Dari yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pelaksanaan mata pelajaran pendidikan adaptif tidak memiliki program perencanaan
pembelajaran hal ini tidak sesuai dengan apa yang menjadi kewajiban guru dalam melengkapi administrasi kelas. Dalam pelaksanaannya guru beracuan pada pengalaman dan
membaca reverensi dari internet atau buku pendidikan jasmani untuk di sekolah umum setelah itu disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Sistematis pelaksanaan pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan sudah mengacu pada apa yang semestinya yakni dengan membariskan siswa, berdoa bersama, persepsi, motivasi, menjelaskan tujuan pembelajaran
dan melakukan pemanasan. Dari apa yang peneliti amati di lapangan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
di sekolah luar biasa dilakukan dengan menggabungkan beberapa kelas menjadi satu dengan alasan jumlah siswa pada satu kelas sedikit. Dalam pembelajaran tetap
menggunakan materi yang berbeda untuk setiap kelasnya.
7. Kendala atau Kesulitan Serta Usaha Guru Pendidikan Jasmani Adaptif dalam
Mengajar dan Berinteraksi dengan Siswa
Beragamnya kemampuan dan karakter pada anak berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus memiliki masalah dalam sensoris, gerak, belajar dan tingkah laku.
Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam merespon
rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan yang memang fisiknya terganggu sehingga tidak dapat melakukan gerakan fisik
yang terarah. Hal ini perlukanya pendekatan dan usaha guru pendidikan jasmani dalam mengajar pendidikan jasmani atau pun berinteraksi dengan siswa. Untuk mengungkap
kendala atau kesulitan serta usaha dalam pembelajaran pendidikan jasamani dan berinteraksi dengan siswa peneliti melakukan wawancara pertama terkait dengan hal ini
kepada bapak RM selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 26 Januari 2015 dalam kutipan wawancara bapak RM mengungkapkan:
”Kendala disini memang sesuai dengan kekurangan mereka, seperti anak tunarungu. Siswa kurang memahami apa yang kita bicarakan.
commit to user
Sedangkan anak tunagrahita ketika mereka lagi mood, enjoy dan dengan mudah mengajar mereka tetapi kalau lagi mereka lagi tidak
enak hati nah ini yang menjadi hambata yang kami rasakan di sini. Yang jelas kalau anak berkebutuhan khusus ini sebenarnya sama
dengan anak-anak kecil pada umumnya. Kita harus melakukan pendekatan dengan kasih sayang, dengan kasih sayang ini mereka
bisa melaksanakan instruksi dari kita. Karena kalu kita tidak melakukan mereka seperi itu siswa ini tidak akan mengikuti apa
yang kita instruksikan. Sebenarnya kendalanya tidak begitu menjadi masalah berat kalau kita melakukan pendekatan secara individu.
Kadang ada juga yang menggelitik hati ketika ada perlombaan, kalau anak tunagrahita ini kadang rasa setia kawannya besar. Nah
pernah kejadian dikejuaranaan nasional anak kita itu mengikuti lomba lari dan ketika sudah start dan lari karena lawannya
katinggalan malah dia tungguin dan maunya lari sama-sama gitu. Jadi dengan kejadian ini kita yah tidak bisa berbuat apa-apa karena
memang begitu adanya anak kita ini” Dengan kekurangan yang dimiliki siswa maka kendala yang dialami oleh guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan sesuai dengan kondisi siswa. Dalam pendekatan dengan anak berkebutuhan khusus ini dilakukan secara individu selain itu dengan kasih sayang,
karena guru di sekolah luar biasa tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai teman, orang tua, dan pengasuh. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak WA guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Sri Mujinab: ”Tentunya didalam pelaksanaannya pasti ada kendala, tetapi kendala
ini tidak berat karena sesuai dengan karakter anak disini yang memang tidak sama dengan anak pada umumnya. Kalau lagi
baiknya anak-anak terutama yang tunagrahita itu bisa kita arahkan, tetapi kalau lagi tidak baik ini masalah. Jadi di sini kita harus
