Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri dari atas mata pelajaran tetapi juga meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pencapaian hasil belajar dalam Pendidikan Luar Biasa PLB kurikulum yang berlaku mengalami penyesuaian untuk setiap kebutuhan anak. Dalam menyesuaian ini harus memiliki manajemen yang berfungsi sebagai pelaksanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan pengawasan yang dalam hal ini adalah prosedur agar tercipta kurikulum yang dapat menjadikan hasil belajar secara maksimal. Penetiti menjumpai bapak MH wakil kepala sekolah Pembina dan meminta waktu untuk melaksanakan wawancara untuk mengungkap perencanaan dari implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif unruk SMP dan SMA di sekolah ini dan menanyakan bagaimana perencanaan dalam penyesuaian kurikulum 2013 ke kurikulum anak berkebutuhan khusus atau kurikulum fleksibel? Dan bagaimana dengan pendidikan jasmani adaptif, seperti apa perencanaan penyesuaian kurikulum tersebut? ”Kalau untuk perencanaan kurikulum ini kita sudah ada patokan terkait hal itu, yang pertama kita memang memiliki pedoman dari Puskur Pusat Kurikulum pedoman untuk penyesuaian kurikulum di SLB, selanjutnya kita persiapkan administrasi kelas dan setelah itu kita sesuaikan dengan kemampuan anak didik kita. Jadi kita menyusun kurikulum ini intinya sesuai dengan kondisi anak, keadaan anak, karakter anak. Karena anak kita disini memiliki keanekaragaman karakter jadi disesuaikan saja dan yang terpenting tujuan pendidikan. Berhubung sekarang kita menggunakan kurikulum 2013 untuk sebagian mata pelajaran jadi disini memang harus kerja keras untuk merombaknya karena memang tidak ada acuan untuk PLB tidak seperti yang 2006 memang sudah ada khusus KTSP yang untuk PLB. Kalau untuk penjas sendiri kita tidak memiliki kurikulum, karena memang kita tidak memiliki guru yang membidangi mata pelajaran tersebut. Jadi guru yang mengajar penjas disini adalah guru yang merangkap menjadi guru kelas. Jadi kita tidak melakukan perencanaan penyesuaian kurikulum untuk mata pelajaran penjas. Karena kita memberikan kepercayaan kepada guru yang mengajar olahraga untuk mengatur semua kegiatan pembelajaran olahraga ini.” perpustakaan.uns.ac.id commit to user Dari kutipan ini menjelaskan tidak adanya perencanaan penyesuaian kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru. Hal ini juga diperjelas oleh guru yang mengajar penjas di sekolah ini yakni bapak RM pada tanggal 06 Januari 2015 pukul 08.12 WIB: ”Kalau untuk olahraga kita tidak memakai kurikulum, karena memang guru untuk olahraganya tidak ada, hanya saya dan satu rekan lagi yang membimbing anak-anak karena memang saya senang diolahraga. Dengan hobi tadilah kami bersedia untuk membimbing anak-anak. Untuk ini kami tidak menggunakan kurikulum seperti pelajaran lain.” Tidak adanya guru yang berlatar belakang pendidikan olahraga menjadi alasan tidak adanya kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif disekolah ini. Pembelajaran penjas hanya berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh guru yang mengemban tugas sebagai guru penjas. Di tempat lain pada tanggal 02 Desember 2014 hal yang serupa diungkapkan oleh kepala sekolah Sri Mujinab Pekanbaru ibu JM yang ditemui diruangannya: “Kalau untuk perencanaan penyesuaiannya, pemerintah atau pusat kurikulum menerbitkan pedoman penyesuaian kurikulum SLB nah setelah itu dengan kurikulum yang berlaku kita sesuaikan dengan keadaan anak kita. Jadi perencanaan ini harus kita kembangkan untuk mendapat hasil yang maksimal. Untuk pendidikan jasmani sendiri di sekolah ini karena guru pendidikan jasmaninya sekarang merangkap