semakin tinggi CAR maka bank memiliki cadangan modal yang kuat untuk menjamin kelancaran operasional. Saat kegiatan operasional lancar,
profitabilitas dapat diraih dan kepercayaan masyarakat dapat ditingkatkan. Cadangan modal yang cukup memungkinkan bank untuk
bertahan dalam masa kritis atau saat mengalami kerugian. Jika nilai CAR rendah, maka profitabilitas akan menurun, dan sebaliknya bila CAR
meningkat profitabilitas akan meningkat.
2. Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BOPO terhadap Profitabilitas ROA
Rasio BOPO mencerminkan tingkat efisiensi bank dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya.
Semakin kecil
BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas
usahanya. Bank yang efisien memiliki rasio BOPO di bawah 90, sebaliknya bank yang kurang efisien memiliki rasio BOPO melebihi 90
hingga mendekati angka 100. Semakin tinggi biaya pendapatan bank berarti kegiatan operasionalnya semakin tidak efisien sehingga
pendapatannya juga semakin kecil.
3. Pengaruh Non Performing Loan NPL terhadap Profitabilitas
ROA
NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit yang disalurkan bank. Risiko kredit diakibatkan dari kredit
yang tidak dilunasi atau tidak ada kepastian pelunasan. Kredit bermasalah berpeluang menyebabkan beberapa masalah bagi pihak bank. Kredit
macet membuat bank kehilangan kesempatan untuk mendapat bunga dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba. Akibatnya
bank perlu memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif. Kondisi ini berdampak pada berkurangnya modal yang nantinya akan
berpengaruh pada CAR. Dalam jangka panjang, kredit bermasalah akan menyebabkan kesehatan bank menurun.
Semakin besar NPL, akan mengakibatkan menurunnya ROA yang juga berarti kinerja keuangan
bank yang menurun. Semakin kecil NPL maka semakin kecil risiko bank sehingga kerugian dapat diminimalisir dan profitabilitas ROA dapat
ditingkatkan.
4. Pengaruh Net Interest Margin NIM terhadap Profitabilitas ROA
NIM mencerminkan risiko pasar karena adanya perubahan variabel pasar, yang salah satunya yaitu suku bunga. Menurut Mawardi 2005,
salah satu alat ukur untuk menghitung risiko pasar ini adalah menggunakan selisih antara suku bunga pendanaan dan suku bunga
pinjaman, atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya
bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin NIM.
Pendapat bunga bersih diperoleh dari selisih antara bunga yang diperoleh dari pemberian kredit dan bunga yang harus dibayarkan kepada
deposan. Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan bunga bersih sehingga akan memberikan kontribusi laba pada bank,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar rasio NIM maka semakin besar profitabilitasnya.
5. Pengaruh Loan to Deposit Ratio LDR terhadap Profitabilitas ROA
Loan to Deposit Ratio LDR adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya dibanding dengan dana yang
masuk atau terkumpul dari masyarakat. LDR mencerminkan kemampuan bank untuk menyalurkan kembali dana yang terkumpul dari masyarakat
dalam bentuk kredit disamping memenuhi permintaan penarikan dari nasabah. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan menentukan
profitabilitas bank. Semakin banyak kredit yang disalurkan akan meningkatkan keuntungan bank. Namun disisi lain semakin tinggi rasio
LDR dimana tingkat penyaluran kredit tinggi, menunjukkan semakin rendahnya likuiditas bank yang berarti kemampuan bank untuk
memenuhi permintaan penarikan dari nasabah menurun, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio LDR harus dipertahankan agar tidak
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Bank Indonesia telah menentukan batas
bawah untuk LDR adalah sebesar 78 dan batas atas yang dapat ditoleransi adalah 92. Jika rasio LDR meningkat selama tidak melebihi
batas yang telah ditentukan, dengan asumsi bank menyalurkan kredit dengan efektif, maka bank akan meningkatkan laba. Laba yang meningkat
akan meningkatkan profitabilitas ROA, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan LDR berpengaruh positif pada peningkatan ROA.
6. Pengaruh Capital Adequacy Ratio CAR, Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional BOPO, Non Performing Loan
NPL, Net Interest Margin NIM dan Loan to Deposit Ratio LDR
secara bersama-sama terhadap Profitabilitas ROA
.
Rasio CAR mencerminkan kemampuan bank dalam menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Semakin
tinggi CAR maka bank memiliki cadangan modal yang kuat untuk menjamin kelancaran operasional. Jika nilai CAR rendah, maka
profitabilitas akan menurun, dan sebaliknya bila CAR meningkat profitabilitas akan meningkat.
Namun, selain CAR ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan bank untuk dapat menjaga tingkat profitabilitas bank. BOPO
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat profitabilitas. BOPO mencerminkan tingkat efisiensi bank dalam
menjalankan kegiatan
operasionalnya. Semakin
kecil BOPO
menunjukkan semakin efisien bank.