1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usia dini merupakan masa fundamental bagi anak usia dini, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Yuliani Nurani Sujiono 2009: 6
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak pada masa-masa fundamental, yaitu sejak anak lahir hingga anak berusia 6
tahun. Pada masa ini anak-anak berada pada fase perkembangan yang sangat pesat. Di dalamnya terdapat tahap-tahap perkembangan kemampuan awal yang
dapat distimulasi dengan pemberian rangsangan pendidikan secara maksimal. Selanjutnya rangsangan tersebut dapat membantu anak dalam mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangannya, baik itu fisik maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi anak usia dini yang berada pada masa emas ditahap perkembangannya golden age.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 28 ayat 3 menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak TK
merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik
yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan seni untuk siap memasuki Sekolah Dasar
Depdiknas, 2007:2.
2
Di dalam setiap proses pembelajarannya, anak merupakan individu yang aktif sehingga setiap stimulasi yang diberikan kepada anak kemudian diserap dan
dieksplor. Namun tidak terlepas dari hal tersebut, setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara satu sama lain, hal tersebut pada nantinya
menentukan bagaimana strategi pendidik atau orang dewasa yang ada di sekitar anak. Seperti yang diungkapkan oleh John Locke bahwa anak usia dini adalah
ibarat kertas kosong tanpa coretan. Kertas kosong tersebut akan diisi dengan coret-coretan orang dewasa yang ada di sekitar anak. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan anak akan berkembang tergantung dari bagaimana orang dewasa di sekitar anak memberi stimulasi.
Aspek perkembangan yang perlu distimulasi pada anak sejak dini adalah perkembangan bahasa. Salah satu bagian dari perkembangan bahasa tersebut
adalah kemampuan membaca. Dalam Hermawita 2012: 03 berpendapat bahwa dewasa ini orang tua menganggap bahwa kemampuan membaca harus dimiliki
anak sejak usia pra sekolah. Penyebabnya yaitu adanya tuntutan pada jenjang sekolah dasar terhadap calon siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Ari
Musodah 2014: 3 yang mengatakan bahwa syarat anak untuk memasuki pendidikan formal lanjut harus memiliki kemampuan membaca. Mengingat
tingkat kemampuan setiap anak berbeda serta daya konsentrasi anak usia dini masih terbatas pada satu topik bahasan, hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip
anak usia dini yang mengedepankan pembelajaran dengan pendekatan yang menyenangkan dan tanpa paksaan.
Kemampuan membaca
khususnya membaca
permulaan penting
distimulasikan kepada anak sejak usia dini. Hal ini bertujuan agar menciptakan
3
generasi yang gemar membaca. Anak yang memiliki kegemaran membaca buku pada nantinya akan memiliki rasa kebahasaan yang sangat tinggi, seperti yang
diungkapkan Montessori dan Hainstock bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah bisa diajarkan membaca dan menulis Leonhart dalam Nurbiana Dhieni, 2009:
5.4. Moleong dalam Nurbiana Dhieni 2009 : 5.3 berpendapat bahwa salah
satu aspek kemampuan yang harus dikembangkan anak TK adalah kemampuan membaca. Dalam Martha Christianti 2013: 313 mengungkapkan bahwa
membaca bertujuan untuk membantu anak mengkomunikasikan ide dan perasaannya kepada orang lain serta melakukan interpretasikan dari komunikasi
yang sudah terjalin. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dapat digunakan sebagai dasar untuk menguasai berbagai bidang. Dalam artian bahwa
dengan membaca anak akan memperoleh informasi serta pengetahuan, sehingga kemampuan membaca khususnya permulaan dapat distimulasikan kepada anak
sejak Taman Kanak-kanak. Kemampuan membaca berdasarkan Pedoman Pengembangan Kurikulum
2013 Raudhatul Athfal 2015: 120 dalam lingkup perkembangan keaksaraan yaitu mengenal suara huruf awal, menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai
suara bunyi, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, mengenal arti kata gabungan beberapa huruf konsonan dan
vocal, membaca nama sendiri, dan mengenal perubahan bunyi dan arti berdasarkan perubahan huruf dan posisi huruf.