sebagai guru kelas karena kita kekurangan guru jadi untuk perencanaan kita serahkan ke beliau saja, sementara itu memang ada sebenarnya kurikulum yang mengatur pendidikan jasmasi atau olahraga ini tetapi karena keterbatasan kita jadi kita serahkan dengan bapak Wahyu Adi saja karena memang tugas beliau. Jadi kita ikut apa kata beliau saja yang penting kita melaksanakan pembelajaran itu.” Selanjutnya bapak WA pengungkapkan pada tanggal 07 Januari 2015 yang dijumpai di ruangannya: “Untuk Kurikulum saat ini yang berlaku adalah kurikulum 2013, tetapi tidak semua pelajaran dan sebenarnya pendidikan jasmani ini ya seharusnya menggunakan kurikulum 2013 juga tetapi dengan keterbatasan saya sebagai guru olahraga yang merangkap juga guru perpustakaan.uns.ac.id commit to user kelas jadi pihak sekolah memberi kelonggaran karena saya mengajar dari SD sampai SMA dengan kelainan anak yang berbeda-beda. Untuk itu saya merancang sendiri pembelajran itu. Saya tidak menggunakan kurikulum untuk merencanakan ini, saya beracuan kepada buku-buku dimana sewaktu kuliah kita memang memiliki mata kuliah penjas adaptif, nah dari situlah saya berangkat untuk mengajar disini, selain itu saya juga share dengan dosen saya untuk mengajar penjas adaptif ini. Sebenarnya dalam tujuan pendidikan bukan begini prosesnya, tetapi selama masih saya saja yang menjadi guru olahraga dan merangkap menjadi guru kelas maka akan seperti ini yang kita hadapi, selain itu kita mengharapkan dari yayasan atau dinas dapat memperhatikan hal ini agar tercapainya tujuan dari pendidikan.” Dari kutipan ini menunjukan bahwa perencanaan kurikulum pendidikan penjas adaptif tidak terlaksana di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, walaupun memiliki guru olahraga yang memiliki latar belakang pendidikan olahraga, ini dikarenakan merangkap sebagai guru kelas dan mengajar pendidikan jasmani adaptif untuk semua kelas di sekolah tersebut. Hal yang berbeda disampaikan oleh kepala sekolah SLB Cendana rumbai yakni bapak MT yang ditemui di ruangannya pada awal kedatangan peneliti mengantarkan surat penelitiian pada tanggal 03 Desember 2013: “Kalau untuk perencanaan kurikulum itu sendiri di sekolah kami yang jelas kami menyiapkan buku satunya, kemudian nanti mempersiapkan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan RPP, program semester, program tahunan dan rencana minggu efektif, kemudian pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring, kami evaluasi, kami mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau mid semester begitu ju untuk penjaskes semua sama harus ada administrasi kelasnya dan nanti dikumpul ke yayasan dan ini wajib. Hanya untuk sekarang kita belum menggunakan kurikulum 2013 kita masih menggunakan KTSP karena Kurikulum 2013 modelnya mengamati, mencari sendiri. Inisiatif untuk anak tunagrahita agak kurang, itu terus terang yang membuat saya agak gamang. Untuk anak tunarungu dan tunanetra tidak ada masalah. Hanya kebetulan kami tunarungu dan tunanetra tidak ada yang di kelas I, IV dan VII, di kelas VII dan X anak tunagrahita. Insyaallah kita akan serentak penggunaannya pada tahun ajaran baru 2015.” perpustakaan.uns.ac.id commit to user Hal senada juga diungkapkan oleg guru penjasorkes SLB Cendana Rumbai yang peneliti temui pada tanggal 09 Januari 2015: “Kalau untuk perencanaan kurikulum penjaskes itu sendiri di sekolah kita mempersiapkan buku satunya yakni pedoman penyesuaian kurikulum PLB, kemudian nanti mempersiapkan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan RPP, program semester, program tahunan dan rencana minggu efektif, kemudian pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring, kami