Agenda Kerja 2014 media informasi kerugian negara potret penanganan 32885

31 Media Informasi Kerugian Negara sebagai Kuasa Pengguna Anggaran KPA. Agar pelaksanaan pengelolaan keuangan memenuhi unsur check and balance, KPA dapat menunjuk bawahannya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen PPK untuk melaksanakan tugas dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran negara dan Pejabat Penanda Tangan SPM untuk menguji pengeluaran yang dilakukan oleh PPK serta pelaksanaan pembayaran oleh Bendahara. Terkait kasus kerugian negara dalam pengelolaan keuangan negara, pejabat perbendaharaan yang merupakan subjek kerugian negara adalah Bendahara. Hal ini dikarenakan fungsi Bendahara sebagai pengelola keuangan negara dimana tanggung jawab keuangan negara yang dikelolanya berada pada pribadi Bendahara tersebut. Namun demikian, lingkup terjadinya kerugian negara seringkali juga dilatarbelakangi oleh kelalaiankesalahan pejabat perbendaharaan terkait seperti KPA, PPK, dan PPSPM. Untuk itu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan fungsi pejabat perbendaharaan, apakah berjalan sesuai aturan yang berlaku. Terkait hal tersebut, internal Biro Perencanaan dan Keuangan akan bersinergi untuk melaksanakan kegiatan–kegiatan sebagai berikut: a. Memberikan wawasan pengetahuan hukum terkait pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab pejabat perbendaharaan negara melalui diseminasi dan sosialisasi; b. Meningkatkan pemahaman pejabat perbendaharaan negara atas konsekuensi pendelegasian wewenang dalam pelaksanaan anggaran antara lain dengan diadakannya forum bendahara; c. Membahas studi kasus penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pejabat perbendaharaan negara; dan d. Melakukan monitoring dan evaluasi atas kepatuhan pelaporan LPJ, pengawasan KPA, dan pembukuan Bendahara.

4. Sosialisasi Peraturan TGR dan Bimbingan Teknis tentang Mekanisme Penyelesaian

Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan Sesuai hasil rekonsiliasi antara data kerugian negara pada Biro Perencanaan dan Keuangan dengan laporan keuangan masing-masing unit eselon I, diketahui bahwa pemulihan piutang kerugian negara belum sepenuhnya berjalan secara optimal. Selain itu, diketahui bahwa terdapat beberapa laporan kerugian negara yang disampaikan kepada Menteri Keuangan, tidak didukung dengan dokumen yang memadai. Terdapat pula beberapa kasus kerugian negara yang tidak mengalami perkembangan dalam penyelesaiannya macet. Disamping itu, terdapat pula beberapa unit eselon I belum secara optimal menindaklanjuti hasil kesepakatan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta belum menanggapi surat terkait saran tindak lanjut penyelesaian kasus yang telah disampaikan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan. Mengingat kondisi tersebut di atas, diperlukan monitoring yang berkelanjutan dan evaluasi yang menyeluruh baik di level pusat maupun di daerah. Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk : 1 M e n i n g k a t k a n koordinasi antara Biro Perencanaan dan Keuangan serta dengan unit eselon I lingkup Kementerian Keuangan; 2 Mengetahui permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kerugian negara; 3 Mengupayakan penyelesaian terhadap kasus-kasus yang belum terselesaikan, dengan didasarkan pada proses mekanisme pemulihan piutang kerugian negara sesuai ketentuan yang berlaku; dan 4 Meningkatkan kualitas penanganan kasus dan penatausahaan dokumen kerugian negara pada satuan kerja vertikal dan Kantor Pusat unit eselon I agar penyelesaian kasus kerugian negara tersebut memperoleh hasil yang lebih optimal. Selain melakukan monitoring dan evaluasi di atas, Biro Perencanaan dan Keuangan akan dilaksanakan kegiatan bimbingan teknis penyelesaian kerugian negara, Forum Group Discussion FGD, penyebaran lealet TP TGR, dan sosialisasi tentang mekanisme penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan. 32 Media Informasi Kerugian Negara D alam rangka pelaksanaan strategi penanganan penyelesaian kerugian negara di Kementerian Keuangan dan untuk mengatasi kendala dan permasalahan yang terjadi selama ini, Biro Perencanaan dan Keuangan akan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

