Teori-Teori Kepemimpinan Tinjauan Pustaka

10

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara Akademis berfungsi sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa Departemen ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi Penulis, untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya di bidang Politik.

1.5. Tinjauan Pustaka

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. 7 Dalam penelitian ini penulis akan mengambil teori-teori yang ada hubungannya dengan kepemimpinan dan persepsi.

1.5.1 Teori-Teori Kepemimpinan

Untuk mengetahui dan memahami teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang pada umumnya membahas yang sama. Dari literatur itu diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Dan teori yang paling mutakhir melihat kepimipinan lewat perilaku organisasi Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing bagi literatur- literatur kepemimpinan pada umumnya antara lain: 7 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1995,hal.37. Universitas Sumatera Utara 11 1. Teori Sifat Trait Theory Teori Sifat barangkali dapat memberikan arti lebih realistik terhadap pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi, yaitu suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dapat dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian maka perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat. Keith devis merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi antara lain: a. Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian pemimpin tidak bisa melampui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya. b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial. c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. d. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. 8 8 Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya,Jakarta:PT.Grafindo Persada,1993,hal. 287-288. Universitas Sumatera Utara 12 2. Teori Kelompok Teori Kelompok ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif antara diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan mengembangkan peranan. Para pemimpin yang memperhitungkan pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan, dan pelaksanaan kerja. 3. Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fiedler Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh Fiedler dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris sebagai berikut: a. Hubungan pemimpin-anggota. Hal ini merupakan variabel yang paling penting didalam menentukan situasi yang menyenangkan tersebut. b. Derajat dan struktur tugas. Dimensi ini merupakan masukan yang amat penting, dalam menentukan situasi yang menyenangkan. c. Politisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini merupakan dimensi yang amat penting ketika di dalam situasi yang amat menyenangkan. 9 4. Teori Jalan Kecil – Tujuan Path – Goal Theory Secara umum berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. 9 Ibid, hal 285. Universitas Sumatera Utara 13 1.5.2.Tipologi Kepemimpinan Sebagai titik tolak dalam pembahasan tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal bahwa dewasa ini, kiranya revalan untuk menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk mengetahui situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya. Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya ialah: 1. Tipologi yang otokratik Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutar-balikkan kenyataan yang sebenar-benarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterprestasikannya sebagai kenyataan. Dengan egoisme yang sangat besar demikian, seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib masing-masing dan lain sebagainya. Berangkat dari presepsi yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai organisasi yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan Universitas Sumatera Utara 14 dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan. Berdasarkan nilai-nilai demikian, seorang pemimpin otoriter akan menunjukkan berbagai sikap yang menonjolkan keakuannya antara lain dalam bentuk : a. Kecenderungan memperlakukan para bawahan sampai dengan alat-alat dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesain tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan. c. Pengabaian peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan tertentu itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja. Sikap pemimpin demikian akan menampakkan diri pula pada perilaku pemimpin yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan pihak lain, terutama dengan para bawahannya dalam organisasi. Yang menjadi masalah dalam hal kepemimpinan otokratik ialah keberhasilan mencapai tujuan dan berbagai sasaran-sasaran itu semata-mata karena takutnya bawahan terhadap pemimpinnya dan bukan berdasarkan keyakinan bahwa tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai dan disiplin kerja yang terwujud pun hanya karena bawahan selalu dibayang-bayangi ancaman seperti pengenaan tindakan disiplin yang keras, penurunan pangkat, dan bahkan tanpa kesempatan membela diri. Universitas Sumatera Utara 15 2. Tipologi Yang Paternalistik Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat di lingkungan masyarkat yang masih bersifat tardisional,umumnya dimsyarakat pedesaan. Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Para bawahan biasanya mengaharapkan seseorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat-sifat tidak mementingkan dirinya sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan kesejahteraan bawahannya. Akan tetapi sebaliknya, pemimpin yang paternalistik mengharapkan bahwa kehadiran atau keberadaanya dalam organisasi tidak lagi dipertanyakan oleh orang lain. Dengan perkataan lain, legitimasi kepemimpinannya dipandang sebagai hal yang wajar dan normal, dengan implikasi organisasionalnya seperti kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan para bawahannya. Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternalistik mengutamakan kebersamaan. 3. Tipe Yang Kharismatik Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang tertentu tidak dikagumi. Sesungguhnya sangat menarik untuk memperhatikan bahwa para pengikut Universitas Sumatera Utara 16 seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin yang diikutinya itu. Penampilan fisik ternyata bukan ukuran yang berlaku umum karena ada pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik yang kalau dilihat dari penampilan fisiknya saja sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya tarik. 4. Tipe Yang Laissez Faire Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa-apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasaional. Dengan telah mencoba mengidentifikasi karakteristik utama seorang pemimpin yang laissez faire ditinjau dari kriteria persepsi, nilai dan perilaku diatas, mudah menduga bahwa gaya kepemimpinan yang digunakannya adalah sedemikian rupa sehingga: a. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif. b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pemimpin yang lebih rendah dan kepada para petugas oprasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ternyata menuntut keterlibatannya secara langsung. c. Status quo organisasional tidak terganggu. Universitas Sumatera Utara 17 d. Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri. e. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum. 5. Tipe Yang Demokratik Tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah pemimpin yang demokratik. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin yang demokratik menyadari benar bahwa akan timbul kecenderungan dikalangan para pejabat pemimpin yang paling rendah dan dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan suatu kerja dimana mereka berada sebagai peranan yang paling penting, paling strategi dan paling menentukan keberhasilan organisasi mencapai berbagai sasaran organisaional, perilakunya mendorong para bawahan menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran, dan bahan kritik dari orang lain, terutama bawahannya. Bahkan seorang pemimpin yang demokratik tidak akan takut membiarkan para bawahannya berkarya meskipun ada kemungkinan parkarsa itu akan berakibat kesalahan. Jika terjadi kesalahan, pemimpin yang demokratik berada disamping bawahan yang berbuat kesalahan itu bukan untuk menindak atau menghukumnya, melainkan meluruskannya sedemikian rupa sehingga Universitas Sumatera Utara 18 bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab. Karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif ialah dengan cepat menunjukkan penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi tinggi. 10 1.5.3.Teori Kepemimpinan Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan. 11 Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan berbagai segi, antara lain:  Latar Belakang Sejarah Pemimpin dan Kepemimpinan Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nenek moyang manusia berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan ekstensi hidupnya menentang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia, dan ada unsur kepemimpinan.  Sebab Munculnya Pemimpin Dua teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin yaitu: 1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : 10 Prof.DR.Sondang P.Siagian MPA, Teori dan Praktek Kepemimpinan,Jakarta:Penerbit Rineka Cipta,1998.,hal. 27-45. 11 Dr.Kartini Kartono, Op.cit ,hal.31. Universitas Sumatera Utara 19  Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat- bakat lama yang luar biasa sejak lahirnya.  Dia ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, termasuk yang khusus.  Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis. 2. Teori Sosial menyatakan sebagai berikut :  Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahir begitu saja.  Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.  Teori ekologis atau sintesis muncul sebagai reaksi daria kedua teori tersebut lebih dahulu, menyatakan bahwa seorang akan sukses menjadi kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan tuntutan lingkungan ekologisnya. 12  Syarat-syarat kepemimpinan Konsepsi mengenai persayaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu : a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. 12 Ibid, hlm. 34-35 Universitas Sumatera Utara 20 b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh dan pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

1.5 4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan