Analisis Transaksi Sewa Guna Usaha dengan ACC berdasarkan Peraturan Pajak

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal harus menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor. 2. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang – kurangnya 2 dua tahun untuk barang modal golongan I, 3 tiga tahun barang modal golongan II dan golongan III dan 7 tujuh tahun untuk barang modal golongan bangunan. 3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Transaksi sewa guna usaha yang terjadi pada PT. Prima Jaya Nusantara atas 2 unit Komtasu PC300-8 Jembayan apabila peneliti uji dengan tiga kriteria tersebut akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Kriteria 1 : Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama 3 tahun : Jumlah angsuran Rp 136.914.000 x 36 bulan = Rp 4.928.904.000,- Nilai hak opsi = Rp 947.865.600,- Jumlah = Rp 5.876.769.600,- Harga perolehan barang modal + keuntungan bunga : Rp 4.739.328.000- + Rp 1.137.441.600,- = Rp 5.876.769.600,- Karena jumlah angsuran selama masa sewa dapat menutupi harga perolehan barang modal+bunga lessor, maka kriteria 1 sebagai transaksi capital lease terpenuhi. Kriteria 2 : Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor.82KMK.041995 tanggal 27 Februari 1995 tentang penggolongan aktiva berwujud untuk keperluan penyusutan, bahwa 1 unit Komatsu PC300-7 tersebut digolongkan sebagai barang modal golongan II dan masa sewa guna usaha untuk barang modal golongan II sekurang-kurangnya 3 tahun. Masa sewa guna usaha menurut perjanjian adalah 36 bulan 3 tahun, maka kriteria 2 sebagai transaksi capital lease terpenuhi. Kriteria 3 : Menurut perjanjian sewa guna usaha, lessee memiliki hak opsi untuk membeli aktiva sewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha, maka kriteria 3 sebagai transaksi capital lease terpenuhi. Kesimpulan akhir : Dengan terpenuhinya semua kriteria maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1169KMK.011991 transaksi sewa guna usaha atas 2 unit Komatsu PC300-8 Jembayan tersebut dapat dikategorikan sebagai transaksi capital lease. Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.116KMK.011991 pasal 16 di uraikan tentang perlakuan perpajakan terhadap finance lease, adalah sebagai berikut : 1 Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessee adalah sebagai berikut : a. Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewagunausaha, sampai saat lessee menggunakan opsi untuk membeli. b. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutan adalah nilai sisa residual value barang modal yang bersangkutan. c. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa guna usaha tersebut memenuhi ketentuan dalam pasal 3 keputusan ini. 2 Lessee tidak memotong PPh pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi. Berikut ini adalah contoh pencatatan akuntansi pajak atas transaksi sewa guna usaha dengan metode capital lease pada buku lessee Mulyono Wicaksono, 2009; 404 : 1. Pencatatan pada saat membayar uang muka Uang Muka Leasing XXX KasBank XXX 2. Pencatatan biaya leasing untuk tahun pertama Pokok angsuran leasing XXX Bunga angsuran leasing XXX KasBank XXX 3. Pencatatan penyusutan setelah habis masa sewa Penyusutan uang muka leasing XXX Uang muka leasing XXX

4.3.2.4 Analisis Peneliti atas Transaksi Sewa Guna Usaha dengan PT. Astra Sedaya Finance ACC

Dari hasil analisis diatas transaksi atas 2 unit PC300-8 Jembayan menurut peraturan perpajakan dapat dikategorikan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi karena semua kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Keuagan Republik Indonesia No.1169KMK.011991 pasal 3 telah terpenuhi. Berikut peneliti menyajikan perlakukan sewa guna usaha dengan hak opsi yang telah dilakukan oleh perusahaan, dengan standar yang ditetapkan oleh PSAK no.30 tahun 2009 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1169KMK.011991 :