Datuk yang sangat tinggi ilmunya yaitu Datuk Kota Bangun. Guru Patimpus sangat ingin menguji kemampuannya, oleh sebab itu dia dan pengikutnya kemudian
melakukan perjalanan sampai ke arah hilir Kuala Sungai Sikambing. Dia menetap di sana selama kurang lebih tiga bulan, barulah dia menemui Datuk Kota Bangun.
Setelah bertemu dan ”mengadu” ilmu, Guru Patimpus mengakui kehebatan Datuk Kota Bangun. Kemudian dia dan pengikutnya masuk Islam dan mempelajari
agama Islam dengan Datuk Kota Bangun. Saat melakukan perjalanan di kampung Pulo Berayan, yang pada saat itu dipimpin oleh seorang raja bermarga Tarigan.
Kemudian Guru Patimpus menikah dengan putri raja tersebut, dan mendirikan kuta yang ke-12 dari kuta-kuta yang didirikan olehnya yaitu yang dikenal dengan Kota
Medan sekarang. Medan pertama kali ditempati oleh orang-orang Suku Karo. Hanya setelah
penguasa Aceh, Sultan Iskandar Muda, mengirimkan panglimanya yaitu Gocah Pahlawan Bergelar Laksamana Khoja Bintan untuk menjadi wakil Kerajaan Aceh di
Tanah Deli, barulah kerajaan Deli mulai berkembang. Di masa pemerintahan Sultan Deli kedua, Tuanku Panglima Parunggit terjadi sebuah perang di Medan. Sejak saat
itu yaitu dari tahun 1669-1698, Medan menjadi pembayar upeti kepada Sultan Deli Prinst 1996: 11.
2.2.3. Perkembangan Kota Medan Sejalan dengan Berkembangnya Perkebunan Tembakau Deli 1863-1915
Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an, ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau.
Universitas Sumatera Utara
Jacob Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli. Nienhuys yang sebelumnya
berbisnis tembakau di Jawa, pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli
www.wikipedia.org. Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas
4.000 Bahu di Tanjung Spassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Nienhuys mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam Belanda untuk diuji kualitasnya.
Ternyata, daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Melambunglah nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik
www.wikipedia.org. Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun
1865. Selang dua tahun, Nienhuys bersama Jannsen, P.W. Clemen, dan Cremer mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan.
Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli, tepatnya di
kantor PTPN II sekarang www.wikipedia.org. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat
aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan
perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang. Mereka kemudian membuka perkebunan
Universitas Sumatera Utara
baru di daerah Martubung, Sunggal pada tahun 1869, serta sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875 www.wikipedia.org.
2.3. Persebaran Penduduk di Kota Medan 2.3.1. Jumlah Penduduk di Kota Medan Berdasarkan Suku, Agama dan Jenis
Kelamin
Jumlah penduduk kota Medan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang berarti. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2006 BPS Kota Medan 2006,
diperoleh laju pertumbuhan penduduk kota medan tahun 1990-2000 9 tahun 8 bulan sebesar 0,96 per tahun. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk 1980-1990 yang sebesar 2,33 per tahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 5,34 per
tahun. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah ada di Kecamatan Medan Polonia yang tercatat sebesar – 1,95 per tahun BPS Kota Medan 2006.
Perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan dari hasil sensus penduduk tahun 2006 di Kota Medan sebesar 98,71, artinya jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 100 orang perempuan didampingi oleh 98 orang laki-laki. Kecamatan yang memiliki
perbandingan di atas 100 yaitu Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan. Kecamatan yang menempati posisi sebagai kecamatan dengan
angka perbandingan terendah yaitu Kecamatan Medan Baru BPS Kota Medan 2006.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, Islam menjadi agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Kota Medan yaitu sebesar 67,83 . Kemudian diurutan kedua dan ketiga menyusul
pemeluk agama Protestan dan agama Budha sebesar 18,13 dan 10,40 . Presentase penduduk menurut agama tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut
BPS Kota Medan 2006. Tabel 1. Persentase Penduduk Menurut Agama Tahun 2006
No. Agama
Penduduk Jumlah
Jiwa Laki-laki
Perempuan 1.
Islam 68,11
67,56 67,83
2. Khatolik
2,87 2,91
2,89 3.
Protestan 17,95
18,32 18,13
4. Hindu
0,66 0,69
0,68 5.
Buddha 10,34
10,45 10,40
6. Lainnya
0,07 0,07
0,07
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2006 Dari data sensus penduduk tahun 2006, penduduk yang bersuku Jawa menjadi
suku yang dominan mendiami wilayah Kota Medan sebesar 33,03 . Kemudian disusul oleh suku Batak TapanuliToba sebesar 19,21 , Cina sebesar 10,65 , suku
Mandailingangkola sebesar 9,36 , suku Minang sebesar 8,60 , suku Melayu 6,59 dan suku karo sebesar 4,10 . Persentase penduduk berdasarkan suku bangsa
dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Persentase Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2006
No. Suku bangsa
Penduduk Jumlah
Jiwa Laki-laki
Perempuan 1.
Jawa 33,02
33,03 33,03
2. Batak Toba, Batak Tapanuli
19,06 19,35
19,21 3.
Cina 10,65
10,66 10,65
4. Mandailing dan Angkola
9,37 9,36
9,36 5.
Minang 8,72
8,48 8,60
6. Melayu
6,57 6,62
6,59 7.
Karo 4,01
4,20 4,10
8. Aceh
2,92 2,65
2,78 9.
Simalungun 0,68
0,70 0,69
10. Nias
0,80 0,58
0,69 11.
Pakpak 0,35
0,34 0,34
12. Lainnya
3,88 4,03
3,95
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2006
2.3.2. Pembagian Wilayah Kota Medan Menjadi Kecamatan dan Kelurahan