pusat-pusat perbelanjaan moderen diantaranya: Brastagi sebelumnya dikenal dengan nama Mall The Club Store, Deli Plaza, Sinar Plaza, Menara Plaza, Grand Palladium,
Hong Kong Plaza, Macan Group, Makro, Plaza Medan Fair, Medan Mall, Medan Plaza, Millenium Plaza, Sun Plaza, Thamrin Plaza, Yuki Simpang Raya, dan
Yanglim Plaza www.wikipedia.org.
e. Pusat Pendidikan
Sarana pendidikan di kota Medan telah mencapai 489 unit sekolah negeri dan 1240 unit sekolah swasta untuk tingkat SD, SMP, SMU. Universitas negeri yang
terkenal di Medan yaitu Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan dan Institut Agama Islam Negeri. Sedangkan untuk universitas swasta di Kota Medan
terdapat 18 universitas www.komunitassekolahsumatera.htm.
f. Transportasi
Transportasi sebagai sarana pendukung yang sangat penting, Kota Medan melengkapi diri dengan Jalan Tol Belmera, yang menghubungkan Medan dengan
Belawan dan Tanjung Morawa. Jalan Tol Medan-Lubuk Pakam dan Medan-Binjai yang sedang direncanakan pembangunannya. Untuk sarana angkutan di kota Medan
diantaranya: becak motor, minibus atau biasa juga disebut angkot, sudako, taksi, toyoko dan kendaraan baru yaitu kancil.
Transportasi darat lainnya yaitu kereta api yang menghubungkan Medan dengan Tanjungpura di sebelah Barat Laut, Belawan di sebelah Utara, dan Binjai-
Tebing Tinggi-Pematang Siantar dan Tebing tinggi-Kisaran-Rantau Prapat di Tenggara. Pelabuhan Belawan terletak sekitar 20 km di Utara kota. Bandara
Internasional Polonia yang terletak tepat di jantung kota yang menghubungkan
Universitas Sumatera Utara
Medan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh di Malaysia dan Singapura. Sebuah bandara internasional baru di Kuala Namu
di Kabupaten Deli Serdang dalam perencanaan www.wikipedia.org.
g. Pusat Komunikasi
Kegiatan perdagangan dan bisnis yang terus menerus meningkat baik lokal maupun regionalinternasional dari dan ke Kota Medan dengan seluruh dunia dengan
dukungan PT. TELKOM dan Indosat. Sistem telekomunikasi yang ada, difasilitasi dengan berbagai prasarana dan sarana telekomunikasi yang diperlukan seperti Sentral
Telepon Otomat STO, Stasiun Monitor SM, Sambungan Langsung Internasional SLI, Sambungan Langsung Jarak Jauh SLJJ, maupun Telepon Umum TU.
Adanya sistem telekomunikasi yang didukung satelit ini menjadikan Kota Medan dapat berhubungan dengan berbagai fasilitas telekomunikasi apapun, seperti telepon
genggam handphone, internet, faximile, email dan lain-lain www.welcometomedancity.htm.
2.2. Orang Karo Di Awal Berdirinya Kota Medan 2.2.1. Perpindahan Suku Karo dari Dataran Tinggi ke Dataran Rendah awal
abad ke-17
Di dataran tinggi Karo, pada awal abad ke-17 terjadi gelombang perpindahan berbagai marga dari arah Dairi dan Toba yaitu Barus, Lingga dan Sitepu. Mereka
menetap dan membuat perkampungan atau kuta di dataran rendah di wilayah Deli Tua dan Binjai. Marga Tarigan datang dari Dolok dan Simalungun menuju
Universitas Sumatera Utara
Nagasaribu dan Jupar. Marga Ginting dan marga-marga lainnya datang melalui pegunungan Layo Lingga menuju dataran rendah Binjai Sinar 1998:33-35.
Menurut J.H. Neumann dalam Sinar 1998: 33-35, perpindahan mereka karena adanya desakan dari orang India Tamil yang datang dari arah Singkel dan
Barus yang masuk ke tanah Karo. Hal lain yang mempengaruhi adalah karena tanah di dataran rendah lebih subur daripada di dataran tinggi. Hal ini terjadi karena jumlah
penduduk di dataran rendah mengalami pengurangan akibat peperangan dengan Aceh berkali-kali dalam periode 1539-1640 Sinar 1998: 33-35.
Kemudian pada masa itu yaitu sekitar tahun 1590 salah seorang suku Karo bermarga Sembiring Pelawi, datang mendirikan sebuah kuta yang sekarang dikenal
dengan kota Medan. Dia adalah Guru Patimpus cucu Singa Mahraja yang memerintah Negeri Bakerah di Dataran Tinggi Karo Sinar 1998: 34.
