Wakil Presiden. Ada 24 menteri yang membantu Soeharto dalam Kabinet Pembangunan
babak ketiga ini, yang dibentuk pada tanggal 29 Maret 1978. Kabinet ini bertahan sampai tahun 1983.
Pada tanggal 19 Maret 1982, sebagai akibat dari banjirnya penanaman modal asing yang berbondong-bondong datang ke Indonesia, bangkitnya
pengusaha domestik dan pesatnya pertumbuhan pembangunan, Soeharto diberi gelar sebagai Bapak Pembangunan oleh MPR. Walau demikian, ketidakpausan
masyarakat semakin menumpuk menjelang dipilihnya Soeharto kembali sebagai Presiden untuk ketiga kalinya, yang ditandai dengan kerusuhan-kerusuhan yang
berlangsung pada waktu berlangsungnya kampanye Golkar di Lapangan Banteng. Golkar tetap mampu memenangkan suara sebanyak 54.2 pada pemilu
tanggal 4 Mei 1982. Pada saat itulah keprihatinan msayarakat mulai mengemuka dan cara-cara yang digunakan oleh Golkar demi merekayasa pengumpulan suara
semakin terungkap. Para pegawai pemerintah mengaku telah menerima amplop gaki mereka yang ditempeli Golkar, yang oleh banyak orang dianggap sebagai
Universitas Sumatera Utara
68 sebuah peringatan mengenai partai mana yang seharusnya mereka dukung dalam
pemilu. Dalam praktik lainnya, kotak-kotak suara diletakkan di gedung-gedung perkantoran, dimana nama sebuah partai politik dan logonya ditempelkan pada
masing-masing kotak. Beginilah cara pemerintah mengawasi perusahaan mana dan di gedung mana yang mendukung Golkar atau partai oposisi. Sayangnya,
hanya sedikit sekali orang yang berani menyampaikan keluhan tentang parktik- praktik seperti ini, terutama di antara para birokart yang merupakan mayoritas
sumber pemberi suara. Pegawai pemerintahan ingin bermain dengan aman untuk melindungi posisi mereka sendiri. Sektor swasta juga termotivasi oleh
kepentingan mereka sendiri untuk mempertahankan status-quo, karena perubahan seperti apa pun dalam hal kepemimpinan negara bisa jadi akan membahayakan
posisi mereka. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang kemudian membuat pelayaran negeri ini menuju ke kesejahteraan bagi seluruh rakyat menjadi semakin
berat dan penuh rintangan.
61
Kabinet pembangunan keempat dibentuk pada tanggal 16 Maret 1983 dan berakhir hingga 1988. kabinet ini terdiri dari 32 menteri dan lima menteri muda.
Soeharto memilih Jenderal Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden. Dalam urusan perekonomian Radius Prawiro menggantikan Ali Wardhana sebagai
Menteri Ekonomi dan KeuanganKepala Pembangunan Nasional. Dalam Kabinet Pembangunan yang dibentuk pada tanggal 21 Maret 1988 dan berakhir pada
tahun1993, Sudharmono diangkat sebagai Wakil Presiden. Kabinet ini terdiri dari 32 menteri dan enam menteri muda.
61
Retno Abdulgani-KNAPP, Op.cit, hal 181.
Universitas Sumatera Utara
69 Kabinet Pembangunan keenam dibentuk pada tanggal 17 Maret 1993 dan
berakhir pada tahun 1998. kabinet baru telah diumumkan dan 19 Maret 1993, Soeharto melantik 40 anggota kabinet yang terdiri dari 38 menteri dan dua pejabat
negara setingkat menteri. Komposisi kabinet baru Soeharto itu tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Terdiri dari 21 menteri yang membawahkan
departemen, 13 menteri negra, 4 menteri koordinator, dari tiga dalam tiga periode yang lalu, dan tiga pejabat negara setingkat menteri. Namun yang menarik dari
kabinet ini , dari seluruh anggota kabinet, 22 orang adalah wajah baru. Dan yang menonjol dari kabinet ini, dan ini yang tampak berbeda dengan lima kabinet
sebelumnya, adalah absennya tim teknokrat. Sejak Orde Baru, tim menteri ekonomi selalu ditampilkan sebagai teknokrat yang merancang dan
mengendalikan pembangunan. Tim ekonomi yang dibina Widjojo Nitisastro adlah tim yang mendapat kepercayaan selama 25 tahun periode kepemimpinan
Soeharto. Kabinet Pembangunan ini terdiri dari berbagai sumber, ada birokrat, politisi, ABRI, Golkar atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Memang ada
beberapa ahli ekonomi, tapi berbeda dengan garis tim teknokrat periode sebelumnya.
62
Kabinet ini dibubarkan tahun 1998 dengan evaluasi atas hasil kerja para menteri sepenuhnya berada di tangan Soeharto sebagai presiden sesuai dengan
pasal 17 ayat 2 UUD 45 yang menyebutkan bahwa “menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
63
Dan kabinet pembangunan ketujuh sekaligus menjadi kabinet terakhir masa kekuasaan Soeharto dibentuk pada tanggal 14
62
Dikutip dari Tempo, 1993, hal.13.
63
Dikutip dari tempo, 1993, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
70 Maret 1998 dengan segara dibubarkan pada tanggal 22 Mei 1998,dengan Wakil
Presiden BJ.Habibie dan kabinet ini terdiri dari 34 menteri, semua pemain lama dalam masalah-masalah perekonomian yang sudah beredar sejak tahun 1993,
Soeharto mengangkat putri sulungnya,Tutut sebagai Menteri Sosial dan Bob Hasan yang notabene sahabat dekat Soeharto sebagai Menteri Perindustrian dan
perdagangan. kabinet pembangunan ketujuh ini berakhir, karena pada tanggal 21 mei adalah tanggal yang paling penting dalam sejarah kekuasan Soeharto,
Soeharto menyerahkan kekuasaannya selam 32 Tahun kepada BJ.Habibie.
2.2.9 Basis-Basis Penopang Soeharto