berpendapatan rendah juga memberikan susu bayinya karena adanya alasan persepsi bahwa ASI belum dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemberian ASI Eksklusif, masalah yang timbul pada
keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein KEK. Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk
menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
5.6. Pengaruh Faktor Budaya terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden menyatakan faktor budaya berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif yakni
sebanyak 34 orang 53,1 dan mayoritas responden dengan pernyataan faktor budaya berpengeruh yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 33
orang 97,1. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor budaya dengan pemberian ASI Eksklusif p=0,004.
Hasil uji tabulasi silang memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang menyatakan ada pengaruh budaya, tidak memberikan ASI Eksklusif 97,1.
Berbeda dengan hasil regresi logistik dimana variabel faktor budaya tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini
disebabkan dalam keluarga bahwa suami lebih dominan mengambil keputusan dalam hal kesehatan dan perawatan anak di bandingkan dengan ibu sendiri.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian ika andriani Sitorus Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan judul Faktor
– faktor yang menghambat
Universitas Sumatera Utara
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0 - 6 bulan di desa Bandar khalipah kecamatan percut sei tuan tahun 2006. Penelitian ini menunjukkan bahwa sosial
budaya merupakan faktor ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi 0- 6 bulan.
5.7. Pengaruh Faktor Inisiasi Menyusui Dini terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden tidak memlaksanakan IMD yakni sebanyak 46 orang 71,9 dan mayoritas
responden tidak memlaksanakan IMD yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 44 orang 95,7. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan
linier antara inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI Eksklusif p=0,000. Hasil uji tabulasi silang juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang
tidak melakukan inisiasi menyusui dini, tidak memberikan ASI Eksklusif 95,7. Hasil regresi logistik dimana variabel inisiasi menyusui dini memberi
pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif p = 0,010. berbeda dengan penelitian Agam 2011 dilakukan di Kelurahan Tamamaung
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara IMD dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat handayani 2011 bahwa untuk
menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setalah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak
semua dapat dilaksanakan inisiasi menyusui dini. Keberhasilan praktik IMD dapat membantu agar proses pemberian ASI Eksklusif berhasil, sebaliknya jika IMD
gagal dilakukan akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
5.8. Pengaruh Faktor Dukungan Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif