9. Non Performing Loan NPL
Non Performing Loan NPL merupakan rasio keuangan yang menunjukkan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit
dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Menurut Kuncoro 2002: 462 risiko kreditdefault risk ini dapat terjadi akibat kegagalan
atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu
yang telah dijadwalkan. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin
kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Berdasarkan SE BI No.1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 ditetapkan bahwa rasio NPL
tidak boleh lebih dari 5. Sesuai dengan SE No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 besaran rasio NPL dapat dihitung dengan rumus :
NPL = Kredit Bermasalah
Total Kredit ×
Keterangan: NPL = Non Performing Loan
Menurut Retnadi 2006: 18, NPL yang tinggi akan berakibat pada menurunnya pendapatan bunga yang akan diterima bank, bahkan jika
terjadi kredit macet maka akan berdampak pada timbulnya kerugian bank.
10. Net Interest Margin NIM
Net Interest Margin NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut dapat
merugikan bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antar suku
bunga pendanaan funding dengan suku bunga pinjaman yang diberikan lending atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya
bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin NIM Mawardi, 2005.
Dengan demikian besarnya NIM akan mempengaruhi laba-rugi Bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: NIM =
pendapatan bunga bersih rata − rata aset produktif ×
Keterangan: NIM = Net Interest Margin
11. Loan to Deposit Ratio LDR
Loan to Deposit Ratio LDR adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit
kepada bank lain, terhadap Dana Pihak Ketiga DPK yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak
termasuk dana antar bank. Ketentuan batas bawah untuk LDR adalah sebesar 78 dan batas atas yang dapat ditoleransi adalah 92, yang mulai
berlaku sejak 2 Desember 2013 SE BI No.1541DKMP tanggal 1 Oktober 2013. Jika bank umum berada di bawah ketentuan batas bawah,
ini berarti bank kurang efisien dalam menyalurkan kredit. Sedangkan jika suatu bank melebihi batas atas yang dapat ditoleransi artinya bank dinilai
terlalu agresif dan berisiko, karena semakin banyak kredit yang diberikan semakin besar pula potensi risikonya. Maka dari itu bank perlu menjaga
nilai LDR tetap di antara batas yang telah ditentukan. Menurut Dendawijaya 2001 Loan to Deposit Ratio LDR
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Berdasarkan SE BI No.1330DPNP tanggal
16 Desember 2011 perhitungan LDR sebagai berikut: