87
Korporasi dapat menjadi pembuat dader tetapi tidak dapat menjadipelaku pleger tindak pidana.
Tindak pidana tersebut baik dalam bentuk commission maupun ommision dilakukan atau diperintahkan oleh personil korporasi yang di dalam struktur
organisasi korporasi memiliki posisi sebagai directing mind dari korporasi, yaitu personil yang memiliki posisi sebagai penentu kebijakan korporasi atau memiliki
kewenangan yang sah untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang mengikat korporasi tanpa harus mendapat persetujuan dari atasannya.
142
Salah satu unsur tindak pidana yang bersifat objektif adalah sifat melawan hukum. Hal ini dikaitkan pada asas legalitas yang tersirat pada Pasal 1 ayat 1
KUHP. Dalam bahasa Belanda melawan hukum itu adalah wederrechtelijk weder = bertentangan dengan, melawan recht = hukum. Dalam menentukan perbuatan itu
dapat dipidana pembentuk undang-undang menjadikan sifat melawan hukum sebagai unsur yang tertulis. Tanpa unsur ini rumusan undang-undang akan menjadi terlampau
luas. Selain itu, sifat yang dapat dicela kadang-kadang dimasukkan kerumusan delik, yaitu rumusan delik culpa.
B. Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korporasi
143
Selain wederrechtelijk, para pakar juga menggunakan istilah onrechtmatige daad, unlawfulnes.
144
142
Alvi Syahrin, Beberapa Isu Lingkungan Kepidanaan, PT. Soft Media, Jakarta, 2009,
Halaman 36.
143
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, Halaman 67.
144
Leden Marpaung, Asas, Teori, Praktik, Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
Halaman 44.
Universitas Sumatera Utara
88
Para pakar hukum pidana Belanda menginginkan untuk menerapkan ajaran sifat melawan hukum materiel dalam pembelaan kasus-kasus, sehingga muncul jenis-
jenis alasan pembenar tidak tertulis seperti toestemming, beroepsrecht, tuchtrecht, medische exeptie yang diterapkan secara kasus demi kasus.
145
Unsur sifat melawan hukum merupakan suatu penilaian objektif terhadap perbuatan dan bukan terhadap sipembuat. Bila mana suatu perbuatan itu dikatakan
melawan hukum, maka akan dijawab apabila perbuatan itu masuk dalam rumusan delik sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang.
146
Langemeyer mengatakan untuk melarang perbuatan yang tidak bersifat melawan hukum, yang tidak dapat
dipandang keliru, itu tidak masuk akal.
147
Pengecualian terhadap perbuatan yang bersifat melawan hukum adalah menghilangkan sifat melawan hukum dari perbuatan tersebut. Dapat dikecualikan
atas perbuatan yang memenuhi rumusan delik tatbestandsmaszig itu tidak senantiasa melawan hukum, sebab mungkin ada hal yang menghilangkan sifat
melawan hukumnya perbuatan tersebut. Misalnya dalam melaksanakan perintah undang-undang Pasal 50 KUHP.
148
Menurut Bemmelen, istilah wederrechtelijk mengandung dua arti : 1 sebagai bertentangan dengan ketelitian yang pantas dalam pergaulan masyarakat
145
Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia, Alumni, Bandung, 2002, halaman 204.
146
PPPJ, Modul Asas-Asas Hukum Pidana, Pusat pendidikan dan pelatihan kejaksaan
republik indonesia, jakarta, 2011, Halaman 30.
147
Moeljatno, Op Cit, Halaman 140.
148
PPPJ, Loc Cit.
Universitas Sumatera Utara
89
mengenai orang lain atau barang; dan 2 bertentangan dengan kewajiban yang telah dotetapkan oleh undang-undang.
149
Arti yang pertama masuk dalam pandangan ajaran melawan hukum material dan yang kedua masuk dalam pandangan ajaran
melawan hukum formil. Satochid Kartanegara berpendapat bahwa wederrechtelijk formil bersandar pada undang-undang, sedangkan wederrechtelijk materiil bukan
pada undang-undang, namun pada asas-asas umum yang terdapat dalam lapangan hukum atau apa ang dinamakan algemene beginsel.
