35
Media Informasi Kerugian Negara Penyelesaian ganti kerugian negara dikehendaki
kembalinya kerugian negara kepada negara. Pada prakteknya, upaya mengembalikan kerugian
negara tidak mudah dan menemui beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut berbeda
antara satu kasus dengan kasus lainnya, hal ini
S
alah satu pokok penyelesaian kerugian negaradaerah dalam Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang mengadopsi pengaturan dalam
Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia yang diperbaharui ICW adalah penyelesaian kerugian
negara yang dilakukan oleh pihak lain pengampu yang memperoleh hakahli waris. Ketentuan
tentang hal tersebut termasuk di dalamnya penjelasan tentang perhitungan
ex-oficio diatur
secara rinci dan berurutan dalam ketentuan Pasal 74 84 dan 86 ICW. Dimana dalam Pasal 86 ICW
disebutkan bahwa “Bila seorang Bendaharawan berada dalam pengampuan kuartil, atau
melarikan diri atau mati, maka perhitungan yang seharusnya ia bikin, akan dibuat
ex-oficio oleh
seorang pegawai yang ditunjuk untuk itu oleh atau atas nama Pemerintah”.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 66,
pengaturan mengenai perhitungan ex-oficio
tersebut justru tidak dijelaskan. Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 Pasal 34 ayat 1 mengatur
bahwa tata cara penyelesaian kerugian terhadap Bendahara berlaku pula terhadap kasus kerugian
negara yang diketahui berdasarkan perhitungan
ex-oficio .
Secara praktek, dengan adanya kasus-kasus kerugian negara yang penanggungjawabnya
melarikan diri setelah melakukan perbuatan melawan hukum, atau meninggal dunia atau berada
di bawah pengampuan, menjadikan perhitungan
ex-oficio sebagai salah satu alat utama untuk
membuktikan terjadinya kerugian negara maupun memastikan jumlah kerugian negara yang terjadi.
Pada Kementerian Keuangan terdapat kasus penyalahgunaan uang hasil pengurusan piutang
dan lelang oleh Bendahara Penerima KPKNL. Selama menjalankan tugas sebagai bendahara,
penanggungjawab kerugian negara diketahui dikarenakan karakterisitik penyelesaian setiap
kasus kerugian negara juga berbeda. Berikut ini, beberapa hal yang menghambat penyelesaian
ganti kerugian negara di Keamenterian Keuangan sepanjang tahun 2013.
tidak pernah melakukan pembukuan. Hal ini mengakibatkan jumlah pasti kerugian negara
tidak dapat diperoleh dan kelengkapan dokumen pelaporan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 193PMK.012009 dan Peraturan BPK Nomor 3 tahun 2007 tidak dapat
dipenuhi.
Sebagai upaya penyelesaian kasus kerugian negara, KPKNL berkoordinasi dengan Biro
Perencanaan dan Keuangan mencoba melakukan perhitungan
ex-oficio atas kasus tersebut. Pada
prakteknya perhitungan ex-oficio
sulit dilakukan, hal ini dikarenakan sumber uang yang diterima oleh
Bendahara Penerima baik secara tunai maupun melalui transfer ke rekening penampungan berasal
dari berbagai macam sumber dan pada akhirnya
sulit diidentiikasi. Permasalahan ini kemungkinan besar tidak akan
ditemukan dalam kasus Bendahara Pengeluaran, mengingat pada Bendahara Pengeluaran sumber
uang yang masuk ke rekening Bendahara hanya satu yaitu Rekening Kas Negara. Jika Bendahara
Pengeluaran menyalahgunakan uang, maka jumlah
uang yang disalahgunakan dapat diidentiikasi dengan cara melakukan rekonsiliasi crosscheck
dengan KPPN atas jumlah uang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, hal ini tidak dapat
serta merta dilakukan dalam kasus Bendahara Penerimaan.
Hal lain yang mengakibatkan munculnya kendala dalam melaksanakan perhitungan
ex-oficio yaitu
karena minimnya informasi serta ketentuan yang mengatur secara rinci tata cara pelaksanaan
perhitungan ex-oficio
. Tidak adanya best practice pelaksanaan perhitungan
ex- oficio di lingkungan
Kementerian Keuangan juga mengakibatkan KPKNL tidak memiliki acuan tentang bagaimana
melaksanakan perhitungan ex-oficio yang baik dan benar.