Dari data yang diperoleh pada saat wawancara guru dan pengamatan pada tanggal 29 Agustus
– 03 September 2016, menunjukkan bahwa beberapa
4
perkembangan bahasa seperti menyimak, menulis, bercerita, kecuali membaca telah sesuai dengan tingkat pencapaian seharusnya. Maka dari itu permasalahan
pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Planjan Saptosari Gunungkidul lebih ditekankan pada kemampuan membaca khususnya permulaan. Hal ini
dikarenakan hanya 1 dari 15 anak yang sudah berkembang sesuai dengan tingkat pencapaian seharusnya.
Kelemahan dalam hal membaca permulaan pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Saptosari Gunungkidul ditunjukkan dari kurangnya pemahaman
anak mengenai konsep huruf dan membaca kata yang diajarkan oleh guru. Di antaranya seperti anak belum mampu mengucapkan bunyi huruf sesuai dengan
simbol huruf, anak belum mampu membedakan bentuk simbol huruf, anak belum mampu menyebutkan huruf awal yang sama, serta anak belum dapat melafalkan
kata dengan jelas dan tepat. Hal tersebut diperlihatkan pada saat kegiatan pembelajaran, ketika anak
diajari oleh guru anak kesulitan dalam mengenal bentuk dan bunyi huruf. Setelah diamati, penyebab dari pembelajaran yang tidak efektif tersebut adalah belum
optimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak menarik bagi anak dan tidak mendukung proses kegiatan
pembelajaran. Teknik yang masih konvensional yaitu guru menjadi pusat pembelajaran dan bukan anak yang aktif membuat anak tidak tertarik untuk
mengikuti pembelajaran. Guru hanya menggambar di papan tulis kemudian menulis kata-kata di sampingnya, gambarnya pun sederhana, tidak berwarna dan
cenderung membuat anak bosan. Mengenalkan kosa kata kepada anak dengan menuliskan di papan tulis membuat anak tidak memperhatikan dan akhirnya anak
5
gaduh dan ribut sendiri karena tidak tertarik dengan penyampaian materi pembelajaran yang ada. Hal ini sesuai dengan Sukmawati 2012: 10 yang
mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya pemusatan perhatian anak adalah media yang kurang menarik.
Di dalam mengembangkan aspek kemampuan membaca permulaan hendaknya dilakukan melalui aktivitas belajar sambil bermain, dan bermain
sambil belajar. Menurut Slamet Suyanto 2005: 114 bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran dan esensi bermain harus menjadi jiwa dari
setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini. Oleh karena itu, sebaiknya pembelajaran yang digunakan oleh guru dilakukan melalui pendekatan informal
seperti permainan kartu kata, tebak-tebakan, atau pun melalui metode lainnya. Dengan demikian tahap mengembangkan aspek kemampuan bahasa di Taman
Kanak-kanak dapat dilakukan dengan mengintegrasikan antara bermain seraya belajar melalui media pembelajaran Sharifah Nor Puteh dan Aliza Ali, 2011: 5.
Media pembelajaran berfungsi untuk memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan memperkaya anak dengan menggunakan berbagai
pilihan media belajar, selain itu juga untuk membantu mengenalkan anak pada lingkungan serta mengajarkan anak untuk dapat mengenal kekuatan maupun
kelemahan dirinya. Dengan menggunakan media belajar memungkinkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan dapat menumbuhkan
motivasi belajar anak sehingga perhatian anak menjadi meningkat. Dalam Yulinar 12 : 2012 mengungkapkan bahwa salah satu media yang
dapat digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran secara optimal yaitu dengan media kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar dapat digunakan
6
untuk mengenalkan gambar-gambar dan kata-kata yang nantinya memudahkan proses penyampaian materi, terutama dalam membaca permulaan. Media kartu
kata bergambar ini dapat dikreasikan menjadi sebuah media visual yang menarik, misalnya dari warna, gambar, dan bentuk tulisan-tulisan yang beraneka ragam
dapat menarik perhatian untuk diamati anak. Selain itu media ini dapat dielaborasi oleh guru guna menstimulasi anak untuk mengenal abjad, fonem, dan menambah
perbendahaan kosa kata. Walaupun anak belum dapat membaca secara lancar namun anak dapat membaca melalui gambar yang terdapat pada kartu.
B. Identifikasi Masalah