Ersukat Emas JENIS, PENERIMA, UPACARA PENENTUAN DAN PENYERAHAN

b. Ersukat Emas

Ersukat emas atau mengukur emas, artinya memberikan ukuran atau gantang tumba mas kawin kepada pihak-pihak yang menerima. Uang diserahkan dengan cara disisipkan di dalam sirih dan diletakkan di atas sebuah pinggan pasu yang didalamnya juga berisi beras meciho, telur ayam putih yang berlapiskan uis arinteneng. Pinggan pasu maknanya agar keluarga baru tersebut selalu menerima doa restu yang baik atau pasu-pasu dari semua anggota kerabat. Beras meciho atau beras putih dan telur ayam maknanya agar keluarga baru tersebut serasi dan menerima kemuliaan. Sirih melambangkan penghormatan kepada pihak kerabat bahwa peranan mereka dalam kehidupan keluarga baru tersebut sangatlah penting karena daun sirih adalah daun yang mempunyai banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan uis arinteneng atau kain yang menentramkan, maknanya agar semua pihak kerabat ikut menjaga ketentraman dan keamanan keluarga baru tersebut. Sebelum itu ditanyakan kembali siapa-siapa saja dalam pesta tersebut yang akan menerima mas kawin. Dalam proses acara ersukat emas ini akan ada pembicaraan sebagai berikut. Anakberu siempo A : ” Enggo dung. Adi bage enggo banci kita ersukat emas ?”. ”Sudah selesai. Kalau begitu sudah bisa kita mengukur emas ?” terjemahan bebas oleh Zakaria Ginting. Anakberu sinereh B : ” Enggo ”. A : ” Enta dage sukat-sukat ”. ”Mintalah ukur-ukurannya ” terjemahan bebas oleh Zakaria Ginting. Universitas Sumatera Utara Anakberu siempo meminta tempat untuk menjalankan mas kawin kepada anakberu sinereh, kemudian diberikanlah pinggan pasu beserta isinya yaitu beras meciho, belo bujur, telur ayam putih yang dialasi uis arinteneng. A : ” Piga kali biasana erdalan, uga sangap bas kalimbubundu ?”. ”Berapa kali biasanya berjalan, bagaimana mujur pada kalimbubu kalian?” terjemahan bebas oleh Zakaria Ginting. B : ” Telu kali .” A : ” Uga rupa si telu ?” ”Bagaimana tentang ketiga itu?” terjemahan bebas oleh Zakaria Ginting. B : ” Enta lebe ”. ”Seperti ini terlebih dahulu.” 1. Unjuken 2. Rudang-rudang 3. Senina ku ranan A : ” Endi ” Maka diambillah sirih satu ikat, kemudian disisipkan ulu emas, rudang-rudang dan senina ku ranan . A : ” Peduaken kai ka ?”. ”Apalagi yang kedua?” terjemahan oleh Zakaria Ginting. B : ” Peduaken enta si man alonken kalimbubu si telu sada dalanen, emkap : ”yang kedua untuk yang diterima kalimbubu sitelu sada dalanen , yaitu: 1. Bere-bere 2. Perkempun 3. Perbibin terjemahan oleh Zakaria Ginting. A : ” Endi ” dibuatlah tiga ikat sirih, dan disisipkan dalam tiap ikat untuk bere-bere, perkempun dan perbibin. B : ” Enta 55 oleh Zakaria Ginting .” A : ” Peteluken kai ka ?”. ”Apa yang ke tiga?” terjemahan 56 . 55 Enta adalah ekspresi menerima dengan menyodorkan tangan untuk menerima pemberian. 56 Pembicaraan selanjutnya dapat dilihat dalam Box. 13 BOX. 13 B : ” Peteluken enta perkembaren, bage pegamber inget-inget ”. ”yang ketiga yaitu untuk perkembaren , demikian juga gamber inget-inget ” terjemahan oleh Zakaria Ginting. A : ” Endi .” B : ” Enta .” A : ” Adi enggo bage kai nari akapndu si tading lupanta ?”. ”Kalu sudah begitu apalagi menurut kalian yang ketinggalan?” terjemahan oleh Zakaria Ginting. B : ” Akap kami enggo dung .” ”Menurut kami sudah selesai.” terjemahan oleh Zakaria Ginting. Universitas Sumatera Utara Setelah semua bagian mas kawin dibagikan, maka acara selanjutnya adalah perlandek mereken telah-telah yaitu menari dan memberikan petuah atau nasehat. Kemudian dilanjutkan dengan pedalan luah kalimbubu yaitu menyerahkan hadiah dari kalimbubu kepada kedua mempelai. Universitas Sumatera Utara

BAB IV MAS KAWIN BAGI ORANG KARO

4.1. Pengertian Mas Kawin Bagi Orang Karo

Ada banyak pengertian mas kawin pada orang Karo. Menurut bapak A. Sitepu 57 Seorang informan lain juga mengatakan pengertian mas kawin adalah sebagai sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pihak pengantin laki-laki kepada kelompok kerabat pihak pengantin perempuan sebagai tanda bahwa sang pengantin wanita telah menjadi anggota keluarga baru bagi kelompok kerabat pihak pengantin laki-laki. Mas kawin juga merupakan pengingat kepada kedua mempelai bahwa mas kawin adalah sebagai utang adat yang harus dibayar agar perkawinan dianggap syah. Sebuah pesta perkawinan dapat saja ditunda pelaksanaannya akan tetapi pemberian mas kawin tidak dapat ditunda. ”mas kawin tentu saja adalah utang adat, karena utang maka harus dibayar, boleh saja kam tunda pesta kalau memang tak ada biaya, tapi tidak dengan mas kawin. Begitu melamar saja sudah ditanya berapa batang unjuken, berapa rudang-rudang, berapa perkempun, berapa perbibin....” Utang adat yang dimaksud A. Sitepu adalah bahwa dalam prosesi perkawinan seseorang melalui tahapan-tahapan agar perkawinannya tersebut menjadi syah. Salah satu tahapan tersebut adalah upacara adat yang dimulai dengan membayar mas kawin. Oleh sebab itu jika mas kawin tidak dibayarkan maka secara adat mereka belum dianggap syah, walaupun mungkin secara hukum agama dan negara telah dianggap syah. 57 A. Sitepu adalah seorang guru yang tinggal di Jalan. Jamin Ginting Pasar. V. P. Bulan Medan, dia berasal dari kelompok Karo Langkat. Universitas Sumatera Utara