Kerugian Negara Akibat Pelanggaran Ikatan Dinas

39 Media Informasi Kerugian Negara P engenaan penuntutan ganti rugi atas kerugian negara secara langsung menimbulkan hak tagih negara kepada penanggungjawab kerugian negara, hak tagih ini selanjutnya diakui dalam bentuk piutang yang disebut piutang tuntutan ganti rugi maupun piutang tuntutan perbendaharaan TPTGR. Piutang TPTGR termasuk ke dalam jenis Piutang Pendapatan Negara Bukan Pajak Piutang PNBP, sehingga pengurusannya juga mengikuti kaidah-kaidah umum pengurusan piutang. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 PMK.062007 tentang Pengurusan Piutang Negara Pasal 2 mengatur bahwa pengurusan piutang tingkat pertama diselesaikan sendiri oleh Instansi Pemerintah susuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di lingkungan Kementerian Keuangan pengurusan tuntutan ganti rugi Piutang TPTGR diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 508KMK.11999. KMK Nomor 508KMK.11999 mengatur bahwa pengurusan kerugian negara telah diupayakan dengan maksimal oleh Kementerian Keuangan apabila atas Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi SKPGR yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan kepada penanggungjawab kerugian negara tidak membawa hasil. Apabila penagihan kerugian negara melalui SKPGR mengalami kemacetan sehingga tidak membawa hasil selama tiga bulan berturut-turut, maka penagihan selanjutnya diserahkan kepada PUPN untuk dilakukan penagihan secara paksa. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 PMK.062007, Pasal 3 mengatur bahwa dalam hal penyelesaian piutang negara tidak berhasil, Instansi Pemerintah wajib menyerahkan pengurusan piutang negara kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN. Sejalan dengan PMK Nomor 128PMK.062007, KMK Nomor 508KMK.11999 juga mengatur bahwa apabila penagihan kerugian negara melalui SKPGR tidak membuahkan hasil, maka pengurusan kerugian negara dilimpahkan kepada PUPNDJKN untuk dilakukan penagihan paksa. Di lingkungan Kementerian Keuangan hingga tahun 2013 terdapat 36 kasus kerugian negara piutang TPTGR yang pengurusannya telah diserahkan kepada PUPNDJKN, pada DJKN piutang TPTGR tersebut diurus oleh beberapa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang merupakan unit vertikal dari DJKN dan juga bertindak sebagai Panitia Urusan Piutang Negara Cabang PUPN Cabang. Adapun KPKNL yang saat ini mengurus piutang TPTGR Kementerian Keuangan yang telah dilimpahkan yaitu :

8.2. Efektivitas Penagihan Kerugian Negara yang Telah Dilimpahkan ke PUPN

No KPKNLPUPN Cabang Jumlah Kasus Jumlah Yang Dilimpahkan Total Angsuran Sisa 1. KPKNL Jakarta V 27 3,580,175,521.37 90,216,995.54 3,489,958,525.83 2. KPKNL Malang 2 59,100,000.00 10,363,636.55 48,736,363.45 3. KPKNL Bogor 2 185,000,000.00 - 185,000,000.00 4. KPKNL Samarinda 1 20,250,000.00 19,522,732.00 727,268.00 5. KPKNL Medan 1 11,200,000.00 409,091.00 10,790,909.00 6. KPKNL Makassar 2 49,650,274.00 13,295,454.55 36,354,819.45 7. KPKNL Palembang 1 1,085,015,527.62 - 1,085,015,527.62 Total 36 4,990,931,322.99 158,867,095.82 4,831,524,227.17 40 Media Informasi Kerugian Negara Sebanyak 36 piutang TPTGR di Kementerian Keuangan yang pengurusannya dilakukan oleh DJKNPUPN, terdapat 19 piutang yang dilimpahkan sebelum tahun 2009 dan hingga saat ini belum mendapatkan penyelesaian, baik lunas maupun status Piutang Sementara Belum Dapat Tertagih PSBDT. Selain itu, dari tabel di atas dapat pula diketahui bahwa tingkat efektiitas penagihan paksa oleh PUPNPUPNC yaitu sebesar 3.18 dari total jumlah piutang yang dilimpahkan. Berdasarkan rekonsiliasi yang dilakukan antara Biro Perencanaan dan Keuangan dan Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-Lain diketahui bahwa sepanjang tahun 2013 dari 6 KPKNL tersebut diketahui bahwa pada 3 KPKNL yaitu KPKNL Jakarta V, KPKNL Bogor dan KPKNL Medan sejak tahun 2013 tidak terdapat perkembangan pembayaran angsuran kerugian negara piutang TGR, sedangkan pada 3 KPKNL Lainnya yaitu KPKNL Makassar, KPKNL Malang dan KPKNL Samarinda diketahui bahwa terdapat angsuran yang dilakukan secara rutin oleh penanggung jawab kerugian negara meskipun jumlah angsuran tidak terlalu besar. Sebagian besar Piutang TPTGR yang dilimpahkan kepada PUPNDJKN dilaksanakan oleh KPKNL Jakarta V 27 kasus, dan diketahui bahwa sepanjang TA 2013 tidak terdapat perkembangan angsuran Piutang TPTGR di KPKNL Jakarta V. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya porsi piutang TPTGR yang diurus oleh KPKNL Jakarta V. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penagihan paksa yang dilaksanakan oleh unit vertikal DJKNKPKNL belum efektif untuk menyelesaikan masalah piutang Tuntutan Ganti RugiTuntutan Perbendaharaan yang mengalami kemacetan. Pelimpahan penagihan piutang ke DJKN yang diharapkan menjadi jalan keluar terhadap piutang yang mengalami kemacetan, ternyata belum banyak membantu dalam memecahkan permasalahan tersebut. P enyelesaian kerugian negara melalui proses tuntutan ganti rugi di Kementerian Keuangan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Tujuan utama tuntutan ganti rugi adalah agar kekayaan negara dapat segera dikembalikan dan untuk meningkatkan disiplin serta tanggung jawab para pejabat negarapegawai negeri. Tuntutan ganti rugi dimaksud dilakukan apabila terjadi kerugian negara yang disebabkan oleh kelalaian atau pelanggaran hukum pejabat negara pegawai negeri dalam rangka pelaksanaan wewenang administratifnya. Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, mendeinisikan kerugian negara sebagai kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Berbicara mengenai kerugian negara yang dapat terjadi karena pebuatan melanggar hukum, maka implementasi proses tuntutan ganti rugi sangat mungkin bersinggungan dengan kerugian negara yang disebabkan tindak pidana. Hubungan Antara 8.3. Perlunya Sinkronisasi Implementasi UU Tipikor dan UU Perbendaharaan Negara Guna Kelancaran Penyelesaian Kerugian Negara