Analisis Transaksi Sewa Guna Usaha dengan Bank Permata berdasarkan Peraturan Pajak

digolongkan sebagai barang modal golongan II dan masa sewa guna usaha untuk barang modal golongan II sekurang-kurangnya 3 tahun. Masa sewa guna usaha menurut perjanjian adalah 24 bulan 2 tahun, maka kriteria 2 sebagai transaksi capital lease tidak terpenuhi. Kriteria 3 : Menurut perjanjian sewa guna usaha, lessee memiliki hak opsi untuk membeli aktiva sewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha, maka kriteria 3 sebagai transaksi capital lease terpenuhi. Kesimpulan akhir : Karena ada salah satu kriteria yang tidak terpenuhi yaitu kriteria 2 maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1169KMK.011991 pasal 3 transaksi sewa guna usaha atas 1 unit Komatsu PC200-7 tidak dapat dikategorikan sebagai transaksi capital lease. Dijelaskan pula pada pasal 16 huruf d Kepmen Keuangan RI No.116KMK.011991 “ dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang telah ditentukan pada pasal 3 keputusan ini, Direktur Jendral Pajak melakukan Koreksi atas pembebanan biaya sewa guna usaha. Surat Edaran Dirjen Pajak : SE-10PJ.421994 No.2.3 dijelaskan “Dalam hal pihak lessor dan lessee menjadi lebih singkat dari ketentuan yang berlaku, kecuali terjadi karena force lessee majeur, maka ketentuan perpajakan atas kontrak finance lease tersebut harus diubah dan diperlakukan sebagai operating lease”.

4.3.3.4 Analisis Peneliti atas Transaksi Sewa Guna Usaha dengan Bank Permata

Transaksi sewa guna usaha PT. Prima Jaya Nusantara dengan Bank Permata ini kasusnya sama dengan Bank Niaga yaitu masa sewa lebih pendek dari yang ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1169KMK.011991 pasal 3. Secara akuntansi komersial transaksi sewa guna usaha yang telah dilakukan PT. Prima Jaya Nusantara yang bekerja sama dengan pihak pembiayaan Bank Permata, dapat dikategorikan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi. Hal ini dikarenakan pada akhir masa sewa PT. Prima Jaya Nusantara dapat memiliki barang modal tersebut. Menurut akuntansi fiskal, berdasar pada Keputusan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1169KMK.011991 transaksi tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi. Dari hasil pengujian peneliti, dari 3 kriteria yang ditetapkan ada 1 kriteria yang tidak terpenuhi yaitu kriteria pasal 3 huruf b “ sewa guna usaha ditetapkan sekurang – kurangnya 2 dua tahun untuk barang modal Golongan I, 3 tiga tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 tujuh tahun untuk barang modal Golongan bangunan. Transaksi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT. Prima Jaya Nusantara adalah merupakan barang modal golongan II, jadi masa sewa yang digunakan minimal 3 tahun. Surat Edaran Dirjen Pajak : SE-10PJ.421994 tanggal 22 Maret 1994 No.2.3 menjelaskan “ dalah hal lessor dan pihak lessee terdapat hubungan istimewa, atas terjadinya keputusan perubahan masa sewa finance lease menjadi lebih singkat dari ketentuan yang berlaku, kecuali terjadi karena force majeur, maka ketentuan perpajakan ata kontrak finance lease tersebut harus diubah dan diperlakukan sebagai operating lease. Jadi PT.Prima Jaya Nusantara, harus mengubah dan memperlakukan transaksi sewa guna usaha dengan pihak pembiayaan bank Permata tersebut menjadi operating lease. Peneliti tidak membahas lebih lanjut mengenai operating lease, seperti yang telah diuraikan peneliti dalam batasan penelitian, penelitian ini hanya pada perlakuan akuntansi sewa guna usaha dengan hak opsi capital lease atau operating lease dalam rangka penyajian keuangan fiskal.

4.3.4 Analisis PPN atas Transaksi Sewa Guna Usaha

Surat Edaran Dirjen Pajak : SE-10PJ.421994 No.B.1, dalam suatu kegiatan SGU dengan hak opsi hakekatnya terdapat 2 maca penyerahan, yaitu penyerahan jasa dan penyerahan barang modal. Ketentuan yang berlaku sehubungan dengan kedua jenis penyerahan tersebut adalah : 1. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 huruf d Peraturan Pemerintah No.28 than 1988 jo. Pasal 15 Keputusan Menteri Keuangan No.116KMK.011991, atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU dengan hak opsi dari lessor 2. Berdasarkan Pasal 1 huruf d angka 1 huruf b Undang – Undang PPN 1984, Pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian SGU, termasuk dalam pengertian dan penyerahan Barang Kena Pajak BKP yang terutang PPN. Penyerahan barang dianggap telah terjadi pada saat barang barang modal dipindahkan pengusahanya dari penjual supplier atau lessor kepada pembeli atau lessee, walaupun belum diakui dengan penyerahan hak kepemilikan atas barang yang disewa guna usaha tersebut kepada lessee. 3. Dengan demikian dalah hal lessee adalah Pengusaha Kena Pajak PKP, PPN yang dibayar atas perolehan barang yang disewa guna usaha dengan hak opsi tersebut, merupakan PPN Masukan bagi lessee. Untuk keperluan pengkreditannya, oleh supplier barang yang disewa guna usahakan dibuta Faktur Pajak atas Nama lessor untuk dan atas nama qq lessee, dengan mencantumkan identitas lessor maupun lessee Nama, NPWP dan alamat Undang – Undang PPN No.42 tahun 2009 pasal 1A huruf b, pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli danatau perjanjian sewa guna usaha leasing. Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna usaha leasing”