Karo gugung dianggap paling mengerti dan memahami adat Karo karena dari sanalah awal mula suku Karo berkembang. Salah satu dialek bahasa Karo berasal dari
wilayah ini, yang disebut dengan ”Cakap Karo Gunung-gunung” digunakan juga di daerah Munte, Juhar, Tiga Binanga, Kutabuluh dan Mardinding Bangun, 1990:25.
b. Karo Timur
Karo Timur adalah orang Karo yang tinggal di wilayah timur jika dilihat dari arah mata angin. Wilayah timur ini meliputi daerah Cingkes, Gunung Meriah dan
Bangun Purba. Sebagian lagi mengatakan bahwa wilayah Deli Serdang adalah termasuk wilayah Karo Timur.
c. Karo JaheKaro Dusun
Istilah Karo Jahe mempunyai makna tersendiri. Pada umumnya mereka tinggal dan berasal dari daerah-daerah kabupaten di sekitar kota Medan, yaitu daerah
Lau Cih atau Namo Gajah, Deli Tua dan Sibolangit. Tetapi yang membuat mereka disebut Karo Jahe adalah karena seringkali mereka ini telah dipengaruhi oleh
kehidupan non- Karo. Mereka tidak dapat berbahasa Karo dengan baik, oleh karena itu salah satu dialek dalam bahasa Karo berasal dari daerah ini yang disebut ”Cakap
Kalak Karo Jahe”, digunakan juga di wilayah Pancur Batu, Biru-biru, Lau Bekerei, Namu Rambe dan daerah Langkat Hulu Bangun, 1990:25.
d. Karo Langkat
Karo Langkat adalah orang karo yang tinggal di wilayah Kabupaten Langkat yaitu di daerah Nambiki, Sunggal, Tanjung Gusta, dan lain-lain. Orang Karo langkat
mayoritas adalah pemeluk agama Islam karena telah banyak terjadi perkawinan
Universitas Sumatera Utara
campur dengan suku melayu. Kebanyakan orang Karo Langkat tidak lagi menjalankan adat secara penuh, hal ini karena pengaruh dari agama Islam.
e. Singalor Lau
Singalor Lau menurut bahasa berarti mengikuti aliran air, oleh sebab itu wilayahnya lebih ke dataran rendah atau di daerah hilir sungai. Daerah-daerah
tersebut yaitu Tiga Binanga dan Juhar.
f. Karo Baluren
Secara bahasa baluren berarti lembah, aratinya Karo Baluren adalah orang yang tinggal di Lembah. Sebagian orang Karo Baluren berasal dari Kabupaten-
kabupaten di Provinsi Aceh, dan sebagian lagi berasal dari Kabupaten Dairi.
g. Urung Julu
Urung Julu berarti bergerak ke atas atau ke hulu sungai, artinya orang Urung Julu adalah orang Karo yang menetap di wilayah hulu sungai. Wilayah tersebut
yaitu daerah Suka, Berastagi dan Sepuluh Dua Kuta. Salah satu dialek bahasa Karo berasal dari daerah ini yang disebut ”Cakap Orang Julu”, digunakan juga di daerah
Kabanjahe, Tiga Panah, Barus Jahe, Simpang Empat dan Payung Bangun, 1990:25..
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Peta Wilayah 7 tujuh Klasifikasi Orang Karo
Keterangan: I
= Karo Gugung II
= Karo Timur III
= Karo Jahe IV
= Karo Langkat V
= Singalor lau VI
= Karo Baluren VII
= Urung Julu
Universitas Sumatera Utara
BAB III JENIS, PENERIMA, UPACARA PENENTUAN DAN PENYERAHAN
MAS KAWIN
3.1. Jenis-jenis Mas Kawin Pada Orang Karo
Mas kawin pada orang Karo dapat dikelompokkan ke dalam 21 dua puluh satu jenis yaitu batang unjuken, tukur, ulu emas, rudang-rudang, senina
singakuiranan, bere-bere, perkempun, perbibin, perkembaren, sirembah kulau, bena emas, inget-inget, sikelang, ciken-ciken, tebus tulan, anakberu silatih, tegun beru,
simajek lape-lape, gamber inget-inget, buka-buka, dan pertudungen. Dari 21 dua puluh satu jenis mas kawin tersebut sebagian besar diserahkan kepada kelompok
kerabat dari garis keturunan ibu. Sedangkan kelompok kerabat penerima mas kawin dari garis ayah sebagian besar juga diterima oleh pihak perempuan.
Arti dari jenis-jenis mas kawin baik secara harafiah maupun dalam konteks mas kawin menggambarkan posisi dan kedudukan juga tugas dan
tanggungjawab pihak-pihak yang menerima mas kawin terhadap kehidupan pengantin perempuan dan laki-laki, bahkan sejak mereka dilahirkan sampai mereka
mati. Mas kawin bagi orang Karo diumpamakan dengan tubuh manusia dalam hal ini tubuh pengantin perempuan yaitu tulang dan daging. Tulan atau tulang, bagian
mas kawin yang tidak dapat dibagi diserahkan kepada keluarga inti karena posisinya yang tidak dapat diganti. Jukut atau daging, bagian mas kawin yang dapat dibagi
diserahkan kepada pihak kerabat lainnya sebagai wujud penghargaan. Hal ini menggambarkan bahwa mas kawin diserahkan sebagai pengganti tubuh pengantin
Universitas Sumatera Utara