31
Media Informasi Kerugian Negara sebagai Kuasa Pengguna Anggaran KPA.
Agar pelaksanaan pengelolaan keuangan memenuhi unsur check and balance, KPA
dapat menunjuk bawahannya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen PPK untuk melaksanakan
tugas dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran negara dan Pejabat Penanda Tangan SPM untuk menguji pengeluaran
yang dilakukan oleh PPK serta pelaksanaan pembayaran oleh Bendahara.
Terkait kasus kerugian negara dalam pengelolaan keuangan negara, pejabat
perbendaharaan yang merupakan subjek kerugian negara
adalah Bendahara. Hal ini dikarenakan fungsi Bendahara
sebagai pengelola keuangan negara dimana tanggung
jawab keuangan negara yang dikelolanya berada pada pribadi
Bendahara tersebut. Namun demikian, lingkup terjadinya
kerugian negara seringkali juga dilatarbelakangi oleh
kelalaiankesalahan pejabat perbendaharaan terkait
seperti KPA, PPK, dan PPSPM. Untuk itu perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan tugas dan fungsi pejabat perbendaharaan, apakah
berjalan sesuai aturan yang berlaku.
Terkait hal tersebut, internal Biro Perencanaan dan Keuangan akan bersinergi untuk
melaksanakan kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
a.
Memberikan wawasan pengetahuan hukum terkait pelaksanaan wewenang dan
tanggung jawab pejabat perbendaharaan negara melalui diseminasi dan sosialisasi;
b. Meningkatkan pemahaman pejabat
perbendaharaan negara atas konsekuensi pendelegasian wewenang dalam
pelaksanaan anggaran antara lain dengan diadakannya forum bendahara;
c. Membahas studi kasus penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab pejabat perbendaharaan negara; dan
d. Melakukan monitoring dan evaluasi atas kepatuhan pelaporan LPJ, pengawasan
KPA, dan pembukuan Bendahara.
4. Sosialisasi Peraturan TGR dan Bimbingan Teknis tentang Mekanisme Penyelesaian
Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan
Sesuai hasil rekonsiliasi antara data kerugian negara pada Biro Perencanaan dan Keuangan
dengan laporan keuangan masing-masing unit eselon I, diketahui bahwa pemulihan piutang
kerugian negara belum sepenuhnya berjalan secara optimal. Selain itu, diketahui bahwa
terdapat beberapa laporan kerugian negara yang disampaikan kepada Menteri Keuangan,
tidak didukung dengan dokumen yang memadai. Terdapat pula beberapa kasus kerugian
negara yang tidak mengalami perkembangan dalam penyelesaiannya macet. Disamping
itu, terdapat pula beberapa unit eselon I belum secara optimal menindaklanjuti hasil
kesepakatan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta belum
menanggapi surat terkait saran tindak lanjut penyelesaian kasus
yang telah disampaikan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan.
Mengingat kondisi tersebut di atas, diperlukan monitoring
yang berkelanjutan dan evaluasi yang menyeluruh baik di level
pusat maupun di daerah. Pelaksanaan kegiatan ini
bertujuan untuk : 1 M e n i n g k a t k a n
koordinasi antara Biro Perencanaan dan
Keuangan serta dengan unit eselon I lingkup
Kementerian Keuangan; 2 Mengetahui permasalahan dan kendala
yang dihadapi dalam penyelesaian kerugian negara;
3 Mengupayakan penyelesaian terhadap kasus-kasus yang belum terselesaikan,
dengan didasarkan pada proses mekanisme pemulihan piutang kerugian
negara sesuai ketentuan yang berlaku; dan
4 Meningkatkan kualitas penanganan kasus dan penatausahaan dokumen
kerugian negara pada satuan kerja vertikal dan Kantor Pusat unit eselon I
agar penyelesaian kasus kerugian negara tersebut memperoleh hasil yang lebih
optimal.
Selain melakukan monitoring dan evaluasi di atas, Biro Perencanaan dan Keuangan
akan dilaksanakan kegiatan bimbingan teknis penyelesaian kerugian negara, Forum Group
Discussion FGD, penyebaran lealet
TP TGR, dan sosialisasi tentang mekanisme
penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan.
32
Media Informasi Kerugian Negara
D
alam rangka pelaksanaan strategi penanganan penyelesaian kerugian negara
di Kementerian Keuangan dan untuk mengatasi kendala dan permasalahan yang terjadi
selama ini, Biro Perencanaan dan Keuangan akan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan Peraturan Pengganti KMK 508 KMK.011999
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, maka Undang- Undang Perbendaharaan Indonesia atau
Indische Comptabiliteitswet ICW dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini mengakibatkan tata
cara penyelesaian kerugian negara yang diatur dalam KMK Nomor 508KMK.011999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan
di Lingkungan Kementerian Keuangan, perlu direvisi dan disesuaikan dengan paket
Undang-Undang tersebut. Disamping itu beberapa substansi yang diatur dalam KMK
508KMK.011999 tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.
Seiring dengan proses penyusunan RPP terkait penyelesaian kerugian negara bukan
kekurangan perbendaharaan, pada tahun 2012 telah dilakukan identiikasi serta pembahasan
pokok-pokok perubahan aturan teknis mekanisme penyelesaian kerugian negara yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan KMK 508KMK.011999. Selanjutnya pada
tahun 2013 telah ditindaklanjuti dengan tersususunnya draft awal peraturan pengganti
KMK 508KMK.011999 untuk dibahas secara intensif dalam rapat koordinasi pembahasan
draft rancangan pengganti KMK Nomor 508 KMK.11999. Pada TA 2014, rapat koordinasi
tersebut direncanakan akan diadakan dengan mengundang anggota TPPKN dengan
mendatangkan narasumber dari pihak-pihak lain terkait yang memiliki kompetensi dalam
bidang kerugian negara.
Beberapa ketentuan dalam KMK Nomor 508KMK.011999 yang diusulkan untuk
diubah meliputi pelaporan kerugian negara, penetapan besarnya kerugian negara, proses
tuntutan ganti rugi, tata cara penagihan, dan penatausahaan kasus kerugian negara.
2. Penyelesaian Kasus-Kasus Lama
Terdapat kasus kerugian Negara yang dikelola Biro Perencanaan dan Keuangan
yang mengalami kendala dalam proses penyelesaiannya sehingga mengakibatkan
kerugian negara tidak dapat terselesaikan. Kasus-kasus tersebut sampai dengan
saat ini masih tercantum dalam Laporan Perkembangan Kerugian Negara di Lingkungan
Kementerian Keuangan dan Laporan Keuangan Kementerian Keuangan. Kasus-kasus yang
mengalami kendala antara lain kasus yang masih dalam proses banding kepada Presiden
yang sampai saat ini belum mendapat putusan, kasus yang belum dilakukan penuntutan
pembebanan ganti rugi hingga batas waktu kadaluarsa terlampaui, dan kasus yang belum
dapat terselesaikan karena masih menunggu eksekusi aset sitaan yang saat ini ditangani
oleh Kejaksaan.
Masih tercatatnya beberapa piutang negara lingkup Kementerian Keuangan yang belum
terselesaikan sehingga piutang negara yang disajikan pada Laporan Keuangan dinilai belum
mencerminkan kondisi piutang yang ada. Hal tersebut dikarenakan kasus-kasus tersebut
diantaranya tidak memenuhi kaidah pelaporan kerugian Negara, namun telah dicatat dalam
Daftar Kerugian Negara. Atas kasus-kasus tersebut Kementerian Keuangan secara resmi
telah meminta rekomendasi kepada BPK terkait penyelesaian kasus-kasus kerugian
negara yang mengalami kendala tersebut dapat dikeluarkan dari Daftar Kerugian Negara
Kementerian Keuangan, mengingat piutang atas kasus tersebut tidak dapat dihapuskan
melalui prosedur yang saat ini berlaku karena tidak dapat memenuhi ketentuan penghapusan
yang dipersyaratkan.
Untuk mendapatkan solusi terhadap masalah tersebut, Biro Perencanaan dan Keuangan
merencanakan akan mengadakan rapat pembahasan dengan pihak-pihak terkait
melibatkan anggota TPPKN, Bagian Keuangan, Bagian Kepegawaian, Unit Kepatuhan Internal,
dan mengundang narasumber perwakilan BPK.
3. Rekonsiliasi Data Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan
Dalam rangka penyelesaian kerugian negara terkait dengan Piutang Tuntutan Ganti Rugi
dan Tuntutan Perbendaharaan perlu dilakukan rekonsiliasi data kerugian negara antara Biro
Perencanaan dan Keuangan dengan unit
6.c. Pelaksanaan Kegiatan Penyelesaian Kerugian Negara