Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada setiap Indikator

62 keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 3 digunakan untuk mengukur keterampilan mengamati peserta didik. Pada kelas eksperimen, dari 32 peserta didik terdapat 16 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan pada kelas kontrol, dari 30 peserta didik terdapat 3 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik indikator observasi pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Gambar 4 memperlihatkan cara menjawab salah satu peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen terbiasa mengamati secara detail, karena jawaban detail berdasarkan hasil pengamatan. Sedangkan peserta didik di kelas kontrol menjawab berdasarkan pengamatan sekilas saja. Kelas Eksperimen Model Discovery Learning Kelas Kontrol Model Kooperatif Gambar 4 Jawaban Keterampilan Observasi 63 b. Komunikasi Komunikasi merupakan kegiatan peserta didik dalam menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan secara lisan maupun tulisan. Peserta didik dituntut untuk menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif Abidin, 2014. Keterampilan proses sains indikator komunikasi dapat diperoleh peserta didik dengan menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan secara sistematis. Selain itu, peserta didik dapat menggambarkan data yang diperoleh dengan grafik, tabel, dan diagram Wilis, 1986. Keterampilan komunikasi dapat diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti berdiskusi dan bertanya. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan komunikasi dapat ditunjukkan pada sintaks generalisasi. Pada tahap generalisasi, peserta didik membuat kesimpulan yang mampu menjawab masalah yang diberikan oleh guru. Peserta didik dapat membuatan kesimpulan secara lisan maupun tulisan. Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa komunikasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil Pengamatan Keterampilan Komunikasi No Keterampilan Komunikasi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori 1 Kelas Eksperimen 89 82 86 Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 78 81 80 Baik 64 Peserta didik melakukan keterampilan berkomunikasi dalam setiap kegiatannya. Berdasarkan Tabel 13, keterampilan komunikasi pada kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik, sedangkan pada kelas kontrol berada pada kategori Baik. Sehingga, keterampilan komunikasi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa model discovery learning dapat memunculkan keterampilan peserta didik yang berupa komunikasi. Dengan model discovery learning, peserta didik memiliki kesempatan berpendapat yang lebih banyak dibandingkan model kooperatif. Karena dengan model discovery learning, peserta didik tidak terpaku pada guru atau student centered. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rose Amnah Abd Rauf, dkk 2013 yang mengatakan bahwa keterampilan komunikasi pada kegiatan diskusi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk rasa percaya diri peserta didik dalam tanya jawab dengan kalimat mereka sendiri. Aktivitas peserta didik dari kelas eksperimen yang sedang mengomunikasikan hasil diskusinya dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Peserta Didik Mengomunikasikan Hasil Diskusi Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa observasi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator 65 keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 1 dan 2 digunakan untuk mengukur keterampilan komunikasi peserta didik. Soal nomor 1, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 59 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Kemudian pada soal nomor 2, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 63 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 1 , dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 60 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dan pada soal nomor 2, dari 32 peserta didik di kelas kontrol terdapat 43 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa komunikasi pada kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol. c. Klasifikasi Klasifikasi merupakan keterampilan yang berupa mengelompokkan objek pengamatan berdasarkan sifat-sifatnya Trianto, 2010 . Klasifikasi dapat berupa mengidentifikasi suatu sifat secara umum dan mengelompokkan beberapa benda berdasarkan karakteristiknya Sani, 2016 . Keterampilan klasifikasi dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengelompokkan data hasil pengamatan dan mengidentifikasi persamaan atau perbedaan sifat dari semua objek. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan klasifikasi dapat ditunjukkan pada sintaks pengolahan data. Pada sintaks pengolahan data, peserta didik mengolah data dan informasi yang telah diperoleh berdasarkan hasil observasi, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan sifatnya. 66 Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil Pengamatan Keterampilan Klasifikasi No Keterampilan Klasifikasi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori 1 Kelas Eksperimen 90 81 86 Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 81 77 79 Baik Berdasarkan Tabel 14, keterampilan klarifikasi di kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik, sedangkan di kelas kontrol berada pada kategori Baik. Sehingga, keterampilan klarifikasi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi. Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 4 dan 5 digunakan untuk mengukur keterampilan klasifikasi peserta didik. Soal nomor 4, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 69 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Kemudian pada soal nomor 5, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 22 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 4 , dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 50 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dan pada soal nomor 5, dari 30 peserta didik di kelas kontrol 67 terdapat 7 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dengan demikian, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen mengklasifiikasi data secara detail. Sedangkan peserta didik di kelas kontrol mengklasifiikasi data terpaku pada informasi yang terdapat di soal. Kelas Eksperimen Model Discovery Learning Kelas Kontrol Model Kooperatif Gambar 6 Jawaban Keterampilan Klasifikasi 68 d. Prediksi Prediksi merupakan keterampilan yang berupa meramalkan hasil-hasil yang mungkin terjadi dari suatu percobaan. Peramalan tersebut dapat diperoleh dari pengamatan dan inferensi sebelumnya Trianto, 2010. Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik diminta untuk memprediksi hasil yang mungkin terjadi. Keterampilan prediksi dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengungkapkan apa yang mungkin terjadi dan mengidentifikasi masalah melalui pengamatan. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan prediksi dapat ditunjukkan pada sintaks identifikasi masalah. Pada sintaks identifikasi masalah, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang relevan pada materi pembelajaran. Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil Pengamatan Keterampilan Prediksi No Keterampilan Prediksi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori 1 Kelas Eksperimen 78 76 77 Baik 2 Kelas Kontrol 72 71 72 Baik Berdasarkan Tabel 15, keterampilan prediksi peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori baik. Namun, rata-rata presentase di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sehingga, keterampilan proses prediksi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas 69 kontrol. Keterampilan prediksi dapat diperoleh melalui kegiatan praktikum maupun teori. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada percobaan maupun pada video yang ditampilkan oleh guru. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki keterampilan proses sains yang berupa prediksi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rose Amnah Abd Rauf, dkk 2013 yang menyatakan bahwa guru harus memberikan kesempatan peserta didik agar keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi dapat tebentuk. Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 5 digunakan untuk mengukur keterampilan prediksi peserta didik. Soal nomor 5, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 22 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 5, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Berdasarkan jawaban peserta didik, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi. e. Inferensi Inferensi merupakan kesimpulan sementara yang sering dilakukan oleh ilmuwan setiap melakukan penelitian. Contoh keterampilan inferensi meliputi 70 mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya dan mengajukan penjelasan untuk melaksanakan pengamatan Trianto, 2010 . Keterampilan inferensi dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti menginterpretasikan data yang diperoleh, membuat kesimpulan sementara dan memisahkan informasi yang tidak essensial dengan tepat. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan inferensi dapat ditunjukkan pada sintaks verifikasi. Pada sintaks verifikasi, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan keseimpulan sementara yang telah ia peroleh. Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa inferensi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil Pengamatan Keterampilan Inferensi No Keterampilan Inferensi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori 1 Kelas Eksperimen 86 83 85 Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 67 78 73 Baik Berdasarkan Tabel 16, keterampilan inferensi peserta didik di kelas eksperimen berada pada kategori sangat baik, sedangkan pada kelas kontrol berada pada kategori baik. Sehingga, keterampilan inferensi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Selain itu, pada kegiatan praktikum, keterampilan inferensi lebih tinggi dibandingkan kegiatan teori. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Aydin 2013 yang menyatakan bahwa pada kegiatan praktikum keterampilan inferensi merupakan 71 keterampilan yang paling menonjol, karena keterampilan inferensi memiliki tingkat penguasaan yang tinggi. Keterampilan ini merupakan keterampilan membuat kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan sebelumnya. Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa inferensi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 digunakan untuk mengukur keterampilan prediksi peserta didik. Soal nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 dari 32 peserta didik di kelas eksperimen secara berturut-turut terdapat 59, 63, 16, 22, 9, dan 3 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 dari 30 peserta didik di kelas kontrol secara berturut- turut terdapat 60, 43, 3,7, 7, dan 0 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. f. Mengorganisasikan data dan tabel Keterampilan ini menyajikan data ke dalam bentuk tabel dan m engorganisasikan informasi yang diperoleh dari percobaan. Dengan demikian, data yang diperoleh dapat dimaknai dengan mudah. Keterampilan mengorganisasikan data dan tabel dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengorganisasikan informasi dan menyajikan data hasil pengamatan kedalam bentuk tabel. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan mengorganisasikan data dan tabel dapat ditunjukkan pada sintaks pengolahan data. Pada sintaks pengolahan data, peserta didik diarahkan untuk mengorganisasikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel. 72 Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa mengorganisasikan data dan tabel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil Pegamatan Keterampilan Mengorganisasikan Data dalam Tabel No Keterampilan Mengorganisasikan Data dan Tabel Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori 1 Kelas Eksperimen 92 79 86 Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 85 73 79 Baik Berdasarkan Tabel 17, keterampilan mengorganisasikan data dan tabel peserta didik di kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik, sedangkan di kelas kontrol berada pada kategori Baik. Sehingga, keterampilan mengorganisasikan data dan tabel peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa mengorganisasikan data dan tabel. Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa mengorganisasikan data dan tabel dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 5 digunakan untuk mengukur keterampilan mengorganisasikan data dan tabel peserta didik. Soal nomor 5, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 22 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 5, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa 73 mengorganisasikan data dan tabel pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen mengorganisasikan data ke dalam tabel secara detail. Sedangkan peserta didik di kelas kontrol mengorganisasikan data ke dalam tabel terpaku pada informasi yang terdapat di soal. Kelas Eksperimen Model Discovery Learning Kelas Kontrol Model Kooperatif Gambar 7 Jawaban Keterampilan Mengorganisasikan Data dan Tabel g. Menganalisis data Agar data hasil pengamatan mudah dipahami, peserta didik perlu mencatat setiap pengamatan secara terpisah. Kemudian, menghubungkan pengamatan terpisah secara tepat agar dapat menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan, sehingga peserta didik dapat mengambil kesimpulan Dahar, 1986. Keterampilan menganalisis data dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengolah data hasil pengamatan dan mencatat setiap hasil 74 pengamatan secara terpisah. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan menganalisis data dapat ditunjukkan pada sintaks pengumpulan data dan pengolahan data. Pada sintaks pengumpulan data, peserta didik mengumpulkan data hasil pegamatan. Sedangkan pada sintaks pengolahan data, peserta didik menganalisis data yang telah dikumpulkan. Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil Pengamatan Keterampilan Menganalisis Data No Keterampilan Menganalisis Data Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori 1 Kelas Eksperimen 85 83 84 Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 79 83 81 Sangat Baik Berdasarkan Tabel 18, keterampilan menganalisis data peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori Sangat Baik. Namun, rata-rata presentase di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sehingga, keterampilan menganalisis data peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data. Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 4 dan 6 digunakan untuk 75 mengukur keterampilan klasifikasi peserta didik. Soal nomor 4, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 69 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Kemudian pada soal nomor 6, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 9 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 4, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 50 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dan pada soal nomor 6, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. h. Merancang eksperimen Tugas peserta didik ialah merancang percobaan atau investigasi sesuai tujuan percobaan atau pertanyaan yang diajukan. Keterampilan yang termasuk dalam indikator ini meliputi keterampilan menentukan alat dan bahan dan menyusun prosedur percobaan yang akan dilakukan secara mandiri Sani, 2016. Selain itu, Keterampilan merancang eksperimen juga dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis dan menentukan variabel-variabel. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan merancang eksperimen dapat ditunjukkan pada sintaks pengumpulan data. Pada sintaks pengumpulan data, peserta didik mengumpulkan data pengamatan dengan melakukan prosedur kerja agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan praktikum dengan sistematis. 76 Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa merancang eksperimen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil Pengamatan Keterampilan Merancang Eksperimen No Keterampilan Merancang Eksperimen Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori 1 Kelas Eksperimen 83 81 82 Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 83 85 84 Sangat Baik Berdasarkan Tabel 19, keterampilan merancang eksperimen peserta didik di kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik. Namun, rata- rata presentase di kelas kontrol terlihat lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik masih terbiasa dengan model konvensional yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, selain itu peserta didik masih terpaku oleh guru dalam pelaksanaan percobaan. Namun, selisih rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu jauh. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning perlu diterapkan secara bertahap pada kegiatan praktikum, agar keterampilan proses sains peserta indikator merancang eksperimen didik dapat terbentuk secara sempurna. Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa merancang eksperimen dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 8 digunakan untuk mengukur keterampilan merancang eksperimen peserta didik. Soal nomor 8, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 3 peserta didik yang menjawab 77 benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 8, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7 peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa merancang eksperimen pada kelas kontrol lebih baik dibandingkan kelas eksperimen. Keterampilan proses sains yang berupa merancang eksperimen perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kemampuan proses berpikir peserta didik menjadi lebih sistematis dan kreatif. Berdasarkan Gambar 8, peserta didik menjadi lebih kreatif dan tidak terpaku pada perintah guru dalam menyusun prosedur percobaan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilal Aktamis dan Omer Ergin 2008 yang menyatakan bahwa lembar kerja peserta didik yang tidak diberikan prosedur percobaannya mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa merancang eksperimen. Sehingga, keterampilan merancang eksperimen perlu ditekankan kepada peserta didik agar meningkatkan kreatifitas peserta didik. Gambar 8 Langkah Kerja Kelas Eksperimen 78

