Setiono, Op Cit, halaman 114. Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

126 Alasan-alasan penghapus pidana di luar undang-undang: 226 Pembenar Pemaaf a. Izin b. Norma-norma jabatan yang sudah diterima a. Sesat yang dapat dimaafkan b. Sesat fakta c. Sesat hukum d. Ketidakmampuan yang dapat dimaafkan Dalam hukum pidana yang termasuk kedalam alasan pemaaf antara lain, daya paksa Overmacht, pembelaan terpaksa yang melampaui batas noodweer ekses, dan pelaksanaan perintah jabatan tanpa wewenang yang didasari oleh iktikad baik. 227 Sehubungan konsekuensi diterimanya asas kesalahan pada korporasi, maka seperti halnya manusia alamiah naturlijk persoon, korporasi juga harus dapat menunjuk dasar adanya alasan yang menghapuskan kesalahan alasan pemaaf. 228 Bila alasan-alasan pemaaf dikaitkan dengan eksistensi korporasi yang tidak memiliki pikiran dan jiwa, apakah korporasi dapat memiliki alasan-alasan pemaaf sehingga kesalahannya menjadi terhapus. Pada dasarnya korporasi juga memiliki alasan-alasan pemaaf. Hanya saja alasan-alasan tersebut tidak tekait dengan syarat adanya suatu keadaan kejiwaan tertentu yang mutlak hanya dapat terjadi pada diri manusia seperti pembelaan terpaksa yang melampaui batas noodwear ekses dan 226 Ibid. 227 Mahrus Ali buku 2, Op Cit, halaman 160. 228

H. Setiono, Op Cit, halaman 114.

Universitas Sumatera Utara 127 pelaksanaan perintah jawabatan tanpa wewenang yang didasari iktikad baik. Oleh karena itu alasan pemaaf harus dicari pada korporasi itu sendiri sesuai dengan sifat kemandirianya. Mungkin sekali terjadi pada diri seseorang terdapat alasan pemaaf tetapi tidak demikan halnya dengan korporasi. Sekalipun yang berbuat orang tersebut telah dianggap sebagai perbuatan korporasi, sekalipun yang berbuat orang tersebut telah dianggap sebagai perbuatan korporasi. 229 Persoalan alasan pemaaf korporasi ini masih diwarnai perbedaan pendapat. Pohan mengatakan bahwa sesuai dengan sifat kemandirian personlijk alasan-alasan peniadaan pidana, harus dicari pada korporasi itu sendiri. Dalam hal ini, mungkin sekali terjadi pada diri seseorang terdapat peniadaan pidana, tetapi tidak demikian halnya pada korporasi, meskipun perbuatan orang tersebut dianggap sebagai perbuatan korporasi. Muladi dalam hal ini menegaskan bahwa alasan-alasan penghapusan pidana tentusaja juga berlaku untuk tindak pidana korporasi. Hal ini tidak hanya terbatas pada AVAS afwezigheid van alle schuld saja melainkan dapat mencakup yang lain misalnya daya paksa overmacht. Dengan nada yang agak lain, Schaffmeister berpendapat bahwa sebagai mana halnya naturlijk persoon, badan hukum juga dapat menunjuk kepada dasar peniadaan hukuman. Namun, tidak selalu ada tempat untuk menunjut dasar peniadaan hukuman badan hukum. Jika semakin 229 Mahrus Ali buku 2, Op Cit, Halaman 163. Universitas Sumatera Utara 128 subjektif kriteria kepelakuan pidana, maka makin semakin sedikit ruang untuk menerima ketiadaan semua kesalahan afwezigheid van alle schuld. 230

B. Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

Pertanggungjawaban pidana kepada korporasi dapat di bebankan dengan melihat terlebih dahulu siapa yang dapat dipertanggungjawabkan, artinya harus diperhatikan dahulu siapa yang dinyatakan sebagai pelaku suatu tindak pidana tertentu. Subjek tindak pidana yang pada umumnya sudah durumuskan oleh pembuat undang-undang. Setelah ditentukannya pelakunya maka selanjutnya mengenai pertanggungjawaban pidana dapat ditempuh melalui tiga sistem pertanggungjawaban pidana : 1. Pengurus Korporasi Sebagai Pembuat dan Penguruslah Yang bertanggung jawab Dalam hal pengurus korporasi sebagai pembuat dan penguruslah yang bertanggung jawab, kepada pengurus korporasi dibebankan kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban yang dibebankan itu sebenarnya adalah kewajiban dari korporasi. Pengurus yang tidak memenuhi kewajiban itu diancam dengan pidana. Sehingga dalam sistem ini terdapat alasan yang menghapuskan pidana. Adapun dasar pemikirannya adalah : korporasi itu sendiri tidak dapat dipertanggungjawabkan 230

H. Setiono, Op Cit, halaman 115.