pandai-pandai membujuk mereka untuk bisa menuruti instruki kita. Yang penting kita sabar karena dengan keterbatasan dan tingkah
pola siswa disini tidak sama dengan anak ada umumnya. Tetapi kalau untuk pelajaran penjas mereka selalu bersemangat apalagi
kalau udah dibawa berenang jarang yang tidak hadir. Jadi di sini guru olahraga sangat digemari karena memang selain guru yang
mendidik siswa kita juga harus menjadi teman, orang tua, pengasuh bahkan siap melayani mereka. Walaupun begitu ada rasa puas
tersendiri dekat dan berinteraksi dengan anak-
anak ini.” perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak AR guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Cendana Rumbai pada tanggal 28 Januari 2015:
“Mengajar siswa dengan berbagai macam karakter ini tidak begitu sulit, intinya kita sabar dan tulus dengan mereka. Karena anak
berkubutuhan khusus ini sangat peka terhadap karakter seseorang mungkin ini kelebihan mereka apa lagi dengan anak downsyndrome
mereka tahu orang-orang yang tulus kepada mereka atau hanya memanfaatkan keadaan. Selain kita melakukan pendekatan secara
individu kita juga harus menyesuaikan diri karena tidak hanya sebagai guru, kita disini juga sebagai orang tua dan pengasuh kalau
di SLB. Dalam pembelajaran penjas sendiri mereka bersemangat ya, apalagi fikri kata ibunya kalau bisa setiap hari dia maunya pake
baju olahraga terus. Jadi kalau untuk mengajar itu tidak ada kesulitan yang berarti melainkan intinya kita harus sabar, tulus dan
melakukan pendekatan individu dan tanpa batas sama mereka terkadang anak-anak ini maunya dimanja seperti diusap-usap
kepalanya atau pun tiba-tiba memeluk, ini sebagai wujud kalau
mereka nyaman dan sayang dengan kita.” Pendekatan yang dilakukan untuk berinteraksi dengan siswa dilakukan dengan cara
individu selain itu dalam proses pembelajaran guru harus memiliki kesabaran karena karakter anak yang berbeda satu dan yang lainya. Pada sasarnya pendekatan yang dilakukan
dalam berinteraksi dengan siswa bekebutuhan khusus memiliki trik yang sama yakni pendekatan secara individu, sabar, tulus dan ikhlas karena kondisi anak dengan berbagai
karakter. Hal ini sesuai dengan kuripan wawacara dengan bapak TP guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Pelita Hati yang peneliti temui
dikediamannya pada tanggal 02 Februari 2015: “Tentunya dalam pelaksanaan pendidikan jasamani ini ada kendala,
tetapi kendala yang kita hadapi ini tidak begitu menjadi masalah. Karena anak-anak memiliki kelainan jadi itu wajar saja. Kalau
untuk olahraga mereka semua bersemangat, yang selalu bermasalah itu anak tunarungu karena mereka selalu banyak alasan untuk tidak
melakukan kegiatan olahrag yang pura-pura sakit perut atau kakinya sakit begitu jadi mereka ada aja alasan. Nah seperti
kejadian tadi kita lagi belajar atletik jadi ada anak tunarungu yang melumuri kakinya dengan canterpain supaya tidak disuruh hari
dengan alasan kakinya sakit, jadi tadi itu saya dekati dan saya lihat kakinya dan saya pegang eh ternyata bau canterpaint itu kan jelas
yah kakinya jadi kepanasan gara-gara crem otot. Jadi selalu bikin perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
alasan kalau anak tunarungu. Berbeda dengan tunanetra dan tunagrahita mereka bersemangat dalam pelajaran penjas. Ya begitu
kendala yang saya hadapi sebenarnya ini bukan kendala melainkan keunikan dari siswa. Untuk solusinya kita melakukan pendekatan
secara individu, membicarakan dengan mereka kalau tidak baik bermalas-malasan dalam berolahraga. Yang intinya dalam
menghadapi siswa di SLB kita harus sabar, tulus dan ikhlas agar apa yang kita berikan kepada anak menjadi bermanfaat untuk
mereka karena mereka memang harus di bimbing dengan baik.” Hai ini sesuai dengan peneliti amati pada saat jam olahraga di sekolah luar biasa Pelitah
Hati yang salah satu anak dengan kelainan tunarungu melumuri kakinya dengan krem otot dan mengeluh bahwa kakinya sakit. Kemudian bapak TP mendekati siswa tersebut dan
menegur siswa bahwa kelakuannya itu tidak baik tetapi bapak TP melakukan dengan hati- hati sehingga siswa tidak merasa dimarahi.
