Tabel 2. Sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Permendikbud No. 54 tahun 2013:
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan factual, konseptual, procedural dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari disekolah secara mandiri.
Sumber: Kemendikbud: 2014:102
e. Kurikulum Fleksibel
Setiap satuan dalam pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didiknya harus berpegang pada kurikulum yang terbaru dan berlaku. Dengan demikian
didalam pendidikan khusus hendaknya kurikulum yang berlaku disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing jenis kelompok peserta didik yang berkebutuhan
khusus.
Kurikulum yang dikembangkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus berbeda dengan struktur kurikulum umum. Peserta didik berkelainan dapat dikelompokan
menjadi dua kategori yaitu peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan peserta didik memiliki kemampuan intelektual dibawah
rata-rata.
Martinis Yamin 2008:82 menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan khusus terdir dari 8 sampai 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan
pengembangan diri. Muatan local merupaka kegiartan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri khas daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan dengan materi pelajaran yang ada. Program khusus memiliki kegiatan yang bervariasai sesuai dengan ketunaannya, yaitu program orientasi dan mobilitas
untuk anak tunanetra, bina komunikasi dan persepsi bunyi untuk tunarungu, bina diri perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, serta bina pribadi dan sosial untuk tunalaras. Untuk pengembangan bina diri bukan merupakan mata pelajaran
yang harus diasuh oleh guru. Perkembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat dan niat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi di sekolah.
Selanjutnya Martinis Yamin 2008:83 menjelaskan pula bahwa peserta didik tanpa disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata tentu masih memungkinkan untuk
mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta didik berkelainan yang disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata, diperlukan
perancangan komponen kurikulum yang sangat spesifik dan bersifat tematik untuk mendorong kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan berkebutuhan khusus semua perangkat pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan
karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki kompetensi untuk bekal hidup life skil. Semua komponen pembelajaran diatur dalam kurikulum fleksibel.
Bentuk penyesuaian kurikulum bagi anak-anak berkebutuhan khusus dapat dituangkan kedalam program pendidikan individual atau program pengajaran individual.
Eriyanti 2009:2 berpendapat bahwa program pengajaran individual atau program pendidikan individual merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang
berkebutuhan khusus, baik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa maupun yang memiliki kelainan khusus. Dalam merancang dan menyusun program pendidikan atau
pengejaran individual guru dan pihak terkait harus memahami dan memperhatikan Beberapa hal seperti yang di kemukakam oleh Depdiknas 2003 yaitu: 1
pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, 2 karakteristik kebutuhan khusus peserta didik yang
berkebutuhan khusus, dan 3 tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus. Dari kutipan diatas kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran anak
berkebutuhan khusus harus fleksibel, yakni pembelajaran dapat dimodifikasi sesuai dengan keterbatasan masing-masing peserta didik. Selain itu penyesuaian kurikulum dapat
dituangkan kedalam program pendidikan individu atau pembelajaran individu, untuk itu perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perlunya memahami pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik kebutuhan khusus peserta
didik yang berkebutuhan khusus, dan tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Pada dasarnya kurikulum anak berkebutuhan khusus sama dengan anak yang normal di sekolah biasa, yang saat ini berlaku kurikulum 2013 hanya saja dalam pendidikan
luar biasa pembelajaran dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus. Muhammad Nuh dalam sambutan pelatihan implementasi kurikulum 2013
menyampaikan bahwa “Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan
proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi
amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di
masa depan”. Dan beliau menambahkan “Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari
kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua
mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip
ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.
Kurikulum yang bersifat fleksibel mengakomodasi peserta didik dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum 2013 akan lebih peka mempertimbangkan
keragaman peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Sekolah luar biasa SLB yang menyelenggarakan pendidikan khusus
adaptif harus mampu mengembangkan kurikulum kurikulum 13 sesuai dengan tingkat, perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki komperensi untuk bekal hidup life skill.
Dedy Kustawan 2013:96 mengemukakan ada 5 lima model pengembangan dalam upaya menyusun kurikulum fleksibel, yaitu: 1 model eskalasi ditingkatkan, 2
model duplikasi meniru atau menggandakan, 3 model duplikasi merubah untuk disesuaikan, 4 model subtitusi mengganti, 5 model omisi menghilangkan, dan prinsip
pengembangan kurikulum fleksibel harus dijadikan acuan oleh para guru untuk peserta didik berkebutuhan khusus PDBK adalah; 1 kurikulum umum yang diberlakukan untuk
peserta didik pada umumnya perlu diubah atau dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi PDBK, 2 menyesuaikan kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada
komponen tujuan, materi, proses, danatau penilaian, 3 penyusunan kurikulum tidak harus sama ada masing-masing komponen, 4 proses penyesuaian tidak harus sama untuk semua
materi, 5 proses modifikasi juga tidak harus sama untuk semua mata pelajaran, dan 6 proses modifikasi juga tidak sama pada masing-masing jenis kelainan PDBK.
Dengan adanya perbedaan karakteristik dari setiap peserta didik berkebutuhan khusus tentunya hal ini akan memerlukan kemampuan khusus guru terutama oleh guru
pendidikan jasmani yang harus memodifikasi pembelajaran sedemikian rupa sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik agar terlaksananya target yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku pada saat itu.
2. Pendidikan Jasmani Adaptif