37
Media Informasi Kerugian Negara
P
ada beberapa satuan kerja Kementerian Keuangan terdapat kerugian negara yang
disebabkan oleh pihak ketiga seperti perampokan dan pencurian. Dalam kasus tersebut
tidak ditemukan adanya indikasi pegawai yang terlibat baik melawan hukum sehingga proses
penuntutan kepada penanggung jawab tidak dapat dilaksanakan. Sebagian besar perampokan dan
pencurian BMN oleh pihak ketiga di Kementerian Keuangan terdapat pada satuan kerja Direktorat
Jenderal Pajak. Hal ini terutama diakibatkan oleh banyaknya gedungbangunan kantor lama yang
tidak lagi ditempati namun masih dipergunakan untuk menyimpan Barang Milik Negara.
Banyaknya gedung kantor dan BMN yang terbengkalai, disebabkan karena adanya
reorganisasi di Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 20032004. Beberapa gedung yang
sebelumnya difungsikan sebagai Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan tidak lagi digunakan
mengingat fungsi KPPBB telah melebur ke dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Gedung KPPBB
yang tidak lagi difungsikan tersebut tidak dijaga dengan baik sehingga gedung menjadi rusak dan
beberapa BMN di dalamnya hilang dicuri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab pihak
ketiga.
Di lingkungan Kementerian Keuangan peraturan terkait pengamanan BMN baru diterbitkan
pada tahun 2012 yaitu melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 21SJ.12012 tentang
Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan. Hal tersebut
mangakibatkan kehilangan BMN sebelum tahun 2012 sulit ditindaklanjuti mengingat klausula
perbuatan melanggar hukumnya tidak dapat dibuktikan karena belum adanya peraturan yang
mengatur mengenai pengamanan BMN. Hal ini juga mengakibatkan penuntutan ganti rugi terhadap
kasus kehilangan BMN menjadi terhambat. Selain itu, pembuktian terhadap pelakupihak yang
menyebabkan kerugian negara akibat kehilangan BMN juga sulit dibuktikan, apakah memang murni
dilakukan oleh pihak ketiga ataupun terdapat unsur kelalaian dari pegawai kantor bersangkutan yang
menyebabkan pencurian tersebut terjadi.
KMK Nomor 508KMK.11999 mengatur bahwa dalam hal kerugian negara nyata-nyata dilakukan
oleh pihak ketiga dan penyelesaian damai tidak dapat dilakukan maka tindak lanjut penyelesaian
kerugian negaranya adalah sebagai berikut : a. Jika perbuatan yang dilakukan oleh pihak ketiga
tersebut mengandung unsur tindak pidana, Kepala KantorSatuan Kerja menyerahkan
proses penyelesaian selanjutnya kepada pihak kepolisian setempat.
b. Untuk proses tututan ganti ruginya dilaksanakan dengan cara menyerahkan perkaranya
langsung kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. Penyerahan perkara tuntutan ganti
rugi ke Pengadilan Negeri setempat juga mengalami hambatan, mengingat pada KMK
Nomor 508KMK.11999 tidak dijelaskan teknis tata cara penyerahan perkara dimaksud.
7.3. Kerugian Negara Akibat Perbuatan Pihak Ketiga
B
erdasarkan data dari Biro Perencanaan dan Keuangan, dapat diketahui bahwa jumlah
kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan hingga tanggal 31 Desember 2013 yaitu
sebesar Rp16.402.187.894,19. Kerugian negara tersebut diakibatkan oleh pelanggaran ikatan
dinas, kehilangan uang dan kehilangan barang baik yang dilakukan oleh pegawai negeri, bendahara
maupun oleh pihak ketiga. Dari total kerugian negara tersebut, kasus yang sering terjadi pada
Satuan Kerja-Satuan Kerja yaitu kasus kehilangan Barang Milik Negara BMN.
Deinisi kerugian negara berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 22 UU Nomor 1 Tahun 2004
yaitu kekurangan uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai. Berdasarkan deinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi kerugian negara,
negara belum tentu mempunyai hak tuntut kepada yang bersangkutan untuk memulihkan kerugian
negara. Hak tuntut tersebut muncul apabila yang bersangkutan dinyatakan bersalah baik sengaja
8. Opini
8.1. Efektivitas Penyelesaian Kerugian Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan
38
Media Informasi Kerugian Negara
Uraian Pemulihan Kerugian Negara
Secara Damai SKTM
Pembebanan SKPGR
Penagihan Paksa oleh PUPN, DJKN
Jumlah Kasus 49
4 36
Pelaksanaan 45
1 24
Pelaksanaan 91
20 67
Jumlah KN 1.682.398.681,00
269.500.000,00 4.990.931.322,99
Angsuran 713.929.206,00
90.000.000,- 158,867,095.82
Sisa 1.003.719.475,00
158.500.000,00 4,831,524,227.17
Angsuran 42
33 3
KN: Kerugian Negara Nilai Kerugian Negara yang dilimpahkan ke PUPN Nilai total kasus yang saat ini diurus oleh DJKN
adalah Rp5.517.711.541,99 Total angsuran setelah penagihan paksa akumulasi angsuran Rp686.187.314,81
maupun lalai. Jadi apabila kerugian negara tersebut bukan sebagai akibat perbuatan melawan hukum,
maka hal tersebut hanya merupakan sebuah kerugian negara dimana negara tidak memiliki hak
tuntut kepada yang bersangkutan.
Dari total kerugian negara sebesar Rp16.402.187.849,19, saat ini kerugian negara
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat kita
lihat bahwa persentase pelaksanaan pemulihan
kerugian negara dan persentase realisasi
angsuran dengan angka tertinggi terdapat pada
penyelesaian secara damai, yaitu 91
untuk pelaksanaan dan 42 untuk
realisasi angsurannya. Penyelesaian kerugian
negara secara damai jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan penyelesaian
melalui pembebanan ataupun penagihan paksa oleh PUPN, yaitu hanya 67 untuk jumlah
pelaksanaan dan 3 untuk nilai angsuran.
Dengan memperhatikan data perkembangan penyelesaian kerugian negara tersebut,
diharapkan agar Kepala KantorSatuan Kerja dapat berperan aktif dalam penyelesaian kerugian
telah terpulihkan sebesar Rp2.111.748.677,81. Pemulihan kerugian negara tersebut dibagi
dalam 3 kategori, yaitu pemulihan secara damai, pembebanan kerugian negara SKPGR dan
penagihan paksa oleh PUPN, DJKN. Tabel rincian pemulihan kerugian negaranya adalah sebagai
berikut:
negara secara damai. Peran dari Kepala Kantor
Satuan Kerja sangatlah penting dalam proses
tuntutan ganti rugi. Cepat atau lambatnya pelaporan
kerugian negara oleh Kepala KantorSatuan
Kerja juga berpengaruh terhadap pelaksanaan
dan realisasi pemulihan kerugian negara. Semakin
cepat penanganan dan pelaporan kerugian
negara, kemungkinan
kerugian negara terpulihkan akan semakin besar. Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi, apabila
terjadi kerugian negara pada suatu Satuan Kerja dan tidak segera dilaporkan kepada Menteri
Keuangan u.p Sekretaris Jenderal, maka biasanya penanggung jawab kerugian negara tidak bersedia
memulihkan kerugian negara secara damai dan sulit ditemukan keberadaannya, terutama untuk
pelanggaran ikatan dinas.