2.2.2. Terbentuknya Kota Medan Oleh Guru Patimpus 1590
Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590. Guru Patimpus adalah seorang Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri dari
Datuk Pulo Brayan. Kata ”medan” sendiri dalam bahasa Karo disebut madan yang berarti ”menjadi sehat” ataupun ” lebih baik”. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa Guru Patimpus adalah seorang Tabib dalam pengobatan tradisional Karo www.wikipedia.org.
Awal mula terbentuknya kota Medan, dalam buku ”Sedjarah Medan Tempo Doeloe” Sinar 1998:42-45 ditandai dengan perjalanan Guru Patimpus dalam
mencari ilmu. Pada suatu saat dia mendengar bahwa di suatu negeri ada seorang
Universitas Sumatera Utara
Datuk yang sangat tinggi ilmunya yaitu Datuk Kota Bangun. Guru Patimpus sangat ingin menguji kemampuannya, oleh sebab itu dia dan pengikutnya kemudian
melakukan perjalanan sampai ke arah hilir Kuala Sungai Sikambing. Dia menetap di sana selama kurang lebih tiga bulan, barulah dia menemui Datuk Kota Bangun.
Setelah bertemu dan ”mengadu” ilmu, Guru Patimpus mengakui kehebatan Datuk Kota Bangun. Kemudian dia dan pengikutnya masuk Islam dan mempelajari
agama Islam dengan Datuk Kota Bangun. Saat melakukan perjalanan di kampung Pulo Berayan, yang pada saat itu dipimpin oleh seorang raja bermarga Tarigan.
Kemudian Guru Patimpus menikah dengan putri raja tersebut, dan mendirikan kuta yang ke-12 dari kuta-kuta yang didirikan olehnya yaitu yang dikenal dengan Kota
Medan sekarang. Medan pertama kali ditempati oleh orang-orang Suku Karo. Hanya setelah
penguasa Aceh, Sultan Iskandar Muda, mengirimkan panglimanya yaitu Gocah Pahlawan Bergelar Laksamana Khoja Bintan untuk menjadi wakil Kerajaan Aceh di
Tanah Deli, barulah kerajaan Deli mulai berkembang. Di masa pemerintahan Sultan Deli kedua, Tuanku Panglima Parunggit terjadi sebuah perang di Medan. Sejak saat
itu yaitu dari tahun 1669-1698, Medan menjadi pembayar upeti kepada Sultan Deli Prinst 1996: 11.
2.2.3. Perkembangan Kota Medan Sejalan dengan Berkembangnya Perkebunan Tembakau Deli 1863-1915
Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an, ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau.
Universitas Sumatera Utara
Jacob Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli. Nienhuys yang sebelumnya
berbisnis tembakau di Jawa, pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli
www.wikipedia.org. Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas
4.000 Bahu di Tanjung Spassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Nienhuys mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam Belanda untuk diuji kualitasnya.
Ternyata, daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Melambunglah nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik
www.wikipedia.org. Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun
1865. Selang dua tahun, Nienhuys bersama Jannsen, P.W. Clemen, dan Cremer mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan.
Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli, tepatnya di
kantor PTPN II sekarang www.wikipedia.org. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat
aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan
perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang. Mereka kemudian membuka perkebunan
Universitas Sumatera Utara
baru di daerah Martubung, Sunggal pada tahun 1869, serta sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875 www.wikipedia.org.
2.3. Persebaran Penduduk di Kota Medan 2.3.1. Jumlah Penduduk di Kota Medan Berdasarkan Suku, Agama dan Jenis
Kelamin
Jumlah penduduk kota Medan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang berarti. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2006 BPS Kota Medan 2006,
diperoleh laju pertumbuhan penduduk kota medan tahun 1990-2000 9 tahun 8 bulan sebesar 0,96 per tahun. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk 1980-1990 yang sebesar 2,33 per tahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 5,34 per
tahun. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah ada di Kecamatan Medan Polonia yang tercatat sebesar – 1,95 per tahun BPS Kota Medan 2006.
Perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan dari hasil sensus penduduk tahun 2006 di Kota Medan sebesar 98,71, artinya jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 100 orang perempuan didampingi oleh 98 orang laki-laki. Kecamatan yang memiliki
perbandingan di atas 100 yaitu Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan. Kecamatan yang menempati posisi sebagai kecamatan dengan
angka perbandingan terendah yaitu Kecamatan Medan Baru BPS Kota Medan 2006.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, Islam menjadi agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Kota Medan yaitu sebesar 67,83 . Kemudian diurutan kedua dan ketiga menyusul
pemeluk agama Protestan dan agama Budha sebesar 18,13 dan 10,40 . Presentase penduduk menurut agama tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut
BPS Kota Medan 2006. Tabel 1. Persentase Penduduk Menurut Agama Tahun 2006
No. Agama
Penduduk Jumlah
Jiwa Laki-laki
Perempuan 1.
