99 X2 dan X3 terhadap efektivitas kemitraan usaha Y1 serta pengaruh
antara X1, X3 dan efektivitas kemitraan usaha Y1 terhadap pendapatan peternak Y2.
Nilai
Pseudo
R
2
untuk pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y1 sebesar 0,142, yang berarti bahwa variasi efektivitas kemitraan Y1
dapat dijelaskan oleh variabel X1, X2, dan X3 secara bersama-sama sebesar 14,2, sisanya sebesar 85,8 berasal dari variabel lain.
Sementara itu, nilai Pseudo R
2
untuk pengaruh X1, X3 dan Y1 terhadap Y2 sebesar 0,087, yang berarti bahwa variasi pendapatan
peternak Y2 yang dapat dijelaskan oleh variabel X1, X3 dan Y1 secara bersama-sama sebesar 8,7, sisanya sebesar 91,3 berasal
dari variabel lain.
5. Analisis Pendapatan Peternak
1. Pendapatan Bersih Peternak
Pendapatan peternak yang dihitung adalah pendapatan dari kemitraan usaha ternak sapi perah. Pendapatan tersebut dalam penelitian ini
merupakan pendapatan bersih yaitu penerimaan yang hanya dikurangi dengan biaya. Penerimaan usaha ternak berasal dari penjualan hasil
produksi sapi perah berupa penerimaan dari pemerahan susu sapi. Penerimaan hanya berasal dari penjualan susu sapi perah dikarenakan
para peternak Koperasi Warga Mulya belum memanfaatkan program pengolahan limbah serta penerimaan dari penjualan sapi belum tentu
100 terjadi dalam kurun waktu 1-2 tahun. Biaya usaha ternak sapi perah
dikeluarkan oleh responden yang meliputi pembelian obat-obatan, vitamin dan pakan.
Hasil presentase pendapatan peternak dapat dilihat pada tabel 29, tabel menyatakan presentase pendapatan bersih paling tinggi terdapat pada
interval Rp1.000.000-Rp1.500.000 per bulan dengan presentase sebesar 42. Sedangkan 45 lainnya berada pada interval dibawah Rp1.000.000
per bulan dan 13 pada interval diatas Rp1.500.000 per bulan. Pada tabel 29 juga bisa dilihat presentase pendapatan pokok dari selain
berternak, pendapatan kotor dari berternak, dan biaya berternak.
Tabel 29. Tabel Presentase Pendapatan Peternak
Interval Pendapatan Pokok
Bukan berternak per Bulan
Pendapatan Kotor Berternak Sapi
per Bulan Biaya
Berternak Sapi per Bulan
Pendapatan Bersih Berternak
Sapi per Bulan
≤ Rp 599.999 36
4 76
12
Rp 600.000 - Rp 999.999 30
13 16
33
Rp 1.000.000 - Rp 1.499.999 21
44 6
42
Rp 1.500.000 - Rp 1.999.999 9
15 1
9
≥ Rp 2.000.000 4
24 1
4
Total 100
100 100
100
Sumber: Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan data presentase pendapatan peternak pada tabel 29 diketahui bahwa rata-rata pendapatan responden belum mencapai Upah
Minimum Kabupaten UMK tahun 2017 di daerah Sleman dengan nilai sebesar Rp1.448.385 per bulan. Dinyatakan dalam tabel presetase
pendapatan bersih dari berternak sapi perah bahwa hanya ada 13 yang telah mencapai tingkat UMK di Sleman, sedangkan 87 lainnya belum
101 memenuhi tingkat UMK di Sleman. Hal tersebut dikarenakan sebagian
besar responden hanya memiliki jumlah ternak sebanyak 1-2 ternak produktif. Penyebab lain pendapatan bersih dari berternak berada pada
tingkat di bawah UMR dikarenakan pendapatan dari usaha ternak sapi perah masih menjadi pendapatan sampingan.
Jika dianalisis dari tingkat pemenuhan kebutuhan maka pendapatan bersih dari berternak dikatakan kurang mencukupi jika jumlah
tanggungan yang dimiliki lebih dari 2 orang dalam satu rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapangan satu keluaraga
yang berada pada tingkat umur 45 memiliki tanggungan rara-rata sebanya 2 orang maka penghasilan bersih dari berternak sapi perah hanya mampu
memenuhi kehidupan sehari-hari. Sehingga jika dilihat melalui pemenuhan kebutuhan pendapatan dari berternak masih belum memiliki
peranan dalam meningkatkan kesejahteraan peternak. Dari analisis pendapatan di atas dapat disimpulkan bahwa kemitraan
usaha antara koperasi dan peternak sapi di daerah Pakem, Sleman masih belum berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan peternaknya.
2. Kontribusi Pendapatan Beternak