Anak Berkebutuhan Khusus ABK

Menengah Atas SMA untuk umum. Dedy dan Yani 2013:57 mengungkapkan satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang menengah adalah Sekolah Menengah atas Luar Biasa SMALB, Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa SMKLB atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat. Tidak berbeda dengan SMPLB, pengelompokan SMALB menurut jenis kelainan yang dikemukakan Dedy dan Yani 2013:59 yakni: a SMALB-A untuk peserta didik tunanetra, b SMALB-B peserta didik untuk peserta didik tungrungu, c SMALB-C untuk peserta didik tunagrahita, d SMALB-D untuk peserta didik tunadaksa, e SMALB-E untuk peserta didik tunalaras, dan f SMALB-G untuk peserta didik tunaganda. Selain itu jumlah dan alokasi waktu jam belajar pada tingkat SMALB-A, B, C, D, E, G kelas X, XI, XII. menurut Dedy dan Yani 2013:73 adalah 36 jamminggu, sama dengan jem pelajaran di SMA umum. Program khusus pada jenjang SMALB bersifat fakultatif dan tidak termasuk beban belajar. Muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMALB A, B, C, D, E terdiri dari 40-50 aspek akademik dan 50-60 aspek keterampilan. Dari jenjang pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB A, B, C, D, E mengacu pada SKL, KI, KL sekolah umum yang disesuai kan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus yang dimiliki peserta didik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa SMALB merupakan Sekolah menengah atas yang diperuntukan untuk anak berkebutuhan khusus ata berkelainan. Dalam penerapannya sama dengan sekolah menengah atas lainnya, baik dari segi pelajaran maupun alokasi waktu. SMALB dikelompokan sesuai dengan jenis kelainan, SMALB-A tunanetra, SMALB-B tunarungu, SMALB-C tunagrahita, SMALB-D tunadaksa, SMALB-E tunalaras, dan SMALB-G tunaganda. Walau pun anak berkebutuhan khusus memiliki kelainan yang sedemikian rupa mereka juga memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya.

b. Anak Berkebutuhan Khusus ABK

Setiap manusia terlahir menjadi spesial, unik dan dikaruniai kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Semua manusia juga berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas. Begitu juga anak-anak berkelainan perpustakaan.uns.ac.id commit to user sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial, maupun gabungan ketiga aspek tersebut atau dikenal juga sebagai anak berkebutuhan khusus ABK. Istilah yang paling tepat tergantung dari bagaimana cara memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah impairment yang berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan, disability berhubungan dengan kekurangankesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu, sedangkan handicap berhubungan dengan kelainan atau ketidak mampuan yang dimiliki seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Deddy Kustawan 2013:77 Anak bekebutuhan khusus ABK atau dikenal juga dengan cilldren with special needs adalah mereka yang karena suatu hal khusus baik yang berkebutuhan khusus permanen adaupun yang berkebutuhan khusus temporer membutuhkan pendidikan khusus, agar potensinya dapat berkembang secara optimal. Anak berkebutuhan khusus permanen yaitu mereka yang mengalami hambatan hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari malam dirinya contohnya anak yang memiliki hambatan atau gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan gerak, dsb sedangkan anak berkebutuhan khusus temporer adalah anak mereka yang mengalami hambatan hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari luar tubuhnya contohnya tunadaksa, anak dari masyarakat yang terasing dan sebagainya. Zainal Alimin dalam Dedy kustawan dan Yeni 2013:28 mengartikan bahwa anak berkebutuhan khusus sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Selanjutnya Yeni dan Caryoto 2013:7-8 menyatakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus ada 2 hal perbedaan yaitu: 1 perbedaan individual yakni membandingkan keadaan individu dengan orang lain dalam berbagai hal diantaranya perbedaan keadaan mental kapasitas kemampuan intelektual, kemampuan panca indra sensory, kemampuan gerak, kemampuan komunikasi perilaku sosial, dan keadaan fisik. 2 Perbedaan intraindividual adalah suatu perbandingan antara potensi yang ada dalam diri individu itu sendiri, perbedaan itu dapat muncul dari berbagai aspek meliputi intelektual, fisik, psikologis, dan sosial. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Kirk, 1970; Heward Orlansky, 1988 dalam Mohammad Efendi 2006:2 anak berkelainan, berkebutuhan khusus atau anak yang berbeda dari rata pada umumnya dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosialisasi dan bergerak. Dari uraian yang diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dengan keterbatasan baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut sehingga membutuhkan layanan pendidikan yang spesifik yang berbeda dengan anak pada umumnya, karena anak berkebutuhan khusus ini memiliki keterbatasan sedemikian rupa meliputi kelainan fisik seperti kelainan indra penglihatan tunanetra, kelainan indra pendengaran tunarungu, kelainan fungsi anggota tubuh tunadaksa dan anak yang memiliki kelainan dalam aspek mental meliputi anak yang memiliki kemampuan mental lebih yang dikenal sebagai anak berbakat, dan anak yang memiliki kemampuan sangat rendah dikenal sebagai anak tunagrahita, sedangkan anak yang berkelainan dalam aspek sosial adalah anak yang memiliki kesulitan dalam penyesuaian perilaku terhadap lingkungan sekitar anak dalam keterbatasan ini dikenal dengan sebutan tunalaras. Erianti 2009:7 menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku behavioral atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian rupa sehingga didalam mengembangkan kemampuannya capacity secara maksimum membutuhkan pendidikan luar biasa atau layanan yang berhubungan dengan pendidikan luar biasa. Anak atau peserta didik yang memiliki kelainan menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan adaptif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa dan peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan terdiri dari peserta didik yang memiliki kelainan dan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa, dalam hal ini termasuk peserta yang berkebutuhan khusus permanen. Jika dicermati kelainan yang dialami oleh seseorang maka setiap kelainan yang ada pada hakikatnya memiliki derajat tertentu. Effendi 2006:3-4 mengemukakan gradasi kelainan atau berkebutuhan khusus dimulai dari tingkat yang paling berat hingga tingkat perpustakaan.uns.ac.id commit to user yang paling ringan dan pada ambang batas tertentu jarak anak yang berkelainan dan tidak berkelainan tampak perbedaan yang mencolok. Kirk, 1970 dalam Efendi 2006:4 menjelaskan tentang anak berkelainan yang dimasu kan dalam kategori perlu layanan khusus, yaitu “…who deviates from the average or normal child in mental, physical, or social characteristics to such an extent that he requires a modification of school practices, or special educational services in order to develop to his maximum capacity”. “ anak-anak yang menyimpang dari anak rata-rata atau normal secara mental, fisik, atau karakter sosial, salah satunya untuk meringankan kebutuhan mereka akan modifikasi kegiatan sekolah, atau pelayanan pendidikan khusus yang bertujuan untuk mengembang kan kapasitas maksimal mereka.” Jadi implikasi pada pernyataan tersebut bahwa pelayanan pendidikan khusus student with special needs hanya diberikan kepada anak-anak yang memiliki hambatan untuk meniti tugas perkembangannya, disebabkan oleh kelainan dalam aspek fisik, mental dan sosial. Dengan pemberian pelayanan pendidikan khusus yang relevan dan sesuai dengan kebutuhannya, potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dapat dikembangkan secara optimal. Menurut Efendi 2006:4 Klasifikasi anak berkebutuhan khusus dikelompokan ke dalam kelainan fisik, kelainan mental dan kelainan karakteristik sosial. Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat dari kelainan tersebut timbul suatu keadaan dimana tidak dapat melakukan pekerjaan atau tugas secara normal. Contoh dari kelainan fisik ini seperti; a alat fisik indra, misalnya kelainan pada indra pengliharan tunanetra, kelainan pada pendengaran dan fungsi organ bicara tunarungu, b alat gerak tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang poliomyelitis, kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi gerak cerebal palsy, kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna, misalnya lahir tanpa tangankaki, amputasi tunadaksa. Anak berkebutuhan khusus dalam aspek mental adalah anak yang memiliki penyimpangan kemampuan berfikir secara kritis, logis dalam menghadapi lingkungan sekitar. Kelainan dalam aspek ini terbagi dua yaitu kelainan mental dalam arti lebih supernormal yang dikelompokan menjadi; a anak mampu belajar dengan cepat rapid commit to user learner, b anak berbakat gifted, dan anak genius extremely gifted. Anak dalam kategori ini anak tidak harus disekolah luar biasa. Anak yang berkelainan mental dalam arti kekurangan disebut tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan sedemikian rendahnya dibawah normal sehingga untuk meniti perkembangannya memerlukan bantuan dan layanan secara khusus, termasuk didalam kebutuhan pendidikannya. Kelainan perilaku sosial adalah anak yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain. Efendi 2006:11 menjelaskan Pengklasifikasikan anak berkelainan atau anak berkebutuhan khusus sebagai mana yang telah di jelaskan, dalam pendidikan khusus atau layanan khusus khususnya di Indonesia maka bentuk kelainan di sekolah luar biasa SLB dapat disederhanakan sesuai dengan kekhususannya masing-masing yaitu: 1 Bagian A untuk kelas tunanetra, 2 bagian B untuk kelas tunarungu, 3 bagian C untuk kelas tunagrahita, 4 bagian D untuk kelas tunadaksa, 5 bagian E untuk tunalaras, dan 6 bagian G untuk kelas tunaganda cacat ganda. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan yang sedemikian baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut. Untuk pengembangan potensi dirinya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan khusus atau layanan khusus di sekolah luar biasa. Yang mengikuti pendidikan khusus di sekolah luar biasa antara lain adalah anak berkebutuhan khusus tunanerta, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunaganda. Kerana karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus