Uji Hipotesis Uji Coba Instrumen

66 Adapun untuk mengetahui apakah ada multikolinearitas atau tidak dapat digunakan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF. Kriterianya adalah jika nilai VIF kurang dari 4 maka tidak terjadi multikolinieritas, sedangkan jika nilai VIF lebih dari 4 maka terjadi multikolinientas.

d. Uji Homosedastisitas

Uji homosedastisitas merupakan alat analisis statistic yang dapat digunakan untuk mengetahui homogenitas varians error untuk setiap nilai variabelnya Ali Muhson, 2005:61. Untuk melakukan uji homosedastisitas digunakan uji rho spearman dengan menggunakan SPSS. Hasil akan dilihat dari koefisien korelasi rho dengan absolut residu. Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka asumsi homosedastisitas terpenuhi, tetapi jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka asumsi tidak terpenuhi.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Jalur Menurut Sugiyono 2012: 297, analisis jalur path analysis merupakan pengembangan dari analisis regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari analisis jalur regression is special case of path analysis . Adapun langkah-langkah untuk analisis jalur meliputi: 67 1 Membangun Diagram Jalur Gambar 2. Model Analisis Jalur 2 Menerjemahkan Diagram Jalur ke Persamaan Struktural Koefisien jalur adalah standardized koefisien regresi. Koefisien jalur dihitung dengan membuat persamaan struktural. Berdasarkan pengembangan model dari teori dan telah digambarkan dalam diagram jalur diatas, maka dapat dibentuk persamaan struktural sebagai berikut: Model persamaan struktural I : EK = b1 KK + b2 PK + b3 PP + e1 Model persamaan struktural II : P = b4 KK + b5 PP + b6 EK + e2 3 Menilai Besarnya Koefisien Jalur e2 e1 b5 b6 b3 b2 b1 b4 Kinerja Kemitraan KK Pendampingan Koperasi PK Partisipasi Peternak PP Efektivitas Kemitraan EK Pendapatan Peternak P 68 Koefisien jalur menunjukkan kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Bila koefisien jalur rendah, dan angkanya di bawah 0,05, maka pengaruh jalur tersebut dianggap rendah sehingga dapat dihilangkan. Bila dalam diagram jalur terdapat dua atau lebih variabel, maka dapat dihitung koefisien parsialnya, dengan menggunakan data yang telah distandarkan atau dengan matrik korelasi Sugiyono, 2012:302. 4 Uji t Uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Hipotesis diterjemahkan dengan melihat nilai critical ratio c.r pada tabel regression weights. Hipotesis diterima jika nilai c.r lebih besar dari nilai t-tabel c.r t-tabel dan nilai probabilitasnya kurang dari taraf signifikansi 0,05 p 0,05. Sebaliknya, hipotesis ditolak apabila nilai c.r kurang dari t-tabel c.r t-tabel dan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 p 0,05. Nilai c.r positif menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap dependen bersifat positif. Begitu pula sebaliknya, nilai c.r negatif menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap dependen bersifat negatif. b. Analisis Pendapatan Peternak 1 Pendapatan Bersih Berternak 69 Pendapatan peternak yang dihitung adalah pendapatan dari kemitraan usaha ternak sapi perah. Pendapatan tersebut dalam penelitian ini merupakan pendapatan bersih yaitu penerimaan yang hanya dikurangi dengan biaya. Pendapatan ini dihitung dengan menggunakan rumus analisis pendapatan usaha ekonomi, yaitu: I=R-C Keterangan: I : Income Pendapatan R : Revenue Penerimaan C : Cost Biaya Penerimaan usaha ternak berasal dari penjualan hasil produksi sapi perah responden berupa penerimaan dari pemerahan susu sapi, penerimaan olahan limbah ternak komposbiogas, dan penerimaan penjualan sapi. Biaya usaha ternak sapi perah dikeluarkan oleh responden yang meliputi pembelian obat-obatan, vitamin dan pakan. 2 Kontribusi Pendapatan Berternak Analisis pendapatan dilakukan dengan penghitungan konstribusi pendapatan usaha ternak sapi perah. Penghitungan konstribusi pendapatan usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan peternak secara keseluruhan dilakukan dengan cara membandingkan 70 pendapatan kotor dari usaha ternak sapi perah dengan pendapatan kotor secara keseluruhan, dengan rumus sebagai berikut. Keterangan : KPTS = kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah PTS = pendapatan kotor usaha ternak sapi perah PTK = pendapatan kotor secara keseluruhan pendapatan usaha ternak sapi perah + pendapatan bulanan selain dari usaha ternak 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Koperasi Susu Warga Mulya

a. Sejarah Koperasi

Koperasi susu warga mulya adalah koperasi produksi susu yang menampung susu selanjutnya akan diolah sendiri ataupun distribusikan kepada industri pengolah susu ataupun konsumen langsung. Koperasi Susu Warga Mulya adalah koperasi yang beralamatkan di jalan Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Koperasi ini berdiri sejak tanggal 30 Januari 1979. Visi Koperasi Susu Warga Mulya adalah menjadi koperasi yang kuat, mandiri, profesional, yang memberikan peningkatan kesejahteraan bersama dan memiliki sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi. Misi Koperasi Susu Warga Mulya adalah peningkatan kualitas dan produksi susu, membangun komitmen yang lebih kuat, penganekaragaman usaha yang mendukung koperasi, membangun jaringan pasar, pengembangan pendidikan yang berkelanjutan. Sejarah berdirinya Koperasi Susu Warga Mulya berawal dari tahun 1979, terdapat 35 perusahaan susu segar yang dikelola perorangan yang