1. Penyusunan Peraturan Pengganti KMK 508 KMK.011999

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka Undang- Undang Perbendaharaan Indonesia atau Indische Comptabiliteitswet ICW dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini mengakibatkan tata cara penyelesaian kerugian negara yang diatur dalam KMK Nomor 508KMK.011999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan di Lingkungan Kementerian Keuangan, perlu direvisi dan disesuaikan dengan paket Undang-Undang tersebut. Disamping itu beberapa substansi yang diatur dalam KMK 508KMK.011999 tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Seiring dengan proses penyusunan RPP terkait penyelesaian kerugian negara bukan kekurangan perbendaharaan, pada tahun 2012 telah dilakukan identiikasi serta pembahasan pokok-pokok perubahan aturan teknis mekanisme penyelesaian kerugian negara yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan KMK 508KMK.011999. Selanjutnya pada tahun 2013 telah ditindaklanjuti dengan tersususunnya draft awal peraturan pengganti KMK 508KMK.011999 untuk dibahas secara intensif dalam rapat koordinasi pembahasan draft rancangan pengganti KMK Nomor 508 KMK.11999. Pada TA 2014, rapat koordinasi tersebut direncanakan akan diadakan dengan mengundang anggota TPPKN dengan mendatangkan narasumber dari pihak-pihak lain terkait yang memiliki kompetensi dalam bidang kerugian negara. Beberapa ketentuan dalam KMK Nomor 508KMK.011999 yang diusulkan untuk diubah meliputi pelaporan kerugian negara, penetapan besarnya kerugian negara, proses tuntutan ganti rugi, tata cara penagihan, dan penatausahaan kasus kerugian negara.

2. Penyelesaian Kasus-Kasus Lama

Terdapat kasus kerugian Negara yang dikelola Biro Perencanaan dan Keuangan yang mengalami kendala dalam proses penyelesaiannya sehingga mengakibatkan kerugian negara tidak dapat terselesaikan. Kasus-kasus tersebut sampai dengan saat ini masih tercantum dalam Laporan Perkembangan Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan dan Laporan Keuangan Kementerian Keuangan. Kasus-kasus yang mengalami kendala antara lain kasus yang masih dalam proses banding kepada Presiden yang sampai saat ini belum mendapat putusan, kasus yang belum dilakukan penuntutan pembebanan ganti rugi hingga batas waktu kadaluarsa terlampaui, dan kasus yang belum dapat terselesaikan karena masih menunggu eksekusi aset sitaan yang saat ini ditangani oleh Kejaksaan. Masih tercatatnya beberapa piutang negara lingkup Kementerian Keuangan yang belum terselesaikan sehingga piutang negara yang disajikan pada Laporan Keuangan dinilai belum mencerminkan kondisi piutang yang ada. Hal tersebut dikarenakan kasus-kasus tersebut diantaranya tidak memenuhi kaidah pelaporan kerugian Negara, namun telah dicatat dalam Daftar Kerugian Negara. Atas kasus-kasus tersebut Kementerian Keuangan secara resmi telah meminta rekomendasi kepada BPK terkait penyelesaian kasus-kasus kerugian negara yang mengalami kendala tersebut dapat dikeluarkan dari Daftar Kerugian Negara Kementerian Keuangan, mengingat piutang atas kasus tersebut tidak dapat dihapuskan melalui prosedur yang saat ini berlaku karena tidak dapat memenuhi ketentuan penghapusan yang dipersyaratkan. Untuk mendapatkan solusi terhadap masalah tersebut, Biro Perencanaan dan Keuangan merencanakan akan mengadakan rapat pembahasan dengan pihak-pihak terkait melibatkan anggota TPPKN, Bagian Keuangan, Bagian Kepegawaian, Unit Kepatuhan Internal, dan mengundang narasumber perwakilan BPK.

3. Rekonsiliasi Data Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan

Dalam rangka penyelesaian kerugian negara terkait dengan Piutang Tuntutan Ganti Rugi dan Tuntutan Perbendaharaan perlu dilakukan rekonsiliasi data kerugian negara antara Biro Perencanaan dan Keuangan dengan unit 6.c. Pelaksanaan Kegiatan Penyelesaian Kerugian Negara