150
Menurut ajaran melawan hukum formil, apabila suatu perbuatan telah cocok dengan rumusan undang-undang, maka perbuatan itu jelas sudah bersifat melawan
hukum. Tidak perlu diselidiki lebih lanjut apakah perbuatan itu bersifat melawan hukum atau tidak.
151
Bagi ajaran ini melawan hukum berarti melawan undang- undang, sebab hukum adalah undang-undang. Pendirian ini dinamakan pendirian
formil.
152
Simons sependapat dengan pandangan formil yang mengatakan untuk dapat dapat dipidananya perbuatan harus mencocoki rumusan delik yang tersebut dalam
wet. Jika sudah demikian, biasanya tidak perlu lagi untuk menyelidiki apakah perbuatan melawan hukum atau tidak.
153
Menurut penganut ajaran ini, melawan hukum hanya perlu dibuktikan apabila kata melawan hukum tercantum dalam rumusan tindak pidana itu sendiri.
Apabila kata melawan hukum tidak tercantum dalam rumusan pasal, melawan hukum
149
Mahrus ali buku 2, Op Cit, Halaman 60.
150
Leden Marpaung, Op Cit, Halaman 45.
151
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta 2013, halaman 108.
152
Moeljatno, Op Cit, Halaman 140.
153
Ibid, Halaman 143.
Universitas Sumatera Utara
90
bukan unsur tindak pidana dan karenanya tidak perlu dibuktikan.
154
Misalnya, dalam Pasal 362 KUHP tentang pencurian disebutkan bahwa pencurian ini adalah
mengambil barang milik orang lain dengan maksud untuk memiliki barang itu secara wederrechtelijk atau secara melanggar hukum.
155
Menurut pandangan ajaran hukum yang material, suatu perbuatan selain harus mencocoki rumusan undang-undang, juga harus bersifat melawan hukum.
Melawan hukum selalu merupakan unsur setiap tindak pidana sekalipun kata melawan hukum itu tidak dicantumkan dalam rumusan pasal.
156
Bagi pandangan ini yang dinamakan hukum bukanlah undang-undang saja, di samping undang-undang
hukum yang tertulis ada pula hukum yang tidak tertulis, yaitu norma-norma atau kenyataan-kenyataan yang berlaku dalam masyarakat.
157
Sifat melawan hukumnya perbuatan yang nyata-nyata masuk dalam rumusan delik pun, itu dapat dihapus
berdasarkan ketentuan undang-undang dan juga berdasarkan aturan-aturan yang tidak tertulis ubergezetzlich.
158
Ajaran sifat melawan hukum materil menjadi lebih didelegasi dan di masa mendatang tidak hanya terdapat dala yurisprudensi, tetapi juga sudah diakui dala
suatu perundang-undangan tertulis yang merupakan induk dari perundang-undangan
154
Frans Maramis, Loc Cit.
155
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2009, Halaman 64.
156
Frans Maramis, Op Cit, halaman 109.
157
Moeljatno, Op Cit, Halaman 140.
158
PPPJ, Op Cit, Halaman 30.
Universitas Sumatera Utara
91
yang lain. Hal ini dapat dilihat dalam rumusan pasal-pasal Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
159
Ajaran melawan hukum materil merupakan fungsi negatif tidak memiliki fungsi positif, yaitu tidak memiliki fungsi untuk menghukum seseorang yang
perbuatannya tidak dilarang dala undang-undang. Fungsi positif dari ajaran melawan hukum yang material dihalangi dan dilarang oleh legalitas yang terkandung dalam
Pasal 1 ayat 1 KUHP.
160
Pembentuk undang-undang telah membuat sejumlah ketentuan yang bersifat khusus, baik di dalam kitab undang-undang hukum pidana maupun di dalam
peraturan perundang-undangan lainnya, di mana pembentuk undang-undangitu telah merumuskansejumlah keadaan-keadaan, di dalam keadaan-keadaan mana ketentuan-
ketentuan pidana yang ada itu dianggap sebagai tidak dapat diberlakukan, hingga penuntut umum pun tidak dapat melakuka penuntutan terhadap seorang pelaku yang
telah dituduh melanggar ketentuan-ketentuan pidana tersebut.
C. Alasan Pembenar Bagi Korporasi