84
a kemampuan membaca permulaan anak mengalami peningkatan yang
signifikan. Ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada setiap tindakan sebagai stimulasi kepada anak. Pada setiap indikator anak hanya beberapa
anak yang mendapat kriteria BSH. b
Kemampuan membaca permulaan meningkat sebanyak 60,00 dari kondisi saat tindakan siklus I 40,00 menjadi 100,00 pada siklus II.
c Dari data penelitian selama tindakan diketahui bahwa penggunaan media kartu
kata bergambar mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak secara efektif.
B. Pembahasan
Kemampuan membaca permulaan merupakan aspek penting dalam tahap perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak. Salah satu strategi untuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tersebut yaitu dengan permainan kartu kata bergambar. Berdasarkan 6 kali tindakan yang telah
dilakukan selama Siklus I dan Siklus II, menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan
kondisi awal anak. Dalam pemberian tindakan guru dan peneliti tidak lepas dari hambatan dan
kendala yang terjadi. Pada saat kondisi awal, kemampuan membaca awal anak belum sesuai dengan perkembangan kemampuan seharusnya. Anak usia dini usia
5-6 tahun seharusnya mulai menunjukkan kesiapan dalam hal kemampuan membaca khususnya permulaan. Salah satu cara untuk menangani masalah
tersebut maka guru dengan peneliti sepakat memanfaatkan kartu kata bergambar
85
sebagai media untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebagian anak mampu menunjukkan peningkatan yang mengagumkan dan beberapa lagi masih
mengalami hambatan dalam membaca permulaan. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi guru dan peneliti untuk mencari dan membuat solusi sebagi pemecah
masalah yang menjadi kendala tersebut. Anak-anak yang masih mengalami kesulitan untuk mengenal huruf dan merasa bingung ketika membedakan bentuk
dan bunyi huruf, biasanya merupakan anak yang gaduh atau pun sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa memperhatikan guru. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh diungkapkan oleh Richard D. Kellough Martini Jamaris, 2005: 8 bahwa anak memiliki karakteristik khas yaitu memiliki daya konsentrasi yang pendek.
Hal ini juga didukung pendapat dari Bredecam dan Copple dalam Masitoh dkk 2005: 1.12
– 1.1. Oleh karena itu, guru menggunakan media pembelajaran untuk menarik
perhatian anak. Penggunaan media kartu kata bergambar ini terbukti efektif dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan anak dengan guru di RA Guppi
Legundi. Ditunjukkan dengan antusiasme anak ketika guru mengajak bermain dengan kartu kata bergambar. Hal pertama yang menarik perhatian anak adalah
gambar yang berwarna warni pada kartu. Mengingat pada proses kegiatan pembelajaran sebelumnya anak hanya belajar membaca permulaan melalui
gambar yang dibuat guru di papan tulis dengan hanya menggunakan spidol, maka hal ini berbanding terbalik dengan pendapat Arif S. Sadiman 2006: 31 yang
mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan kartu bergambar
86
terlalu kompleks dan mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif. Melihat fenomena dan fakta yang ada, menunjukkan bahwa media kartu kata bergambar
sebagai media pembelajaran berfungsi untuk menarik atensi anak sebagaimana yang diungkapkan oleh Levio dan Lentz.
Selain itu, anak mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui kartu kata bergambar karena anak dapat belajar memahami dan menyerap informasi
melalui visual tanpa harus melihat langsung pada benda konkretnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Levio dan Lentz Azhar Arsyad, 2007: 17 menjelaskan bahwa
lambang visual atau gambar memperlancar tujuan memahami dan mengingat informasi dan pesan yang terkandung dalam gambar, media visual gambar juga
dapat mempermudah anak yang sedang belajar atau membaca teks yang bergambar.
Di samping itu media yang paling sering digunakan di Taman Kanak- kanak yaitu media visual salah satunya kartu kata bergambar sebagaimana
pendapat yang dikemukakan Cucu Eliyawati 2005:114. Media kartu kata bergambar memberikan pengalaman langsung pada anak sehingga dengan
menggunakan kartu kata bergambar anak dapat memperoleh pengetahuan dari informasi yang diperoleh. Hal ini sebagaimana Teori Pengalaman dari Edgar Dale
dalam Arief S. Sadiman 2006: 8 dan Teori Pemrosesan Informasi yaitu salah satunya Dual Encoding Theory yang dikemukakn James M. Clark dan Allan
Pavio 1991. Selain gambar yang menarik perhatian, gambar juga merupakan hal
pertama yang dibaca oleh anak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Steinberg, Chochrane, dan Tadkiroatun Musfiroh yang menyatakan bahwa beberapa tahapan
87
perkembangan membaca yang harus dilampaui anak, salah satunya yaitu membaca gambar. Hal pertama yang dilakukan anak adalah membaca gambar
kemudian anak diperkenalkan dengan lambang-lambang simbol serta bunyi yang menyusun sebuah kata.
Selama proses pembelajaran saat tindakan berlangsung anak mulai menunjukkan perilaku-perilaku yang menunjukkan kesiapannya untuk belajaran
membaca permulaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurbiana Dhieni 2009: 5.17 bahwa anak yang memiliki kesiapan membaca memiliki perilaku-perilaku
khusus. Selama 2 Siklus dalam 6 kali pertemuan anak semakin menunjukkan perilaku kesiapan membaca. Selain itu, semakin banyak stimulasi atau tindakan
yang diberikan pada anak, maka kemampuan anak semakin meningkat. Anak mampu mengananalisis tulisan yang membentuk kata yang tertera pada kartu kata
bergambar. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Steinberg dalam Ahmad Susanto 2011: 83. Hal ini dilakukan
dengan pemberian stimulus yang berulang-ulang sebagaimana yang diungkapkan Burnett dalam Harun Rasyid 2012: 200.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kemampuan membaca permulaan efektif
dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Penggunakan media kartu bergambar mampu menarik antusiasme dan minat anak dalam belajar membaca,
sehingga kemampuan anak dapat meningkat sesuai dengan tahapan perkembangan belajar seharusnya.
88
C. Keterbatasan Penelitian