optimal. Dimana kinerja manajemen berbasis sekolah madrasah aliyah negeri berada pada kategori sangat optimal sedangkan madrasah aliyah swasta berada
pada kategori optimal.
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dari hasil deskripsi data dimana baik pada madrasah aliyah negeri maupun madrasah aliyah swasta sama-sama pada kategori sangat optimal. Namun
berdasarkan hasil pengamatan, keduanya juga memiliki kelemahan yang sama yaitu pada kompetensi supervisinya. lihat deskripsi data
Untuk MA negeri kelemahan supervisi ini karena kurang kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan guru. Hal ini terjadi karena kepala sekolah
belum memahami pentingnya keterlibatan guru dalam melakukan supervisi dan sikap supervisor yang otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap
lebih dari guru karena jabatannya sehingga kepala sekolah dalam melakukan supervisi tidak menggunakan pendekatan dan teknik yang tepat. Pentingnya
keterlibatan guru dalam pelaksanaan supervisi ini seperti yang diungkapkan oleh Sahertian 2000:1 :
“Proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi
merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan
yang berhubungan dengan guru pada umumnya.”
Sedangkan untuk MA swasta terjadi selain karena seperti kondisi pada MA Negeri juga karena guru berada di sekolah hanya pada saat ada jam mengajar
saja. Tetapi penyebab utamanya adalah sikap pasif kepala sekolah dalam melakukan supervisi karena para guru dianggap tenaga profesional yg tidak
membutuhkan supervisi dari kepala sekolah. Seperti yang diungkapkan dalam bukunya Mochtar Lubis 1993 : 185-186 :
“Menteri Dalam Negeri Supardjo antara lain meyebutkan adanya sikap pasif, untuk tidak mengatakan sikap masa bodoh, yang masih mewarnai peta psikologis
dan mentalitas sebagian tertentu masyarakat Indonesia. Mentalitas pembangunan yang ideal seperti prakarsa, sikap produktif, kesediaan untuk mengorbankan
kepentingan-kepentingan marjinal, dan sebagainya, ternyata masih relatif lemah.”
Kelemahan ini konsisten dengan penelitian terdahulu oleh Yuliningtyas 2008 yang menyebutkan bahwa dalam aspek kepemimpinan, kepala sekolah
mempunyai kelemahan pada kompetensi supervisi.
2. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran