Latar Belakang Masalah Persepsi Masyarakat Yang Berusia 40 Tahun Keatas Terhadap Kepemimpinan H.M. Soeharto.

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini akan membahas mengenai pandangan masyarakat yang berusia 40 tahun keatas terhadap kepemimpinan H.M.Soeharto.Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Ada yang berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia, kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Di satu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada orang yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Disinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan. Hampir ditiap tulisan-tulisan tentang kepemimpinan memberikan gambaran yang ideal tentang kepemimpinan dan berakhir dengan kesenangan. Hal ini dapat dimengerti, karena manusia membutuhkan kepemimpinan itu. Dan dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi tumpuan harapan dari manusia. Kalau ditelusuri lebih lanjut, betapa pentingnya pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu kelompok jika terjadi suatu konflik atau perselisihan di antara orang-orang dalam kelompok, maka orang-orang mencari cara pemecahan supaya terjamin keteraturan dan dapat ditaati bersama. Terbentuklah aturan- aturan, atau norma- norma tertentu untuk ditaati agar supaya konflik tidak terulang. Di sini orang- orang mulai mengidentifikasikan dirinya pada kelompok, kehidupan bersama Universitas Sumatera Utara 2 sangat dibutuhkan, dan konflik perlu dihindari. Dalam hal ini peranan pemimpin sangat dibutuhkan. Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia membutuhkannya, dapat dikatakan bahwa dunia atau umat manusia di dunia ini pada hakekatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang saja, yakni yang berstatus sebagai pemimpin. Dengan demikian jika sekelompok orang yang berstatus pemimpin tersebut memutuskan untuk menimbulkan perang dunia sebagai satu satunya jalan keluar dari konflik, maka umat manusia di dunia sebagai penduduknya akan mati ditengah-tengah medan konflik tersebut. hal ini adalah suatu penegasan bahwa pemimpin dan kepemimpinan amat menentukan sekali dalam kehidupan manusia ini. Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang. 1 Lebih jauh lagi George R.Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivita untuk mempengaruhi orang-orang agar supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. 2 Gambaran diatas mengenai kepemimpinan menunjukkan bahwa seorang pemimpin sangat penting dalam sebuah negara, hal ini dapat dilihat dari Negara Indonesia yang memiliki kriteria kepemimpinan yang baik dalam memimpin bangsa dan Negara Indonesia yaitu kepemimpinan Pancasila, kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang dijiwai Pancasila, disemangati azas kekeluargaan, memancarkan wibawa serta menumbuhkan daya mampu untuk membawa serat masyarakat , berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. 1 Dr. Kartini Kartono, Pemimpin danKepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Utama, 1994, hal.49. 2 Ibid Universitas Sumatera Utara 3 Dalam kepemimpinan Pancasila bertumpu pada azas –azas sebagai berikut: 1. Menurut azas kebersamaan, dalam kepemimpinan Pancasila hendaknya: a. Pemimpin dan yang dipimpin merupakan kesatuan organisasi. b. Pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin. c. Pemimpin dan yang dipimpin saling pengaruh mempengaruhi. d. Pemimpin dan yang dipimpin bukan unsur yang saling bertentangan sehingga tidak terjadi dualisme. e. Masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai tempat dan kewajiban hidup sendiri-sendiri dan merupakan suatu golongan yang paling kuat, tetapi juga tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat. f. Tanpa ada yang dipimpin tidak mungkin ada pemimpin. 2. Azas kekeluargaan dan Kegotong-royongan a. Timbul kerjasama yang akrab. b. Kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu. c. Berlandaskan kasih sayang dan pengorbanan. 3. Azas Persatuan dan Kesatuan dalam Kebhinekaan Hal ini dilihat dari kebhinekaan bangsa Indonesia, baik dari segi suku, bangsa, adat istiadat, agama, aliran dan sebagainya. 4. Azas Selaras, Serasi dan Seimbang Semua azas tersebut di atas harus dijiwai dan disemangati oleh azas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, azas yang tidak mencari Universitas Sumatera Utara 4 menangnya sendiri, adu kekuatan, atau timbul kontradiksi, konflik dan pertentangan. 3 Demikianlah dalam kepemimpinan Pancasila hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dan antara mereka yang dipimpin harus terjalin suasana yang menimbulkan kesejukan hati dan ketentraman batin, tidak terjadi suasana yang berat sebelah yang akan menimbulkan ketegangan-ketegangan dan suasana yang ricuh dan kacau. Di negara Indonesia, setiap warga negara diharapkan bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila. Seorang pemimpin di negara Indonesia, diharapkan menjadi contoh teladan serta panutan sesuai dengan Pancasila. Ia harus melaksanakan butir-butir yang merupakan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila dalam kehidupan sehari- hari yang nyata, perbuatannya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Dalam hal ini kepemimpinan Pancasila harus dimiliki oleh setiap pemimpin bangsa Indonesia, H.M. Soeharto sebagai Presiden Indonesia kedua, dan telah memimpin Negara dan bangsa Indonesia selama 32 Tahun. H.M. Soeharto adalah sebuah legenda, sebuah fenomena, sebuah potret perjalanan sejarah bangsa ini. Sejarah ketokohan, sekaligus kepemimpinan yang mampu memberikan pelajaran berharga bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejarah bangsa, komplet dengan warna hitam putihnya, bahwa selain kelemahan dan kekurangan terdapat pula sisi kekuatan dan kelebihan dari kepemimpinan H.M. Soeharto. Untuk itu, dilihat dari perjalanan kepemimpinannya, ada tiga unsur pokok dalam konsep kepemimpinan H.M. Soeharto, yaitu : 3 Http:www.kepemimpinan.com diakses tanggal 6 februari 2008 Universitas Sumatera Utara 5 Ingarso Sung Tulodo. Artinya, jika menjadi pemimpin didepan harus bisa memberi teladan atau contoh bagi orang yang dipimpin tindakannya harus sesuai. Jadi, seorang Presiden, misalnya, harus memberi contoh kepada seluruh rakyat Indonesia. Baik itu cara kerjanya, tindak tanduknya, dan lain-lain. Jadi pemimpin yang Ingarso Sung Tulodo itu benar-benar jangan sampai tercela dalam perbuatannya. Harus bisa ditiru, jangan sampai salah omong. Ing Madyo Bangun Karso. ditengah-tengah artinya, harus bisa memberi contoh, memberi inspirasi, motivasi dan semangat. Misalnya, caranya makan, caranya ia bicara dan berperilaku. Tut wuri Handayani. Artinya, sebagai pemimpin ia bisa memberi nasehat, memberikan daya, dorongan atau kekuatan kepada masyarakatnya, anak buahnya, termasuk juga kepada rakyatnya. Karena pada hakekatnya dia diwarnai oleh satu sikap yang penuh kebijaksanaan. 4 Dengan demikian, sebagai pemimpin H.M. Soeharto membangun pola manajemen sebagai suatu bentuk manajemen yang universal, dimana ia mampu menjadikan pola manajemen itu sebagai suatu ilmu dan seni. Dengan begitu manajemen H.M. Soeharto, tidak lain dari suatu bentuk manajemen yang universal atau manajemen moderen yang diperkaya dengan nilai-nilai moral keagamaan serta nilai-nilai warisan budaya bangsa. Selain itu didalam kepemimpinan H.M.Soeharto juga menunjukkan kelebihan dan kemampuan dalam memimpin. Keberhasilannya menjadi seorang pemimpin ini tentu dilatar belakangi oleh asas- asas kepemimpinan H.M. Soeharto seperti : 4 Dwi Ambar Sari,Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto,Jakarta:PT Jakarta Citra,2006,hal.140. Universitas Sumatera Utara 6 a. Takwa b. Ing ngarsa sung tulodo, memberi teladan kepada anak buah c. Ing madya bangun karsa, aktif dan giat serta menggugah semangat ditengah anak buah, serta dapat memberikan contoh. d. Tut wuri handayani, memberikan nasehat dan dorongan. Nasehat yang mempunyai daya dan kekuatan. e. Waspada puba wisesa, waspada, mengawasi serta sanggup mengoreksi anak buah. f. Ambeg pramana arta, sederhana dan tidak berlebih-lebihan. g. Satya, loyal atau setia. h. Gemi nastiti, kesadaran dan kemampuan meletakkan prioritas, atau selalu mendahulukan yang penting. i. Blaka, kemampuan, keralaan, dan keberanian dan mempertanggungjawabkan tindakan. Serta terbuka apa adanya. j. Legawa, kemampuan, kerelaan, keikhlasan pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi berikutnya. 5 Sebagai seorang anak desa yang menapaki perjalanan kehidupannya yang panjang dan berliku dari bawah, dengan sendirinya kematangan sikap merupakan cermin dari kepemimpinannya. Kepemimpinan H.M. Soeharto diwujudkan dalam Orde Baru, Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan H.M. Soeharto. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Pada 1968, MPR secara resmi melantik 5 ibid, hal 141-142 Universitas Sumatera Utara 7 H.M. Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai Presiden, dan kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Lahirnya Orde Baru, yang berarti sebuah orde dengan tekad kuat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen menjadi senjata ampuh bagi H.M. Soeharto untuk memperkuat simbol-simbol heroismenya. Orde baru menyusun dan merancang sistem nilai yang dibungkus dalam kedok ideologi sebagai cara menaklukkan dan mengendalikan sebuah rezim. Ketangguhan ideologi sangat ditentukan oleh kecapakan elite politik mengisikan muatan-muatan filosofis ke dalamnya. Kian canggih para elite menyusun argumen-argumen filosofinya, maka kian ampuh pula ideologi itu mempengaruhi masyarakat, dimana ideologi mampu menghipnotis orang untuk mau berkorban dan membelanya sampai titik darah penghabisan, karena itu, rezim Orde Baru dengan segala upaya mengerahkan semua intelektual untuk membuat, merancang dan mengisikan muatan-muatan baru pada idologi, sehingga citra rezim Orde Baru tetap kokoh dan terus berkuasa. Kepemimpinan H.M. Soeharto selama 32 tahun tidak terlepas dari pandangan masyarakat yang berusia 40 tahun keatas, karena masyarakat yang berusia 40 tahun keatas telah mengetahui dan merasakan kepemimpinan H.M. Soeharto yang berlangsung dari tahun 1968 sampai 1998. Dalam penulisan ini akan menggambarkan bagaimana pandangan masyarakat yang berusia 40 tahun keatas terhadap kepemimpinan H.M. Soeharto apakah kepemimpinannya baik atau buruk. apakah kepemimpinan H.M. Soeharto sesuai dengan kriteria Universitas Sumatera Utara 8 kepemimpinan yang diinginkan bangsa Indonesia yaitu kepemimpinan Pancasila. Jawaban atas kepemimpinan H.M. Soeharto akan sangat bergantung pada sudut pandang, pilhan bacaan, kecenderungan sosio-politik, dan ideologi yang dipakai atau dimiliki seseorang, menilai Orde baru, karena itu, memerlukan kecanggihan pemahaman, kejujuran dan objektivitas. 6 Bagi banyak orang, Orde Baru merupakan entitas yang berwajah ganda :baik dan buruk. Bahkan baik dan buruk sekaligus. Tetapi, mungkin bagi sedikit orang, Orde Baru adalah satu dimensi: baik sekali atau buruk sekali. Kelompok yang memandang Orde Baru baik adalah mereka yang diuntungkan secara materi bisa dari kalangan kerabat, kroni dan kelompok –kelompok yang berada di lingkar inti kekusaan baik dipusat maupun di daerah, meski hati nurani mereka mengingkari. Sementara mereka yang memandang Orde Baru buruk atau jahat adalah mereka yang melihat, merasakan, mengalami, dan dirugikan secara material, rohani dan mental-spritual. Kelompok ini adalah mereka yang melihat secara nyata, karena kemampuannya menganalisis dan karena wawasannya, penyelewengan besar-besaran para elite Orde Baru terhadap amanat rakyat baik di pandang ekonomi, sosio-budaya, kehidupan keagamaan maupun ideologi. Tetapi, hampir untuk kurun yang sangat lama, pandangan yang disebut kedua hanyalah sedikit. Mereka adalah para cendikiawan yang jujur, para tokoh agama yang kritis, para pemimpin ormas yang independen, para aktivis kampus yang tidak terkooptasi dan anak-anak bangsa yang cerdas. Untuk kurun waktu yang lama pula, masa Orde Baru dinikmati sebagai masa yang menenangkan, 6 Dr.Baskara T.Wardaya SJ. Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto,Jakarta:Galang Press,2007,hlm.55 Universitas Sumatera Utara 9 menyenangkan, dan mengenyangkan. Stabilitas nasional hampir tidak pernah terganggu. Sekali terjadi instabilitas, H.M. Soeharto dengan cepat bersama kekuatan polisi dan militernya akan mampu mengatasi, sekalipun dengan korban- korban nyawa berjatuhan. Dengan demikian, mencermati pada hal-hal diatas, maka penulis merasa tertarik meneliti tentang “ Persepsi Masyarakat Yang Berusia 40 Tahun Keatas Terhadap Kepemimpinan H.M. Soeharto Studi Kasus Di Kecamatan Medan Amplas”. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang diangkat sebagai isu pokok permasalahan cenderung berada dalam ruang lingkup yang luas dan mendalam. Dari latar belakang diatas maka penulis mencoba membuat suatu perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Persepsi Masyarakat yang Berusia 40 Tahun Keatas Terhadap Kepemimpinan H.M. Soeharto” 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang berusia 40 tahun keatas terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh H.M Soeharto. 2. untuk mengetahui persepsi masyarakat yang berusia 40 tahun keatas terhadap kepemimpinan H.M. Soeharto. Universitas Sumatera Utara 10

1.4. Manfaat Penelitian