Menurut Satoto
1990, pekerjaan
terkadang mempengaruhi
keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan
ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu
tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya.
Secara ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki
“tempat penitipan bayianak”. Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi
tidak memungkinkan maka ASI perahpompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya
secara eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu Roesli, 2000.
2.2.5 Faktor Ekonomi Keluarga Pendapatan
Penelitian Ambarwati 2004 berkaitan dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif di wilayah binaan Puskesmas Padangsari, Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang, disimpulkan bahwa kegagalan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah tingkat
pendapatan keluarga. Faktor ekonomi pendapatan rumah tangga juga diduga berpengaruh pada pemberian ASI Eksklusif.
Hal ini sesuai dengan penelitian Rahayu 2010, yang meneliti hubungan antara pendidikan ibu dan pendapatan orang tua dengan lama pemberian ASI
Eksklusif di kelurahan Pucangan Kecamatan Kartasura Surakarta. Hal yang sama
Universitas Sumatera Utara
juga dikonfirmasikan oleh hasil penelitian Ernawati 2006 bahwa faktor sosial ekonomi meliputi pendapatan keluarga, pendidikan ibu, serta pengetahuan ibu
tentang ASI Eksklusif.
2.2.6 Faktor Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Faktor budaya yang turut memberi
pengaruh terhadap keputusan ibu memberi ASI Eksklusif adalah terkait dengan aspek norma-norma kebiasaan, keyakinan dan kepercayaan yang ada dalam
masyarakat. Salah satu kebiasaan di tengah masyarakat yang mendorong ibu tidak memberikan ASI Eksklusif adalah karena adanya kebiasaan setelah bayi lahir,
memberi makanan minuman berupa madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberi susu formula sejak dini. Orang tua dan keluarga juga masih terbiasa
menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula. Sedangkan faktor kepercayaan yang mendorong ibu tidak memberi ASI Ekslusif adalah adanya
kepercayaan bahwa kalau menyusui dapat merusak payudara dan adanya kepercayaan memberikan maduair manis merupakan suatu ajaran agama Afifah,
2007. Ada beberapa ciri khas dalam kehidupan masyarakat di Desa Sukadame antara
lain yaitu : 1.
Menyirih Menyirih adalah kegiatan mengunyah daun sirih yang ditambah dengan kapur,
gambir dan buah pinang. Ibu-Ibu di Desa Sukadame sebagian besar memiliki
Universitas Sumatera Utara
kebiasaan menyirih. Menyirih merupakan kebudayaan Suku Karo. Pendataan Provil desa dan kelurahan tahun 2015
2. Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang dilakukan sebagian besar bapak-bapak dan pemuda di Desa Sukadame. Rokok selalu disediakan dan ditawarkan di
setiap upacara adat atau pesta yang diadakan sebagai tanda penghormatan. Selain itu, Desa Sukadame yang merupakan daerah dataran tinggi dan
bersuhu dingin dimana merokok dianggap bisa menghangatkan badan. Merokok menurut penduduk setempat juga dapat meringankan stress
mereka. Pendataan Provil desa dan kelurahan tahun 2015 3.
Berkumpul di Kedai Kopi Berkumpul di kedai kopi adalah salah satu kebiasaan bagi sebagian besar
bapak-bapak dan pemuda di Desa Sukadame. Setiap pagi dan malam, kedai kopi ramai dipadati bapak-bapak yang saling mengobrol, menghangatkan
badan cudu atau sekedar minum teh dan kopi. Kedai kopi juga berfungsi sebagai sarana berkumpul dan berbagi informasi bagi bapak-bapak dan
pemuda di Desa Sukadame. Dimana setiap berita atau hal-hal lain seperti undangan dan sebagainya biasanya akan disampaikan pada waktu bapak-
bapak dan pemuda berkumpul di kedai kopi. Pendataan Provil desa dan kelurahan tahun 2015
4. Kegiatan di Jambur
Upacara adat, pesta, upacara pemakaman, perpulungan merupakan berbagai acara yang sering diadakan di Jambur atau masyarakat desa Sukadame sering
Universitas Sumatera Utara
disebut juga dengan Los. Jambur adalah tempat khusus yang dibangun untuk mengadakan perkumpulan atau pertemuan masyarakat di desa. Disekitar
Jambur biasanya dibangun kamar mandi dan tempat untuk persiapan acara seperti memasak. Setiap diadakan acara di Jambur, seluruh warga desa ikut
serta dalam acara tersebut, baik ketika persiapan maupun memenuhi un
dangan. Jambur di Sukadame bernama ’Jambur Sue Arihta’. Pendataan Provil desa dan kelurahan tahun 2015
5. Cudu Menghangatkan tubuh
Cudu atau menghangatkan badan merupakan kegiatan yang biasa dilakukan warga desa. Cudu dilakukan setiap malam dengan cara membuat api unggun
di pekarangan rumah atau kedai kopi. Selain menghangatkan badan, cudu juga mempererat hubungan setiap masyarakat di desa ini dengan berkumpul
dan mengobrol di sekitar api unggun. Pendataan Provil desa dan kelurahan tahun 2015
2.2.7 Faktor Inisiasi Menyusui Dini