Islam 68,11
67,56 67,83
2. Khatolik
2,87 2,91
2,89 3.
Protestan 17,95
18,32 18,13
4. Hindu
0,66 0,69
0,68 5.
Buddha 10,34
10,45 10,40
6. Lainnya
0,07 0,07
0,07
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2006 Dari data sensus penduduk tahun 2006, penduduk yang bersuku Jawa menjadi
suku yang dominan mendiami wilayah Kota Medan sebesar 33,03 . Kemudian disusul oleh suku Batak TapanuliToba sebesar 19,21 , Cina sebesar 10,65 , suku
Mandailingangkola sebesar 9,36 , suku Minang sebesar 8,60 , suku Melayu 6,59 dan suku karo sebesar 4,10 . Persentase penduduk berdasarkan suku bangsa
dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Persentase Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2006
No. Suku bangsa
Penduduk Jumlah
Jiwa Laki-laki
Perempuan 1.
Jawa 33,02
33,03 33,03
2. Batak Toba, Batak Tapanuli
19,06 19,35
19,21 3.
Cina 10,65
10,66 10,65
4. Mandailing dan Angkola
9,37 9,36
9,36 5.
Minang 8,72
8,48 8,60
6. Melayu
6,57 6,62
6,59 7.
Karo 4,01
4,20 4,10
8. Aceh
2,92 2,65
2,78 9.
Simalungun 0,68
0,70 0,69
10. Nias
0,80 0,58
0,69 11.
Pakpak 0,35
0,34 0,34
12. Lainnya
3,88 4,03
3,95
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2006
2.3.2. Pembagian Wilayah Kota Medan Menjadi Kecamatan dan Kelurahan
Wilayah kota medan berdasarkan Surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor. 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 dibagi
menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Data mengenai pembagian Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan Tahun 2006
No. Kecamatan
Kelurahan Jumlah penduduk
Jiwa 1.
Medan Tuntungan Simalingkar B, Simpang Selayang, Tanjung Selamat,
Kuala Bekala. 68.983
2. Medan Johor
Pangkalan Mashur, Gedung Johor, Titi Kuning, Kedai Durian.
113.593 3.
Medan Amplas Amplas, Bangun Mulia, Harjosari II, Harjosari, Sitirejo,
Sitirejo III, Timbang Deli. 111.771
4. Medan Denai
Binjai, Medan Tenggara, Teladan Timur, Tegal Sari Mandala III, Teladan Barat, Pasar Merah Barat.
137.690 5.
Medan Area Kotamatsum I, Kotamatsum II, Kotamatsum IV, Pandau
Hulu II, Pasar Merah Timur, Sei Rengas II, Sei Rengas Permata, Sukaramai II, Sukaramai, Tegal Sari I, Tegal
Sari II, Tegal Sari III. 107.558
6. Medan Kota
Sei Rengas I, Pusat Pasar, Pandau Hilir, Sidoadi, Aur, Kota, Pasar Baru, Gang Buntu, Tegal Sari Mandala I,
Suka Ramai II, Sei Rengas II. 82.982
7. Medan Maimun
Darat, Hamdan, Jati, Anggrung, Suka Damai, Kota Matsum IV.
48.958 8.
Medan Polonia Polonia, Sari Rejo, Kampung Baru, Sitirejo I, Siti Rejo II
52.034 9.
Medan Baru Babura, Darat, Merdeka, Padang Bulan, Petisah Hulu, Titi
Rante. 43.524
10. Medan Selayang
Beringin, Tanjung Sari, Tanjung Selamat, Padang Bulan Selayang I, Padang Bulan Selayang II.
48.208 11.
Medan Sunggal Sei Sikambing B, Sunggal, Tanjung Rejo, Simpang
Tanjung. 108.496
12. Medan Helvetia
Tanjung Gusta, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwikora, Cinta Damai, Sei Sikambing C II, Sei Sikambing
D. 142.187
13. Medan Petisah
Petisah Tengah, Sei Putih Timur I, Sei Putih Tengah, Sei Putih Timur II, Sei Putih Barat, Sei Sikambing D, Sekip.
67.057 14.
Medan Barat Glugur Kota, Karang Berombak, Kesawan, Pulo Brayan
Kota, Sei Agul, Silalas. 77.867
15. Medan Timur
Pulo Brayan Darat, Pulo Brayan Darat II, Pulo Brayan Kota, Glugur Darat II, Gkugur Kota, Durian, Sidorame
Barat II, Sidorame Timur, Tegal Rejo, Indra Kasih, Pulo Brayan Bengkel.
112.108
16. Medan
Perjuangan Sei Kera Hilir, Sei Kera Hilir II, Sei Kera Hulu, Pahlawan,
Sidorejo Hilir, Sei Mati, Pandau Hulu, Pandau hulu II, Pandau Hilir.
