Setiono, Op Cit, halaman 106 Setiono, Op Cit, halaman 107.

120 perbuatan itu dalam arti kata yang sesungguhnya merupakan perbuatannya.perbuatan itu tidak hanya objektfi tidak patut, tetapi juga dapat dicelakan kepadanya. Dapat dicelakan itu bukanlah merupakan inti dari pengertian kesalahan, tetapi akibat dari kesalahan. Sebab hubungan antara perbuatan dan pelakunya itu selalu membawa pencelaan, maka orang menaakan sebagai dapat dicela. Oleh karena itu, asas tiada pidana tanpa kesalahan mepunyai arti bahwa agar dapat menjatuhkan pidana, tidak hanya disyaratkan bahwa seseorang telah berbuat tidak patut secara objektif, tetapi juga bahwa perbuatan tidak patut itu dapat dicelakan kepadanya. 209 Mampu bertanggungjawab merupakan syarat kesalahan. sementara itu, kesalahan adalah unsur pertanggungjawaban pidana. mampu bertanggungjawab merupakan masalah yang berkaitan dengan keadaan mental pembuat yang dapat dipertanggungjwabkan dalam hukum pidana. 210 Unsur kesalahan dalam arti yang seluas-luasnya adalah hubungan batin antara pembuat dengan perbuatannya. Hubungan batin ini berupa kesengajaan dan kealpaan. KUHP kita tidak memberikan pengertian atau pendefenisian tentang kesengajaan dan kealpaan. 211 209 Ibid, halaman 138. 210 Chairul Huda, Op Cit, halaman 91. 211

H. Setiono, Op Cit, halaman 106

Wetboek van strafrecht tahun 1908 mengartikan kesengajaan sebagai kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang. Memorie van toelichting kesengajaan sama dengan “willen en Universitas Sumatera Utara 121 wetens” atau diketahui atau dikehendaki. 212 Kesengajaan sebagai pertanda adanya kesalahan menyebabkan sekalipun hal itu tidak dimuat dalam rumusan tindak pidana, tetapi selalu harus diperhatikan untuk mepertanggungjawabkan seseorang. tidak dimuatnya unsur kesengajaan dalam hal ini hanya mempunyai dampak lapangan acara pembuktian. 213 Kealpaan dalam M.v.T. dijelaskan bahwa pada umumnya bagi kejahatan, undang-undang mengharuskan bahwa kehendak terdakwa ditujukan kepada perbuatan dilarang dan diancam dengan pidana. kecuali itu keadaan yang dilarang mungkin besar bahayanya terhadap keamanan umum mengenai orang atau barang dan jika terjadi akan menimbulkan banyak kerugian-kerugian, sehingga undang-undang harus bertindak pula terhadap mereka yang tidak hati-hati. 214 Kealpaan dapat terjadi, baik dalam hal pembuat tidak menggunakan pikirannya dengan baik, maupun dalam hal pikirannya tersebut tidak digunakan sama sekali, padahal harusnya sebaliknya. 215 Moeljatno mengatakan bahwa kealpaan adalah suatu struktur yang sangat gecompliceerd, yang disatu sisi mengarah pada kekeliruan dalam perbuatan seseorang secara lahiriah, disisi lain mengarah pada keadaan batin orang itu. degan pengertian demikian, maka di dalam kealpaan culpa terkandung makna kesalahan dalam arti luas yang bukan merupakan kesengajaan. 216 212 Mahrus Ali buku 2, Op Cit, halaman 145. 213 Chairul Huda, Op Cit, halaman 111. 214

H. Setiono, Op Cit, halaman 107.

215 Chairul Huda, Op Cit, halaman 111. 216 Mahrus Ali buku 2, Op Cit, halaman 149. Universitas Sumatera Utara 122 Untuk menentukan bahwa suatu korporasi yang terbukti melakukan suatu perbuatan yang dilarang memiliki kesalahan, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa tindak pidana korporasi yang digunakan sebagai basis teoretis untuk menentukan salah tidaknya korporasi adalah teori pelaku fungsional atau teori identifikasi. hal ini penting karena pandangan tradisdional KUHP yang masih dominan sehingga saat ini masih dipengaruhi asas “societas delinquere non-potest”, akibatnya korporasi tidak mungkin terdapat kesalahan pada dirinya karena ia tidak memiliki kalbu. setelah itu, tidak pidana yang dilakukan korporasi harus merupakan perbuatan yang melawan hukum dan tanpa adanya alas yang menghapus sifat melawan hukumnya suatu perbuatan. Pada diri korporasi juga harus terdapat hal-hal yang sampai pada suatu kesimpulan bahwa ia termasuk pelaku yang memiliki kemampuan bertanggungjawab pidana atas tindak pidana yang dilalkukan. 217 Korporasi tidak dapat melakukan tindak pidana tanpa melalui perantara pengurusnya baik berdasarkan teori pelaku fungsional aupun teori identifikasi, maka penentuan kesalahan korporasi adalah dengan melihat apakah pengurus, yang bertindak untuk dan atas atau nama korporasi memiliki kesalahan. jika jawabannya adalah ia, maka korporasi dinyatakan bersalah atas tindak pidana yang dilakukannya. demikian juga sebaliknya. Mardjono Reksodiputro menyatakan bahwa kesalahan 217 Ibid, halaman 152. Universitas Sumatera Utara 123 yang ada di diri pengurus korporasi dialihkan atau menjadi kesalahan korporasi itu sendiri. 218 Kesengajaan itu dapat dilihat dalam politik perusahaan atau berada dalam keadaan nyata dari suatu perusahaan tertentu. Toringa menjelaskan bahwa kesengajaan dan kealpaan harus dilihat dalam suasana kejiawaan. Misalnya saja dalam perseroan tertutup dengan pimpinan kembar yang didirikan untuk melakukan kekacauan, atau pemikiran perusahaan pengangkutan bahwa perusahaan tidak dapat berjalan tanpa melanggar undang-undang pada saat mengunakannya. 219 Kesalahan pengurus korporasi yang dialihkan dan menjadi kesalahan korporasi, isi kesalahan tersebut berbeda dengan kesalahan pada subjek hukum manusia. dasar dari penetapan dipersalahkannya korporasi ialah tidak dipenuhinya dengan baik fungsi kemasyarakatan yang dimiliki korporasi. dilihat dari segi masyarakat korporasi telah tidak menjalankan fungsinya dengan baik. indikator kesalahan bagi korporasi adalah bagaimana korporasi menjalankan fungsi kemasyarakatannya itu. fungsi kemasyarakatan itu termasuk tetapi tidak terbatas untuk menghindari terjadinya tindak pidana. dengan kata lain, selagi terbuka kemungkinan bagi korporasi untuk “dapat berbuat lain” selain melakukan tindak pidana, maka harapan tersebut harus sejauh mungkin tercermin dari kebijakan dan cara pengoperasiannya. terhadap korporasi penilaian adanya kesalahan ditentukan 218 Ibid, halaman 152. 219

H. Setiono, Op Cit, halaman 109.