Implementasi Perhitungan ex-oficio Pada Bendahara Penerima

38 Media Informasi Kerugian Negara Uraian Pemulihan Kerugian Negara Secara Damai SKTM Pembebanan SKPGR Penagihan Paksa oleh PUPN, DJKN Jumlah Kasus 49 4 36 Pelaksanaan 45 1 24 Pelaksanaan 91 20 67 Jumlah KN 1.682.398.681,00 269.500.000,00 4.990.931.322,99 Angsuran 713.929.206,00 90.000.000,- 158,867,095.82 Sisa 1.003.719.475,00 158.500.000,00 4,831,524,227.17 Angsuran 42 33 3 KN: Kerugian Negara Nilai Kerugian Negara yang dilimpahkan ke PUPN Nilai total kasus yang saat ini diurus oleh DJKN adalah Rp5.517.711.541,99 Total angsuran setelah penagihan paksa akumulasi angsuran Rp686.187.314,81 maupun lalai. Jadi apabila kerugian negara tersebut bukan sebagai akibat perbuatan melawan hukum, maka hal tersebut hanya merupakan sebuah kerugian negara dimana negara tidak memiliki hak tuntut kepada yang bersangkutan. Dari total kerugian negara sebesar Rp16.402.187.849,19, saat ini kerugian negara Berdasarkan data pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa persentase pelaksanaan pemulihan kerugian negara dan persentase realisasi angsuran dengan angka tertinggi terdapat pada penyelesaian secara damai, yaitu 91 untuk pelaksanaan dan 42 untuk realisasi angsurannya. Penyelesaian kerugian negara secara damai jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan penyelesaian melalui pembebanan ataupun penagihan paksa oleh PUPN, yaitu hanya 67 untuk jumlah pelaksanaan dan 3 untuk nilai angsuran. Dengan memperhatikan data perkembangan penyelesaian kerugian negara tersebut, diharapkan agar Kepala KantorSatuan Kerja dapat berperan aktif dalam penyelesaian kerugian telah terpulihkan sebesar Rp2.111.748.677,81. Pemulihan kerugian negara tersebut dibagi dalam 3 kategori, yaitu pemulihan secara damai, pembebanan kerugian negara SKPGR dan penagihan paksa oleh PUPN, DJKN. Tabel rincian pemulihan kerugian negaranya adalah sebagai berikut: negara secara damai. Peran dari Kepala Kantor Satuan Kerja sangatlah penting dalam proses tuntutan ganti rugi. Cepat atau lambatnya pelaporan kerugian negara oleh Kepala KantorSatuan Kerja juga berpengaruh terhadap pelaksanaan dan realisasi pemulihan kerugian negara. Semakin cepat penanganan dan pelaporan kerugian negara, kemungkinan kerugian negara terpulihkan akan semakin besar. Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi, apabila terjadi kerugian negara pada suatu Satuan Kerja dan tidak segera dilaporkan kepada Menteri Keuangan u.p Sekretaris Jenderal, maka biasanya penanggung jawab kerugian negara tidak bersedia memulihkan kerugian negara secara damai dan sulit ditemukan keberadaannya, terutama untuk pelanggaran ikatan dinas. 39 Media Informasi Kerugian Negara P engenaan penuntutan ganti rugi atas kerugian negara secara langsung menimbulkan hak tagih negara kepada penanggungjawab kerugian negara, hak tagih ini selanjutnya diakui dalam bentuk piutang yang disebut piutang tuntutan ganti rugi maupun piutang tuntutan perbendaharaan TPTGR. Piutang TPTGR termasuk ke dalam jenis Piutang Pendapatan Negara Bukan Pajak Piutang PNBP, sehingga pengurusannya juga mengikuti kaidah-kaidah umum pengurusan piutang. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 PMK.062007 tentang Pengurusan Piutang Negara Pasal 2 mengatur bahwa pengurusan piutang tingkat pertama diselesaikan sendiri oleh Instansi Pemerintah susuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di lingkungan Kementerian Keuangan pengurusan tuntutan ganti rugi Piutang TPTGR diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 508KMK.11999. KMK Nomor 508KMK.11999 mengatur bahwa pengurusan kerugian negara telah diupayakan dengan maksimal oleh Kementerian Keuangan apabila atas Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi SKPGR yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan kepada penanggungjawab kerugian negara tidak membawa hasil. Apabila penagihan kerugian negara melalui SKPGR mengalami kemacetan sehingga tidak membawa hasil selama tiga bulan berturut-turut, maka penagihan selanjutnya diserahkan kepada PUPN untuk dilakukan penagihan secara paksa. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 PMK.062007, Pasal 3 mengatur bahwa dalam hal penyelesaian piutang negara tidak berhasil, Instansi Pemerintah wajib menyerahkan pengurusan piutang negara kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN. Sejalan dengan PMK Nomor 128PMK.062007, KMK Nomor 508KMK.11999 juga mengatur bahwa apabila penagihan kerugian negara melalui SKPGR tidak membuahkan hasil, maka pengurusan kerugian negara dilimpahkan kepada PUPNDJKN untuk dilakukan penagihan paksa. Di lingkungan Kementerian Keuangan hingga tahun 2013 terdapat 36 kasus kerugian negara piutang TPTGR yang pengurusannya telah diserahkan kepada PUPNDJKN, pada DJKN piutang TPTGR tersebut diurus oleh beberapa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang merupakan unit vertikal dari DJKN dan juga bertindak sebagai Panitia Urusan Piutang Negara Cabang PUPN Cabang. Adapun KPKNL yang saat ini mengurus piutang TPTGR Kementerian Keuangan yang telah dilimpahkan yaitu :

8.2. Efektivitas Penagihan Kerugian Negara yang Telah Dilimpahkan ke PUPN

No KPKNLPUPN Cabang Jumlah Kasus Jumlah Yang Dilimpahkan Total Angsuran Sisa 1. KPKNL Jakarta V 27 3,580,175,521.37 90,216,995.54 3,489,958,525.83 2. KPKNL Malang 2 59,100,000.00 10,363,636.55 48,736,363.45 3. KPKNL Bogor 2 185,000,000.00 - 185,000,000.00 4. KPKNL Samarinda 1 20,250,000.00 19,522,732.00 727,268.00 5. KPKNL Medan 1 11,200,000.00 409,091.00 10,790,909.00 6. KPKNL Makassar 2 49,650,274.00 13,295,454.55 36,354,819.45 7. KPKNL Palembang 1 1,085,015,527.62 - 1,085,015,527.62 Total 36 4,990,931,322.99 158,867,095.82 4,831,524,227.17