evaluasi, kami mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau mid semester setelah itu kita sesuaikan dengan kebutuhan anak. Kalau di Cendana sendiri belum menggunakan kurikulum 2013 karena kelas yang mendapat acuan kurikulum 2013 itu isinya anak tunagrahita, jadi untuk saat ini dalam KKG penyesuaian kurikulum memang tunagrahita itu belum bisa kita terapkan kurikulum 2013 mungkin setelah terjadi perombakan atau penyusunan total kita bisamengaplikasikannya untuk tunagrahita.” Dari kutipan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan guru penjasorkes di Sekolah Luar Biasa Cendana Pekanbaru bahwa SLB ini masih menggunaka kurikulum 2006 yakni KTSP dikarenakan pada kelas yang ditentukan untuk pelaksanaan kurikulum 2013 diisi oleh anak yang berkelainan tunagrahita. Sementara kebijakan yang disepakati oleh dinas dan kelompok kerja guru kurikulum 2013 belum bisa menggunakan kurikulum 2013. Selanjutnya pada tanggal 06 Desember 2014 kepala Sekolah Luar Biasa Pelita Hati bapak KA menyampaikan bahwa: “Kalau untuk kurikulum sekarang kita memang lagi beradaptasi dari KTSP ke kurikulum 2013, tepi memang belum merata karena masih banyak kendala sana-sini dan kemudian ini juga belum semua mata pelajaran. Dalam penyesuaiannya kita berpatokan kepada karakter, kelainan dan kemampuan anak. Setelah itu baru kita bisa bikin perencanaannya. Sebenarnya kurikulum 2013 ini agak rumit yah kalu diterapkan di sekolah luar biasa apalagi SMP dan SMA yang memang permata pelajaran sementara untuk SD baru cocok memang dari dahulu kita menggunakan tematik. Sedangkan untuk penjas sendiri bapak teguh sudah mengadopsi kurikulum 2013 kebetulan beliau selain guru SMA C beliau juga mengajar penjasorkes untuk semua kelas dan baru-baru ini mengikuti sosialisasi untuk penjas, tetapi kita belum menerima RPP dan administrasi kelas lainnya yang beliau buat karena memang saya tidak mewajibkan itu untuk penjas dengan alasan beliau sangat perpustakaan.uns.ac.id commit to user sibuk memegang guru kelas dan penjas. Sebenarnya saya ingin sekali kita mempunyai guru penjas ini memang dari orang olahraga karena banyak prestasi anak untuk olahraga dan bisa ditangani secara benar oleh orang yang lebih ngerti, tetapi dengan keterbatasan kita ya apa boleh buat, ini saja sangat bersyukur bapak teguh bisa mengajar kalau tidak yah kita benar-benar mengajar penjas dengan apa adanya.” Selanjutnya di rumah kediaman bapak TP menyatakan hal yang senada pada tanggal 08 Januari 2015: “Kalau untuk perencanaan kurikulum KTSP berpindah ke kurikulum 2013 untuk penjaskes itu tidak terlalu rumit dalam pelaksanaannya karena hampir sama jasa perlakukannya yang rumit malah untuk administrasi kelas karena saya selain mengajar penjas untuk semua kelas dan mengajar untuk SMA kelas C selain itu pencapaian yang ditargetkan oleh kurikulum itu sendiri karena kurikulum 2013 ini tidak ada yang khusus untuk PLB semua disamakan dengan yang umum. Jadi untuk merancang atau merencanakan kita harus sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak kita. Kalau saya sudah mulai mengajar dengan acuan kurikulum 2013 tapi belum secara maksimal karena memang ini masih baru dan harus terjadi menyesuaian secara total, tetapi saja tidak membuat perangkat kelas seperti RPP, silabut dan program lainnya secara tertulis karena kepala sekolah memberi pengetian selain saya mengajar olahraga ini untuk semua kelas saya juga mengajar dikelas SMAC. Ini karena kita tidak memiliki guru penjas khusus, mungkin setelah permintaan kita dipenuhui oleh dinas atau yayasan kita bisa memenuhi kubutuhan siswa dalam mata pelajaran penjas yang benar- benar terstruktur dari kurikulum