31 Usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA tersebut harus dilakukan
dngan cara yang tepat. Dalam hal ini, guru dituntut agar dapat menciptakan suatu kondisi atau lingkungan belajar yang mendukung siswa dalam menemukan
pengalaman-pengalaman nyata yang dapat langsung dirasakan oleh siswa. Pembelajaran IPA bukan semata-mata memindahkan pengetahuan guru kepada
siswa, tetapi pembentukan pengetahuan siswa dengan bekal pengetahuan awal yang menanti untuk diperkaya dan diberdayakan.
Pembelajaran IPA juga memegang peran penting dalam menanamkan sikap positif pada siswa. Pembentukan sikap, watak, dan cara berpikir siswa akan menjadi
sasaran uama dalam membentuk pribadi siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut, guru sebagai fasilator sebaiknya mampu bukan hanya mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa tetapi juga menanamkan karakteristik baik dalam diri siswa. Salah satu karakter tersebut adalah rasa percaya diri. Guru juga perlu
membimbing serta memotivasi siswa agar mereka mampu berprestasi di sekolah terkait mata pelajara IPA.
4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Proses pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembagan siswa. Siswa sekolah dasar pada umumnya berusia 6 sampai 12 tahun. Dilihat dari
perkembangannya, karakteristik siswa sekolah dasar berada pada masa kanak- kanak akhir. Izzaty 2013:103 menyebutkan bahwa masa kanak-kanak akhir sering
disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Lebih lanjut Izzaty 2013: 103-112 membagi masa kanak-kanak akhir sebagai berikut.
32 a. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih sabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang perumbuhannya begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh
anak unuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan. Perumbuhan fisik
tersebut bervariasi anara anak yang satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam perumbuhan dan perkembangan anak.
b. Perkembangan kognitif Anak mulai memasuki tahap operasi konkret, dimana anak dapat melakukan
banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi. Pemahamannya tentang konsep ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan lebih baik. Pada
masa ini anak sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret. Anak sudah lebih mampu berfikir, belajar mengingat, dan berkomunikasi, karena
proses kognitifnya tidak lagi egoisentris, dan lebih logis. c. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak terus meningkat pada masa ini. Pada masa ini, perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata
bahasa. Mereka belajar untuk dapat memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Anak juga mulai belajar menggunakan bahasa yang baik untuk
berkomunikasi. d. Perkembangan bicara
Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat
33 dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan. Pada masa ini anak bicara
lebih terkendali dan terseleksi. Anak menggunakan kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai benuk latihan verbal.
e. Perkembangan moral Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak memahami aturan,
norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral terlihat dari perilaku moralnya di masyarakat yang menunjukkan kesesuaian dengan nilai dan
norma masyarakat. Perkembangan moral ini dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan perilaku orang-orang disekitarnya.
f. Perkembangan emosi Emosi anak berkembang seiring dengan berkembangnya interaksi dengan teman
sebaya dan juga teman sekolah. Anak mulai belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak diterima oleh teman-temannya. Anak belajar mengendalikan
ungkapan-ungkapan emosi yang kurang dapat diterima seperti amarah, menyakii perasaan teman, manakut-nakuti, dan sebagainya.
g. Perkembangan sosial Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang
disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Dunia sosio-emosional anak menjadi semakin kompleks dan berada pada masa ini. Interaksi dengan keluarga
dan teman sebaya memiliki peran penting. Sekolah dan hubungan dengan guru menjadi hal yang penting dalam hidup anak.
34 Senada dengan pendapat di atas, Lie 2004: 65-66 juga menyatakan bahwa
karakteristik siswa sekolah dasar yang berada pada usia sekitar 6 sampai 12 tahun dilihat dari perkembangannya, yaitu sebagai berikut.
a. Perkembangan kognitif Daya konsentrasi anak usia sekolah dasar sudah meningkat. Anak bisa berpikir
dan berimajinasi dengan lebih baik serta membentuk sistem logika. Selain itu, anak mampu membedakan sudut paandangnya dengan anak lain dan
mengkoordinasi perbedaan tersebut dengan melihat persamaannya. b. Perkembangan sosial
Dilihat dari segi sosial, anak mulai menyadari bahwa hidup bukan hanya untuk bermain, ia belajar untuk bekerja sama dengan anak lain. Ia ingin memiliki apa
yang dimiliki anak lain atau ingin melakukan apa yang anak lain bisa lakukan jika tidak dia akan merasa rendah diri.
c. Perkembanagan moral Anak menilai moral yang baik adalah yang dapat menyenangkan atau membanu
orang lain. Anak berusaha melakukan hal yang disukai orang di sekitarnya dengan maksud untuk mencari persetujuan tentang apa yang baik atau tidak baik untuk
dilakukan. Pada masa ini, anak akan menghormati orang tua dan gurunya serta cenderung untuk tidak menentang terhadap apa yang dinilainya wajar.
Berdasarkan pendapat di atas, tampak bahwa siswa sekolah dasar yang berada pada kisaran usia 6 sampai 12 tahun memiliki karakteristik yang terbagi
dalam berbagai dimensi perkembangan. Dengan memperhatikan hal tersebut, guru tidak hanya bertugas untuk mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi berkewajiban
35 juga untuk melayani kebutuhan siswa secara menyeluruh, mengembangkan minat
dan bakat, meningkatkan kemampuan yang ada dalam diri siswa, dan menumbuhkan motivasi berprestasinya. Siswa membutuhkan bantuan orang-orang
terdekat seperti orang tua dan guru dalam membimbing dan memberikan motivasi pada mereka. Selain itu siswa juga perlu dibiasakan untuk selalu percaya diri akan
kemampuan yang dimilikinya sehingga memotivasi siswa dalam setiap proses pembelajaran serta pencapaian prestasinya.
5. Hubungan Rasa Percaya Diri dengan Motivasi Berprestasi Siswa