Grand Design Penyelesaian Kerugian

05 Media Informasi Kerugian Negara i                           Secara umum kerugian negara yang terjadi di lingkungan Kementerian Keuangan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kerugian negara yang disebabkan oleh perbuatan manusia

yakni kerugian negara yang disebabkan oleh kesengajaan, kelalaian, kealpaan, kesalahan, dan di luar kemampuan si pelaku seperti kerugian negara berupa akibat kehilangan motor, mobil maupun barang inventaris kantor. Kerugian negara seperti ini dapat dimintakan pertanggungjawaban ganti kerugian negara.

2. Kerugian negara yang disebabkan oleh kejadian alam

atau suatu keadaan di luar dugaan atau di luar kemampuan manusia force majeure. Kerugian daerah yang disebabkan oleh kejadian alam atau suatu keadaan di luar dugaan atau di luar kemampuan manusia force majeure tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atau tidak dapat dituntut untuk mengganti kerugian negara, seperti yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir dan kebakaran, serta proses alamiah seperti membusuk, mencair, menyusut, menguap, mengurai dan dimakan rayap. Untuk menunjang kelancaran penyelesaian kerugian negara setiap satuan kerjapimpinan organisasi wajib melaksanakan penatausahaan berkas kasus kerugian negara yang terjadi secara tertib, teratur dan kronologis. Secara ketentuan juga telah diterbitkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-85 PB2011 tentang Penatausahaan Piutang Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian Lembaga. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi merupakan salah satu jenis PNBP. Adapun penatausahaan piutang secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Membuat daftar kerugian negara. 2. Menyimpan dan mengamankan seluruh berkasdokumen yang terkait dengan kerugian negara. 3. Pembayaran kerugian negara menggunakan akun 423921 Estimasi pendapatan pelunasan piutang non bendahara dan 423922 Estimasi pendapatan pelunasan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara masuk TPTGR Bendahara. 4. Membuat Surat Penagihan SPn kepada penanggung jawab kerugian negara. 5. Membuat surat pemindahan penagihan apabila penanggung jawab kerugian negara pindah mutasi ke satuan kerja lain dan tanggung jawab penagiahan menjadi kewajiban satuan kerja yang baru. 6. Bekerja sama dengan PT Taspen untuk memotong uang pensiun apabila terdapat penanggung jawab kerugian negara yang telah pensiun namun kerugian negara belum terselesaikan sepenuhnya. 7. Melaporkan tindak lanjut perkembangan penyelesaian kerugian negara secara berjenjang kepada MenteriPimpinan. Salah satu kerugian negara yang menjadi concern adalah kerugian negara yang diakibatkan oleh pelanggaran ikatan dinas atau wajib kerja. Kasus pelanggaran ikatan dinaswajib kerja makin marak terjadi dilingkungan Kementerian Keuangan. Padahal ganti kerugian negara yang dikenakan kepada pelaku tergolong cukup besar. Untuk pelanggaran ikatan dinas program Diploma STAN mengacu kepada KMK No. 289KMK.0142004 tentang Ketentuan Ikatan Dinas Bagi Mahasiswa Program Diploma Bidang Keuangan Di Lingkungan Departemen Keuangan. Ketentuan ini mengatur masa wajib kerja yang lamanya 3x masa pendidikan plus satu tahun serta besaran ganti rugi yang dibebankan yakni untuk Diploma I sebesar Rp10.000.000,00, Diploma III sebesar Rp 30.000.000 dan Diploma IV sebesar Rp 50.000.0000,00. Besarnya ganti rugi yang harus dibayar dihitung berdasarkan perbandingan antara sisa masa wajib kerja dilaksanakan dari masa wajib kerja yang harus dilaksanakan dikali dengan besarnya ganti rugi. Mengacu pada Perpres Nomor 12 Tahun 1961 tentang Pemberian Tugas Beladjar dan Keputusan Menteri Pertama Nomor 224MP1961 tentang peraturan pelaksanaan tentang pemberian tugas beladjar di dalam dan di luar negeri, dinyatakan bahwa besaran sanksi ganti rugi yang dikenakan kepada pegawai yang tidak melaksanakan wajib kerja lebih besar lagi. Ketentuan ganti ruginya adalah mengembalikan biaya pendidikan yang telah dikeluarkan ditambah denda 100, atau dengan kata lain apabila ada pegawai yang tidak melaksanakan wajib kerja setelah mendapatkan beasiswa tugas belajar ganti rugi yang dikenakan adalah dua kali biaya pendidikan. Melihat semakin meningkatnya kasus-kasus kerugian negara akibat pelanggaran ikatan dinaswajib kerja kiranya perlu dilakukan upaya preventif pencegahan kasus kerugian negara dan tertib administrasi pegawai yang masih melaksanakan ikatan dinaswajib kerja, agar apabila terjadi kasus dapat dengan mudah ditangani oleh satuan kerja. 06 Media Informasi Kerugian Negara P roses penyelesaian kerugian negara yang telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan, secara garis besar terdiri dari dua proses yaitu proses Tuntutan Ganti Rugi TGR untuk kerugian negara non bendahara dan proses Tuntutan Perbendaharaan TP untuk kerugian yang disebabkan kekurangan perbendaharaan. Jumlah nilai kerugian negara yang dilaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal s.d. 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp16.402.187.894,19 dengan jumlah kasus sebanyak 117 kasus. Dari 117 kasus tersebut 89 merupakan kasus yang diproses dengan proses TGR dan 11 merupakan kasus yang diproses dengan proses TP. Sementara itu dari segi nilai kerugian negara, 83 nilai kasus yang diproses dengan proses TGR dan 17 nilai kasus yang diproses dengan proses TP.

4. Laporan Utama

Tabel 1 Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Kementerian Keuangan

s.d 31 Desember 2013 No

Jenis Penyelesaian Kerugian Negara Jumlah Kasus Nilai Kerugian Negara KN Rp 1 Tuntutan Ganti Rugi TGR 104 13.583.869.226,19 2 Tuntutan Perbendaharaan TP 13 2.818.318.668,00 Jumlah 117 16.402.187.894,19 Keterangan : - Sesuai database, Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal 4.a. Proil Kerugian Negara Kerugian negara yang diproses baik melalui TGR maupun TP diselesaikan melalui tahapan-tahapan yang dapat diklasiikasikan menjadi 6 tahapan, yaitu tahap Upaya Penagihan, Proses Penagihan di DJKN, Proses di BPK, Penghapusan Secara Bersyarat, Proses di Kejaksaan, dan Banding Presiden. Dari tahapan-tahapan tersebut, kasus kerugian negara paling banyak diselesaikan pada tahap Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak SKTM sebesar 41.8 dari total jumlah kasus. Sedangkan dari segi besarnya nilai kerugian negara, nilai kerugian negara yang paling tinggi ada pada tahap penagihan secara paksa oleh DJKN sebesar

33.6 dari total nilai kerugian negara.