7. Kendala Penyelesaian Ganti Kerugian Negara
7.1. Implementasi Perhitungan ex-oficio Pada Bendahara Penerima
36
Media Informasi Kerugian Negara
D
alam rangka peningkatan kualitas Pegawai di lingkungannya, Kementerian Keuangan
memberikan beasiswa kepada para pegawai maupun calon pegawainya melalui program Tugas
Belajar. Sesuai Peraturan menteri Keuangan Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tugas Belajar di
Lingkungan Departemen Keuangan, Tugas Belajar di Kementerian Keuangan terdiri atas Tugas Belajar
Dalam Negeri dan Tugas Belajar Luar Negeri baik dengan jenjang pendidikan DIII, DIV, S1, S2, dan
S3.
Kementerian Keuangan melalui satuan kerja Sekolah Tinggi Akuntansi Negara STAN juga
memberikan kesempatan kepada lulusan SMA Sederajat di Indonesia untuk dapat mengikuti
program pendidikan Diploma III dan Diploma I Keuangan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 289KMK.0142004 tentang Ketentuan Ikatan Dinas Bagi Mahasiswa Program Diploma
Bidang Keuangan DI Lingkungan Departemen Keuangan Program Diploma Bidang Keuangan
merupakan program pendidikan ikatan dinas yang mewajibkan lulusannya untuk bekerja di lingkungan
Kementerian Keuangan atau instansi pemerintah lainnya selama jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertama Nomor 224MP1961 tentang Peraturan Pelaksanaan
Tentang Tugas Belajar di Dalam dan di Luar Negeri dan KMK Nomor 289KMK.0142004
tentang Ketentuan Ikatan Dinas Bagi Mahasiswa Program Diploma Bidang Keuangan di Lingkungan
Departemen Keuangan, pegawai yang mendapatkan beasiswa tugas belajar maupun
program diploma STAN diwajibkan membayar ganti rugi kepada negara apabila melanggar ketentuan
ikatan dinas.
Hingga saat ini sebagian besar kasus kerugian negara akibat pegawai yang tidak memenuhi
kontrakperjanjian wajib kerjaikatan dinas tidak terselesaikan dengan tuntas, bahkan hingga
penagihan kerugian negara tersebut dilimpahkan ke DJKN untuk penagihan secara paksa. Kasus
kerugian negara tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri namun disamping itu juga
terdapat pola-pola yang hampir sama antara kasus yang satu dengan yang lainnya.
Secara umum, kendala utama kasus-kasus tersebut adalah keberadaan penanggung jawab
kerugian negara tidak diketahui dan upaya pencarian terhadap penangungjawab seringkali
tidak membuahkan hasil. Penyelesaian kerugian negara akibat pelanggaran ikatan dinas, terutama
untuk pegawai yang mengikuti program tugas belajar di luar negeri, terhambat dikarenakan
domisili penanggungjawab berada yang berada di luar negeri. Hal ini menyebabkan komunikasi antara
stuan kerja dengan penanggungjawab kerugian negara terbatas.Minimnya komunikasi dengan
penaggungjawab kerugian negara mengakibatkan upaya persuasif untuk menempuh jalan damai sulit
dilaksanakan.
KMK No.508KM.011999 mengatur bahwa dalam setiap penyampaian surat pemberitahuan
keputusan kepada pegawai negeri yang bertanggung jawab atas kerugian negara, Kepala
KantorSatuan Kerja membuat tanda terima. Tanda terima tersebut digunakan untuk menghitung
tanggal batas waktu pembelaan atas SPGR dan menghitung tanggal jatuh tempo SKPGR.Kendala
tersebut di atas menyebabkan Kepala Kantor sulit memperoleh tanda terima atas pemberitahuan
keputusan penyelesaian kerugian negara yang disampaikan, sehingga pada akhirnya menghambat
proses penyelesaian kerugian negara.
Selain permasalahan dari sisi penanggung jawab kerugian negara, terdapat kendala yang berasal
dari internal Kementerian Keuangan, antara lain: a. Penatausahaan dokumen perjanjian ikatan
dinas pada STANBPPK belum tertib. Hal ini menyebabkan kendala dalam penyelesaian
kerugian Negara. Dokumen perjanjian ikatan dinas yang diselenggarakan di bawah tahun
2008 belum ditatusahakan dengan baik.
b. Belum adanya revisi peraturan terkait tugas belajar dan ikatan dinas dari Biro SDM. Revisi
peraturan tersebut sangat diperlukan untuk mengatasi kendala penyelesaian kerugian
negara bagi unit eselon I mengingat masih adanya beberapa kelemahan dalam aturan
yang saat ini berlaku. Kelemahan paling utama dalam PMK Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Tugas Belajar di Lingkungan Departemen Keuangan adalah belum mencantumkan
ketentuan ganti rugi baik untuk tugas belajar luar dan dalam negeri sehingga perjanjian
ikatan dinas yang dibuat berbeda-beda antar unit eselon I.
7.2. Kerugian Negara Akibat Pelanggaran Ikatan Dinas