103.759
17. Medan Tembung
Bandar Selamat, Tembung, Bantan, Bantan Timur, Tegal Sari Mandala I, Sukaramai II, Se Rengas II.
139.065 18.
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir, Titi Papan, Tanjung Mulia, Tanah
Enam Ratus, Kota Bangun. 145.714
19. Medan Labuhan
Sungai Mati, Labuhan Deli, Kampung Besar, Martubung, Pekan Lahan.
104.829 20.
Medan Marelan Rengas Pulau, Terjun, Titi papan, Tanah Enam Ratus,
Kampung Besar. 121.716
21. Medan Belawan
Belawan Sicanang, Belawan Bahagia, Belawan II, Belawan Bahari, Belawan Pekan Labuhan, Bagan Deli.
94.735 JUMLAH
2.067.288
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
2.4. Orang Karo di Kota Medan Saat Ini 2.4.1. Persebaran Orang Karo di Wilayah Kecamatan Kota Medan
Salah satu suku yang mendominasi populasi di kota Medan adalah suku Karo, yang merupakan suku yang mendirikan kota Medan. Persebaran orang Karo di
kecamatan-kecamatan kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Persebaran Orang Karo di Kota Medan
No. Kecamatan
Luas Wilayah km
2
Jumlah Orang karo Jiwa 1.
Medan Tuntungan 20.6
21.942 2.
Medan Johor 12.81
11.315 3.
Medan Amplas 14.58
2.512 4.
Medan Denai 11.17
658 5.
Medan Area 9.05
607 6.
Medan Kota 7.99
623 7.
Medan Maimun 5.27
481 8.
Medan Polonia 5.52
1.163 9.
Medan Baru 5.84
7.985 10.
Medan Selayang 9.01
12.511 11.
Medan Sunggal 2.98
4.350 12.
Medan Helvetia 15.44
5.237 13.
Medan Petisah 13.16
1.175 14.
Medan Barat 6.82
799 15.
Medan Timur 5.33
1.251 16.
Medan Perjuangan 7.66
1.063 17.
Medan Tembung 4.09
1.357 18.
Medan Deli 20.84
781 19.
Medan Labuhan 36.67
832 20.
Medan Marelan 23.82
111 21.
Medan Belawan 26.25
1.376 Jumlah
265.10 78.128
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa populasi terbesar orang Karo ada di kecamatan Medan Sunggal, yaitu setiap 1 km
2
ditempati oleh ±1450 orang, Kecamatan ini meliputi Kalurahan Sei Sikambing B, Sunggal, Tanjung Rejo,
Simpang Tanjung. Menyusul kecamatan Medan Selayang, yaitu setiap 1 km
2
ditempati oleh ± 1388 orang, Kecamatan ini meliputi Kelurahan Beringin, Tanjung
Sari, Tanjung Selamat, Padang Bulan Selayang I, Padang Bulan Selayang II
.
Kemudian kecamatan Medan Baru yaitu setiap 1 km
2
ditempati oleh ± 1367 orang,
Kecamatan ini meliputi Kelurahan Babura, Darat, Merdeka, Padang Bulan, Petisah Hulu, Titi Rante
.
Sedangkan minoritas penduduk suku Karo tinggal di kecamatan Medan Denai, yaitu setiap 1 km
2
ditempati oleh 58 orang, Kecamatan ini meliputi Kelurahan
Binjai, Medan Tenggara, Teladan Timur, Tegal Sari Mandala III, Teladan Barat, Pasar Merah Barat. Pada setiap kecamatan tersebut, didiami oleh banyak
variasi orang karo berdasarkan daerah asal mereka yang erat hubungannya dengan adat dan upacara perkawinan.
2.4.2. Klasifikasi Orang Karo
Adanya klasifikasi orang Karo ke dalam 7 tujuh kelompok erat kaitannya dengan adat dan upacara perkawinan. Kelompok-kelompok ini dibuat berdasarkan
daerah asal usul mereka. Kelompok-kelompok itu diantaranya adalah:
a. Karo GugungTeruh Deleng
Karo Gugung atau Teruh Deleng secara bahasa berarti di bawah kaki gunung. Oleh sebab itu disebut juga Karo Gunung, yaitu suku Karo yang berdomisili atau
berasal dari wilayah gunung yaitu dari daerah Kuta Buluh, dan Tiga Nderket. Orang
Universitas Sumatera Utara
Karo gugung dianggap paling mengerti dan memahami adat Karo karena dari sanalah awal mula suku Karo berkembang. Salah satu dialek bahasa Karo berasal dari
wilayah ini, yang disebut dengan ”Cakap Karo Gunung-gunung” digunakan juga di daerah Munte, Juhar, Tiga Binanga, Kutabuluh dan Mardinding Bangun, 1990:25.
b. Karo Timur