4. Perbedaan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Model Non

Discovery Learning terhadap Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains yang diamati pada penelitian ini adalah observasi, komunikasi, klasifikasi, prediksi, inferensi, mengorganisasikan data dan tabel, menganalisis data, dan merancang eksperimen. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampila proses sains peserta didik yatu, soal, lembar observasi, dan angket. Keterampilan proses sains peserta didik dari dua kelas diukur dengan instrumen soal. Instrumen penelitian soal dalam penelitian ini merupakan adopsi dari instrumen pada tesis Sri Rejeki Dwi Astuti yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Terintegrasi untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Kimia Siswa SMA Kelas X pada Materi Larutan Elektrolit”. Soal telah divalidasi secara validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perbedaan keterampilan proses sains peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan kelas yang tidak menggunakan model disocvery learning jika nilai UAS dikendalikan secara statistik. Uji hipotesis yang digunakan berupa uji Anakova. Uji anakova digunakan untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. 79 Ho : Tidak ada perbedaan keterampilan proses sains peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan kelas yang tidak menggunakan model disocvery learning jika nilai UAS dikendalikan secara statistik. Ha : Ada perbedaan keterampilan proses sains peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan kelas yang tidak menggunakan model disocvery learning jika nilai UAS dikendalikan secara statistik Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,493. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan keterampilan proses sains peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan kelas yang tidak menggunakan model disocvery learning karena nilai p 0,05, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Jika dilihat dari nilai rata-rata kedua kelas, kelas eksperimen mengalami peningkatan dan nilainya rata-ratanya lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Tetapi, selisih nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya sedikit, sehingga secara statistik menunjukkan tidak ada perbedaan keterampilan proses sains pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selain menggunakan soal untuk mengukur keterampilan proses sains peserta didik, angket dan lembar observasi juga digunakan sebagai data pendukung untuk mengukur keterampilan proses sains peserta didik. Secara statistik, soal yang mampu keterampilan proses sains peserta didik tidak memiliki perbedaan, sehingga dalam mengungkapkan keterampilan proses sains peserta didik pada saat proses 80 pembelajaran menggunakan angket dan lembar observasi yang berupa skala penilaian. Dengan demikian, setiap indikator keterampilan proses sains di soal menjadi arahan dalam pembuatan lembar observasi maupun angket. Hubungan tersebut dibuktikan dengan saling terkaitnya indikator keterampilan proses sains dalam setiap pernyataan pada lembar observasi maupun angket terhadap soal tes kognitif. Lembar observasi diisi oleh observer yang mengamati keterampilan proses sains peserta didik disetiap kegiatannya. Masing-masing observer mengamati 2-3 kelompok, sedangkan peneliti yang menjadi pengendali pembelajaran dan bukan termasuk observer. Berdasarkan Tabel 9, rata-rata keterampilan proses sains peserta di kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik, sedangkan paa kelas kontrol berada pada kategori Baik. Sehingga, keterampilan proses sains peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik dapat terbentuk jika menggunakan model discovery learning. Angket yang digunakan diisi oleh peserta didik secara langsung pada pertemuan terakhir. Angket digunakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Peserta didik mampu menilai keterampilan proses sains berdasarkan yang ada pada dirinya melalui pernyataan di angket ini. Hasil angket keterampilan proses sains peserta didik pada kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 3,073 yang berada pada kategori baik B. Sedangkan, pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 3,463 yang berada pada kategori sangat baik SB. Hal tersebut membuktikan bahwa 81 penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan keterampilan proses sains peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan kelas yang tidak menggunakan model disocvery learning. Namun, berdasarkan hasil lembar observasi dan angket menunjukkan bahwa keterampilan proses sains peserta didik lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik dengan baik meskipun tidak secara signifikan.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian eksperimen yang dilakukan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Ada beberapa peserta didik yang tidak hadir ketika proses pembelajaran, sehingga menghambat peserta didik memperoleh informasi maupun menemukan konsep tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. 2. Sebelum mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran olahraga. Sehingga konsentrasi peserta didik di kelas ekseperimen menjadi berkurang.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE TENTH YEAR STUDENTS’ RECOUNT TEXT WRITING ABILITY AT MAN 2 SITUBONDO IN THE 2012/2013 ACADEMIC YEAR

5 197 17

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Integrated Food Therapy Minuman Fungsional Nutrafosin Pada Penyandang Diabetes Mellitus (Dm) Tipe 2 Dan Dislipidemia

5 149 3