sampai ke evaluasi akhir.” Dalam pelaksanaan mata pelajaran penjasorkes di SLB Pelita Hati sudah menggunakan kurikulum 2013, tetapi dalam hal ini perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan sendiri oleh guru penjasorkes dengan beracuan pada kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 untuk olahraga tidak bisa dilakukan maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang Pendidikan Jasmni Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk mengajar pendidikan jasmani adaptif, seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah luar biasa Melati tumbai pada tanggal 09 Januari 2014: perpustakaan.uns.ac.id commit to user “Untuk perencanaan penyesuaian kurikulum ini memang sekarang kita sedang sibuk melakukan KKG membahas tentang penyesuaian kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel yang akan kita gunakan di SLB. Biasanya kita merencanakan program apa yang harus kita buat, menyususun perangkat pembelajaran seperti RPP dan lain-lain pada setiap mata pelajaran dan kita sesuaikan dengan beberapa karakter secara umum dan nanti di sekolah baru kita sesuaikan dengan dengan karakter anak-anak kita yang ada disekolah. Kalau untuk penjas ini biasanya guru menyusun dan menyesuaikan sendiri, kebetulankita memang tidak ada guru khusus untuk penjas karena guru penjas kita merangkap dengan guru kelas. Jadi beliau menyusun sendiri di sesuaikan dengan kemampuan anak dan ini saya tidak tahu beliau mengambil acuan dari mana, yang penting kalau saya liat beliau telaten mengajar anak dilapangan. Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 atau kurikulum apa saja yang nentinya akan berlaku untuk olahraga tidak bisa dilakukan maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang Pendidikan Jasmni Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk mengajar pendidikan jasmani adaptif. Saya berharap semua SLB baik itu di Pekanbaru atau pempat lain pemerintah memperhatikan juga kesediaan guru olahraganya terutama untuk yang status sebagai sekolah swasta. Ini karena banyaknya siswa yang dapat mengembangkan prestasi diolahraga apalagi kalau memanga adanya guru olahraga.” Dengan tidak adanya guru khusus yang mengajar penjas adaptif di sekolah membuat pelaksanaan mata pelajaran di SLB menjadi seperti formalitas. Hal yang hampir serupa diungkapkan oleh bapak DC selaku guru penjaorkes di SLB Melati Rumbai pada tanggal 10 Januari 2015 yang ditemui di ruangan tata usaha: “Sebagai seorang guru saya berusaha memahami kurikulum yang ada termasuk kurikulum KTSP maupun Kurikulum 2013 walau pun memang belum kami pakai, ya semaksimal mungkin sesuai dengan patokan dan perencanaan yang ada di dalam tahapan pembelajaran kurikulum yang sudah kita susun. Sementara untuk penjas saya merancang sendiri dan saya sesuaikan dengan kemampuan siswa. Selain itu memang kita tidak memiliki guru khusus ya, jadi saya susun sesuai dengan kemampuan saya saja dan untungnya kepala sekolah tidak ada memberi paksaan terkalit dengan pembelajaran yang saya berikan, jadi saya lega dengan keadaan ini karena saya mengajar untuk semua kelas. Selain itu saya merasa di SLB ini pendidikan olahraga itu pelaksanaannya seperti formalitas saja. Mengapa saya berkata ini karena kita memang kurang diperhatikan commit to user tetapi pertasi siswa dalam olahraga itu banyak sekali, tetapi dalam pendidikannya kurang diperhatikan, kalau ada yang mengajar ya syukur kalau tidak bagaimana. Saya berharap walaupun anak kita disini memiliki kekurangan sedemikian rupa setidaknya walaupun mereka lemah diakademik seperti tunagrahita setidaknya mereka biasa mengembangkan prestasi olahraganya dan memang harus ada guru