Kendala dan kesulitan yang dialami oleh guru dalam pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa tidak terlepas dari kondisi siswa biasanya ini terjadi pada anak tunarungu
yang secara pikirin tidak ada masalah. Hal ini juga dinyatakan oleh bapak BF guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa AL-Faqih pada tanggal 03
Februari 2014: “Kendala dan kesulitan pada awalnya karena saya bukan dari PLB
dan mengajar penjas ya sedikit banyaknya saya mengalami kesulitan. Pada awalnya itu saya mengalami kesulitan memahami
kondisi anak setelah itu metode seperti apa yang harus saya gunakan untuk olahraga ini. Tetapi makin kesini saya mengerti dan
menikmati mengajar anak-anak di olahraga. Sebenarnya kendala justru pada kelainan anak sendiri ya, misalnya begini anak
tunagrahita kalau lagi tidak mau ya dia tidak mau kalau kita tidak bisa mengajak dan membujuknya dengan baik itu akan menjadi
sulit mengajak mereka tapi pas lagi maunya anak-anak ini belum mulai jam pelajaran sudah ngumpul malah saya yang ditarik-tarik
kelapangan, selanjutnya untuk tunarungu ini mereka secara akal pikiran kan tidak ada masalah jadi selalu cari-cari alasan untuk
tidak olahraga kadang alasan sesak nafas, sakit perut, kaki sakit, tapi setelah di iyakan yang dia mau malah main sama teman-
temannya dan tidak terlihat sakit, sedangkan kalau untuk tunanetra dan tunadaksa mereka tidak ada masalah dan malah bersemangat.
Begitulah kondisi anak-anak disini, intinya kita harus sabar, ikhlas dan bisa memperlakukan mereka seperti anak sendiri dengan begitu
commit to user
antara kita dengan anak itu tidak ada batasan dan lebih mudah memahami mereka.”
Hal senada disampaikan oleh bapak DC guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 04 Februari 2015 dalam kutipan wawancaranya:
“Yang paling besar itu ssaat pertama kali saya mengajar anak, nah mulai saya bukan seorang yang tamatan PLB dan harus mengajar
olahraga juga di awal saya banyak menemui kendala-kendala ya seperti kurang memahami kondisi anak, jadi saya memang berjuang
keras untuk memahami pembelajaran ini. Selain itu bukan materi yang harus kita pahami dulu tapi kondisi anak nah disini saya
merasa berat pada awalnya apalagi tunagrahita berat ditambah agak sedikit autis jadi saya bingung cara mendekatinya. Tetapi seiring
berjalanannya waktu dan bimbingan dari guru-guru yang lain saya sudah bisa meminimalisir kendala-kendala tersebut. Dengn kendala
dan kesulitan-kesulitan yang saya dialami saya terus belajar memahami kondisi mereka, dan saya masuk ke dunia mereka dan
saya mencoba mengarti apa keinginan mereka setelah itu saya sesuaikan dengan materi pembelajaran olahraga yang bersifat
olahraga gembira dan Alhamdulillah sekarang mereka itu bisa
tercapai ya walaupun masih 70.” Dari hasil wawancara terkait dengan kendala atau kesulitan serta usaha guru
pendidikan jasmani adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti. Kendala yang dihadapi guru terkait dengan kelainan pada siswa
misalnya anak tunagrahita yang memiliki pemikiran sesuai yang dia pikiran pada saat itu berbeda dengan siswa dengan kelainan tunarungu yang kebanyakan dari mereka suka
membuat alasan untuk tidak melakukan olahraga. Dengan keterbatasan siswa guru menganggap tingkah pola mereka merupakan keunikan dan tidak membuat ini menjadi
kendala atau masalah. Pendekatan yang dilakukan pada siswa di sekolah luar biasa dilakukan dengan cara
pendekatan individu walaupun pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan bersifat kelompok. Kelainan yang dimiliki siswa membuat tidak bisa diperlakukan sama
antara anak satu dan lainnya. Selain itu guru di sekolah luar biasa tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga menjadi orang tua, teman, pengasuh yang dapat membimbing siswa
dengan kasih sayang, sabar, tulus dan ikhlas. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
C. Pembahasan