Utang PPN PPN Keluaran XXX
Piutang PPN PPN Masukan XXX
PPN kurang
dibayar XXX
PPN kurang
dibayar XXX
KasBank XXX
Bila PPN masukan lebih besar berarti ada kelebihan setoran, jurnalnya penutupnya :
PPN keluaran
XXX PPN
lebih bayar
XXX PPN
masukan XXX
PPN yang lebih bayar akan dikompensasikan dengan pajak yang berikutnya.
Namun apabila PPN tidak dapat diperlakukan sebagai kredit pajak, maka harus diperlakukan sebagai biaya. Jurnalnya menjadiseperti berikut :
DPP PPN
XXX Piutang PPN PPN Masukan
XXX Hutang
Usaha XXX
Biaya PPN
Masukan XXX
Piutang PPN PPN Masukan XXX
2.2.6 Pajak Pertambahan Nilai atas Sewa Guna Usaha
PPN atas sewa guna usaha leasing menurut Surat Direktur Jenderal Pajak No.S-328PJ.531995, mengenai perubahan jadwal
pembayaran sewa guna usaha, diuraikan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan pasal 9 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 tentang pelaksanaan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1983
Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang –
Undang Nomor 11 Tahun 1994, maka jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi adalah merupakan jenis
jasa yang tidak dikenakan PPN. 2.
Berdasarkan Pasal 3 huruf b keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169KMK.011991 tangal 27 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa
Guna Usaha leasing, maka masa sewa guna usaha adalah sekurang – kurangnya 2 dua tahun untuk barang modal Golongan I dan 3 tiga
tahun untuk barang modal golongan Bangunan. 3.
Berdasarkan butir B.3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10PJ.421994, maka dalam lessor dan lessee membuat perjanjian
sewa guna usaha dengan hak opsi namun masanya tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam pasal 3 huruf b Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1169KMK.011991, perlakuan PPN terhadap perjanjian tersebut sama dengan perlakuan PPN terhadap perjanjian
sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease. Dengan demikian,
atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa guna usaha tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee terutang PPN, dan lessor harus dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak PKP. 4.
Berdasarkan butir 1 sampai dengan 3 tersebut diatas, maka apabila perubahan jadwal pembayaran dalam kegiatan sewa guna usaha tetapi
hal tersebut tidak mengubah masa sewa guna usaha menjadi lebih singkat dari yang telah disyaratkan, sewa guna usaha dengan hak opsi
tidak berubah menjadi sewa guna usaha tanpa hak opsi. Dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No.1169KMK.011991
pasal 15 disebutkan bahwa atas penyerahan jasa kena pajak pada transaksi financial lease, dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Sedangkan dalam pasal 1 huruf b angka 1 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, disebutkan bahwa penyerahan barang kena pajak karena
perjanjian leasing adalah penyerahan yang dikenakan PPN. Yang menjadi soal adalah siapa diantara lessee dan lessor yang berhak untuk
mengkreditkan pajak masukan PPN. Dengan perkataan lain, nama dan NPWP siapa yang tercantum dalam faktur pajak. Oleh karena barang modal
tersebut digunakan oleh lessee dalam produksi, maka dialah yang berhak mengkreditkan pajak masukan. Dengan demikian, faktur pajak barang
modal adalah atas nama dan NPWP lessee tersebut. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2009 tentang
Perubahan ketiga Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
penjualan atas Barang Mewah dalam pasal 1A ayat 1 huruf b disebutkan bahwa yang termasuk dalam pengertian peyerahan barang kena pajak adalah
: pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli danatau perjanjian sewa guna usaha leasing. Yang dimaksud dengan “pengalihan
Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna usaha leasing” adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha leasing dengan hak opsi. Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian sewa guna
usaha leasing dengan hak opsi, Barang Kena Pajak dianggap diserahkan langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok supplier kepada pihak yang
membutuhkan barang lessee. Berikut ini adalah skema perlakuan PPN atas penyerahan sewa
guna usaha dengan hak opsi : Gambar 1 : Skema perlakuan PPN atas Financial Lease
Sumber : Sukardji, Untung., 2006, Pajak Pertambahan Nilai, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal.514
SUPPLIER
LESSOR LESSEE
BANK
1 2
5 3
6 7
10 9
8 4
Keterangan : 1.
Perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi ditandatangani oleh lessor dan lessee.
2. Lessor menyerahkan jasa sewa guna usaha dengan hak opsi kepada
lessee yang berdasarkan pasal 4A UU PPN 1984 jo pasal 9 PP No.501994 tidak dikenakan PPN, sehingga lessor non PKP.
3. Perjanjian jual beli barang modal sebagai objek perjanjian sewa guna
usaha dengan hak opsi ditandatangani oleh supplier dan lessor. 4.
Penyerahan secara fisik barang modal kepada lessee sesuai dengan permintaan lessor.
5. Penyerahan secara yuridis barang modal kepada lessor selaku
pemegang hak milik atas barang modal yang menjadi objek perjanjian. 6.
Supplier membuat dan menyerahkan faktur pajak atas nama “Lessor q.q. Lessee”.
7. Lessor membayar PPN kepada supplier, tetapi PPN ini merupakan
pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan oleh lessor karena lessor bukan PKP.
8. Untuk membeli barang modal, lessor mengambil kredit dari bank.
9. Faktur pajak atas nama “Lessor q.q. Lessee”, diserahkan oleh lessor
kepada lessee supaya pajak masukannya dapat dikreditkan oleh lessee.
10. Karena lessee menerima faktur pajak atas nama “Lessor q.q. Lessee”
sehingga pajak masukan dapat dikreditkan, maka lessee mengembalikan uang pembayaran PPN kepada lessor.
2.2.7 Laporan Keuangan Fiskal