khusus untuk ini. kalau saya ya begini aja adanya, pelatihan pun tidak ada untuk penjas adaptif ini walaupun ada itu sebelum saya mengajar disini.” Adapun implementasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan perlu dilakukan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan acuan kurikulum yang berlaku di nasional dan diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat bagi diri aktivitas jasmani. Selanjutnya perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di SLB AL-Faqih disampaikan oleh kepala sekolah ibu NF pada tanggal 10 Desember 2014 bahwa: “Untuk perencanaan kurikulum SLB biasanya dilakukan bersama- sama yakni dalam bentuk KKG yang dihadiri oleh guru-guru SLM se-Kota Pekanbaru dan kepala sekolah juga membicarakan penyusunan, perencanaan dan penyesuaian kurikulum. Untuk kurikulum 2013 kita setiap bulannya dalam KKG melakuan pernencanaan dan penyesuaian karena memang kurikulum ini baru semester ini dilaksanakan di SLB dan akan tetap dilanjutkan, setelah itu barulah kita sesuaikan lagi di sekolah masing-masing yang akan disesuaikan dengan kebutuhan siswa kita. Dan untuk penjas sendiri kita serahkan langsung keguru penjas, karena sekolah ini tidak ada guru penjasnya jadi ya kita rencanakan per semester, contohnya pada rapat semester kita langsung menyusun rencana untuk pelajaran penjas apa saja olahraga yang kita lakukan, karena kita disini hanya 5 orang guru termasuk kepala sekolah jadi kita lakukan seperti itu. Nanti coordinator tetap pak Benni. Tidak adanya guru khusus untuk penjas ini memang kita merasa kesulitan untuk mengajar penjas di sekolah, walaupun demikian bagaimana pun mata pelajaran ini harus terlaksana, dengankata lain ya seperti yang saya jelaskan tadilah pelaksanaannya.” Hal yang senada diungkapkan oleh guru pendidikan jasmani SLB AL-Faqih pada tanggal 08 Januari 2015 oleh bapak BF: “Untuk perencanaan kurikulum di sini intinya disesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan anak. Seperti yang diketahui tenaga pengajar di sekolah ini sangat terbatas hanya 5 orang dan ini commit to user termasuk kepala sekolah, Tu dan guru penjas. Jadi kita sesuaikan dengan kemampuan kita dan anak pastinya. Untuk perencanaan kurikulum dalam mata pelajaran penjas kita menyusunnya persemester karena keterbatasan kita dalam tenaga pengajar. Jadi setiap minggu kita sudah tahu apa yang harus di ajarkan kepada anak-anak dan ini semua guru terlibat. Dari segi perencanaan kurikulum jelas bahwa menentukan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dari hasil wawancara terkait dengan perencanaan kurikulum pada sekolah-sekolah luar biasa Kota Pekanbaru sudah cukup baik karena perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan dalam Kelompok Kerja Guru KKG sekolah luar biasa se-Kota Pekanbaru. Perencanaan kurikulum berpatokan dengan melihat kondisi siswa. Tetapi tidak demikian dengan perencanaan kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perencanaan kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan jauh dari kata baik bahkan beberapa sekolah tidak memiliki acuan kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini dikarenakan tidak ada guru khusus yang mengajar pendidikan jasmani ini, selain itu kepala sekolah tidak mewajibkan kepada guru pendidikan jasmani dalam menyusun kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran. Guru hanya beracuan kepada apa yang mereka pikirkan dan mencari reverensi dibuku atau diinternet. Hanya terdapat satu sekolah yang menyusun perencanaan kurikulum dan masih menggunakan kurikulum KTSP sebagaimana yang berlaku pada yayasan.

2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif